Hei, what's up?
Sudah akhir bulan. Lama tidak berjumpa dengan blog. Semua rencana untuk mereview buku dan film hancur total......karena kemalasan.
Oke, jadi akhirnya, postingan kali ini tentang curhatan, catatan kegiatan harian. Entah kapan saya bisa fokus lagi untuk ngeposting review-review dan cerita-_- .
NAH. Sekitar sebulan lalu, di siang hari yang lumayan terik, kami semua dari XII IPS 2 sedang belajar ekonomi di dalam kelas. Kemudian tiba-tiba Pak Sukran, guru kami, bertanya, "Oh ya, dari kalian ada tidak yang mau ikut lomba dari TSM (Trisakti School of Management)?" Dan seterusnya...dan seterusnya. Saya pribadi sebenarnya sudah lama sekali tahu tentang lomba itu karena tak sengaja melihat 'semacam kiriman(?)' dari TSM di ruang waka. Tetapi sama sekali tidak perduli, tidak berminat. Saya bukan orang yang suka ikut lomba, dan selama hampir 3 tahun bersekolah, hidup saya adem ayem saja, bebas dari lomba.
Lanjut lagi, intinya sih, entah bagaimana ceritanya, kami di kelas jadi saling tunjuk menunjuk. Gila ya, ini lomba lumayan bergengsi, dari TSM, tapi mau lomba masih tunjuk menunjuk-_- . Engga heran sih, di sekolah kami ga ada ekskul yang menaungi anak-anak akuntansi. Bahkan sebenarnya, di kurikulum 2013 ini, kami baru belajar akuntansi pas kelas 3, itupun masih satu paket sama pelajaran ekonomi, enggak dipisah. Itulah kenapa Pak Sukran meminta hanya anak kelas 3 yang ikut akuntansi, sedangkan yang ekonomi, kelas 2 dipersilahkan juga ikut.
Sepanjang tunjuk menunjuk yang seru itu, saya masih enggak perduli, bodo amat, terserah mereka. But suddenly, nama aku kebawa-bawa juga, "Sheren saja Pak yang akuntansi! Sheren!" Nah, kan gila tuh. Gua panik. Mereka niat kalah apa, sampe milih aku?
Saya nyaris teriak, "Enggak Pak! Saya enggak mau! Aduh! Jangan saya!"
Gagal. Daripada menerima protes saya, beliau justru dengan senang hati setuju dan memberi wejangan ke saya, "Kamu itu ga boleh.....................(terlalu panjang untuk dijabarkan, tapi kalian pasti tahu kurang lebih isinya.)"
Akhirnya tertunjuklah 2 tim ekonomi dan 2 tim akuntansi. Delapan orang dari kelas kami XII IPS 2. Dua orang dari kelas tetangga, dan dua orang lagi dari adik kelas yaitu kelas 11. Saya masuk tim 1 Akuntansi.
Yasudahlah. Yasudahlah.
Ceritanya baru bersambung lama sekali.
Setelah penunjukkan yang tak menguntungkan itu, baru seminggu kemudian kami mengambil kisi-kisi materi yang dikirim ke sekolah. Di bulan September. Dan, ini terpaksa saya katakan, betapa menyedihkannya, bahwa email yang melampirkan kisi-kisi materi dan kertas pendaftaran serta jadwal, sudah tenggelam jauh di bawah. Butuh waktu untuk mencarinya. Agak buat jengkel sih. Tapi toh kami dapat materinya.
Setelah itu? Yah. Ha...hahahaha...ha
Setelah itu tak ada yang kami lakukan. Vakum. Saya sudah beberapa kali mengajak berkumpul, belajar, tapi ada saja halangannya. Pak Sukran juga sudah membuka pintu rumah selebar-lebarnya untuk kami datangi kalau kami butuh. Tetapi kami tak kunjung datang.
Panik, iya. Pusing, juga iya. Malas, apalagi. Saya enggak heran sih ya. Kami yang dipilih ini adalah anak-anak yang sama sekali tidak pernah lomba akuntansi dsj. Malahan, saya dan Vera sama sekali tidak pernah ikut lomba akademik selama 3 tahun bersekolah. Vera hanya pernah ikut lomba drumband-_- kan ga membantu sama sekali tuh. Saya ga pernah ikut lomba apapun, baik akademik maupun non-akademik. Dan Muslim, anggota kami yang satu lagi, hanya pernah ikut lomba seni kriya, yang tak ada sangkut pautnya sama sekali. Kami bertiga bukanlah orang yang suka berkompetisi, terutama saya dan Vera. Hanya menjawab ketika ditanya, dan sisanya diam. Bukan pengambil keputusan tercepat. Bukan ini, bukan itu.
POKOKNYA ANEH BANGET KARENA KAMI TIBA-TIBA JADI IKUT LOMBA GINI!
Jadi ceritanya, kami baru belajar materi kami tidak sampai seminggu menjelang lomba. Emang bener-bener dah, enggak niat banget. Kami juga baru ke rumah guru kami, Pak Sukran, hari Rabu malam, sehari setengah menjelang lomba. Belajar kami sangat ngebut. Mempelajari banyak materi yang belum pernah kami pelajari. Menurut pengalaman teman-teman kami yang tahun lalu pernah ikut lomba (mereka jadi tim 2), yang keluar itu banyak soal kasus, dan nyaris tidak ada keluar soal teori, jadi jangan mempelajari teori, melainkan pelajari kasus-kasus saja.
Kami mencoba. Kami mencoba mempelajari banyak metode dan kasus-kasus. Tapi akhirnya saya ngeyel juga, meski berkali-kali dibilang : "JANGAN BELAJAR TEORI, TEMAN." Jari-jari saya tetap membalikkan halaman ke bagian teori, dan asyik membacanya. Saya bodoh amat sama soal kasus&hitungan, ada yang lebih ahli daripada saya. Saya hanya akan membuang waktu kalau belajar kasus. Setidaknya begitulah batin saya pas belajar teori. Tapi meskipun saya membacanya, saya tidak terlalu menghafal&mendalami teori-teori itu. Saya membacanya hanya untuk berjaga-jaga saja.
Oh ya, selama di rumah Pak Sukran, beliau berpikir kami mungkin butuh dispensasi. Jadi besoknya di hari kamis, kami diizinkan untuk tidak masuk kelas dan belajar di perpustakaan dari pagi sampai pulang sekolah. Itu hal yang sangat menyenangkan, apalagi perpustakaan kami itu ada b.i Corner, yang buku-bukunya lengkap, dan fasilitasnya juga lengkap mulai dari rak buku yang wow, karpet, sofa empuk, kipas, kursi, meja, sampai komputer. Pojok itu benar-benar sudah kayak kawasan milik kami seorang, yaitu tim1&2 ekonomi, serta tim1 akuntansi. Kertas-kertas dan buku berserakan. Baring-baring disitu, tidur, duduk, blabla. Saya kasian dengan pengunjung lain yang datang pas jam istirahat, tetapi kesulitan untuk ke bagian b.i corner karena kekacuan di sana.
Pulang sekolah, dengan masih berpakaian seragam khas biru kami, kami memutuskan untuk belajar di perpustakan daerah di kota kami. Kebetulan Pak Sukran tidak bisa hari itu, jadilah kami belajar sendiri di perpustakaan. Saya mencari-cari buku akuntansi di perpustakaan dan menyadari satu hal, bahwa kayaknya, kurikulum terakhir yang mengajarkan akuntansi secara terpisah dari ekonomi sejak kelas 1 SMA adalah kurikulum 1994. Jadi buku-buku akuntansi SMA yang saya temukan di perpus itu sudah menguning dan lapuk, dan berbau debu. Tetapi isinya sangat detail dan memuaskan. Serius deh, kalaupun memang kurikulum setelah itu ada mengajarkan tentang pelajaran akuntansi TERPISAH dari pelajaran ekonomi, maka saya tak menemukan bukunya sama sekali.
Saking detailnya buku-buku yang lapuk itu, saya sampai terkejut karena mendapati salah satu bukunya memiliki daftar isi yang sama persis dengan kalimat kisi-kisi yang diberikan dari TSM. Sayangnya, besok kami sudah lomba. Oh, betapa saya menyesali karena baru datang ke sana h-1 lomba.
Well, saya yakin teori akan keluar sedikit sekali dan saya juga yakin soal yang keluar nanti akan agak jauh dengan kisi-kisi yang diberikan, tetapi saya tetap saja dengan senang hati membaca teori di buku-buku lapuk itu.
Jadi, saran untuk kalian semua yang mau belajar akuntansi, cobalah memulai dengan mencari buku kur.94. Meskipun mungkin masih banyak buku yang lebih lengkap yang dijual saat ini, buku-buku tahun 94 juga lumayan bagus kok, bisa dijadiin acuan. Jujur saja, saya lebih suka buku yang banyak memberikan bacaan materi yang detail, daripada buku tebal yang kebanyakan isinya memerintahkan kita untuk mencari materi di internet. UNTUK APA SAYA PUNYA BUKU KALO AKHIRNYA SAYA GA MENEMUKAN APAPUN DI BUKU ITU?! #iykwim-k13
Ah, agak melenceng ya.
Kembali lagi, pokoknya hari kamis malam itu adalah hari yang...menyenangkan, meskipun h-1 lomba. Kami berkali-kali menyombongkan diri meskipun dalam hati berdebar, dan berkata ke sesama, "Pasti masuk 16 besar lah! 8 besar malah! 3 besar malah! SMA 1 gitu~" atau, "Besok bakal capek nih kita, habis lomba ke perpus lagi buat ngadapin semi final & final," atau juga, "Besok beli pisang keju lagi ya! Makan dulu sebelum belajar di perpus. Siap-siap duit." dan terakhir, "Nanti pas kita menang, aku mau beli hand sanitizer, mau nyoba eksperimen yang ada di youtube itu."
Iya, sombong banget kami HAHAHAHA. Itu buat lucu-lucuan saja sih, terutama dari kami tim1 akuntansi, yang tak pernah ikut lomba sama sekali, yang saat belajar lebih banyak mengobrol dan tertawanya, yang baru saja mendalami akuntansi beberapa hari terakhir, dan yang yakin akan kalah.
Hari jumat, kami dispen lagi. Belajar lagi di perpus, dan menjadikan pojok b.i menjadi seperti rumah kami sendiri. Ada kabar buruk saat itu, bahwa tim2 akuntansi tiba-tiba berhalangan ikut lomba..............
Siangnya, kami memutuskan untuk pulang awal--sekalian bolos, dan makan Ice cream. Hari yang sangat indah, dapat ice cream yang murah dan enak dan tempatnya juga elite, dan yang paling penting, dapat sample es krim gratis (Blueberry&vanilla, enak sekaliiii). Seakan-akan kami mengawali lomba dengan berbagai keberuntungan.
Akhirnya, dengan modal belajar yang tak sampai seminggu menjelang lomba plus kasih sayang dan ketulusan penuh dari Pak Sukran, kami pun ikut lomba.
KALIAN TAHU TIDAK?
TAHU TIDAK?
Lebih banyak keluar teori.
Oh astaga, betapa saya bersyukur karena saya mengeyel dan ada sedikit belajar teori.
Peraturannya adalah, menjawab benar dapat 10, menjawab salah -5, dan tidak menjawab nilainya 0. Entah bagaimana caranya, kertas jawaban kami hampir terisi penuh, Hanya sedikit sekali yang dibiarkan kosong. Sebenarnya hal itu sangat riskan, dan selama selesai lomba kami sungguh menyesali, "Kenapa kita percaya diri banget ya..."
Ya, kami menyesali kepercayaan diri. Kaum introvert memang begitu wkwk.
Mulai dari sini, ada kejadian lucu berturut-turut yang kami alami.
Pertama, sehabis makan dan sembari menunggu lomba, saya dan teman-teman semua memutuskan untuk sholat ashar. Berhubung di sekolah tempat diadakannya lomba ini tidak ada mushola, jadi kami memilih untuk pergi ke mushola di dekat sekolah kami SMA Negeri 1 Pontianak. Semuanya berjalan dengan baik. Kami sholat dengan tenang, berdoa, dan akhirnya kembali ke motor. Saya sembari menggonceng teman saya, Vera, berjalan dengan tenang menuju SMA Santu Petrus, tempat lomba di adakan.
Tetapi ada yang aneh.
Saat melintas gedung sekolah SMA 1 Ptk, saya melirik dan mendapati ada seorang polisi di sana, memakai pakaian lalu lintas mereka + helm. Dahi saya mengernyit dan saya berpikir cepat.
Oh no! Razia!
Aduh, berdebar hatiku menatap polisi. Sudah terlanjur masuk perangkap, tidak ada lagi jalan untuk kabur. Selayaknya mengepung penjahat, polisi ramai berjejer di jalan dan menuruh kami menepi. Dengan tangan dingin saya menepikan motor. Ini adalah razia pertama saya, yang sebenarnya sudah saya idam-idamkan sejak memiliki SIM (tapi ternyata agak mengerikan saya bertemu kenyataan). Dengan sopan Pak Polisi menanyakan kelengkapan surat, dan saya pun, dengan deg-deg kan sekaligus penuh harap, memberi segala sim, stnk, ktp. Dan YEAY! Lolos. Oh, oh hahahaha.
Jadi akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan dan berbelok ke jalur sebelahnya. Kalian tahu kan, biasa di jalan besar itu, ada di bagi dua jalur, yang satunya arusnya ke kiri, dan yang satu arus kendarannya ke kanan, dan tengah-tengah dibatasi oleh parit atau...balok semen(?) gitu. Nah, Polisi-polisi ini merazia jalur kanan-kiri.
Kami awalnya dari jalur kiri. Setelah lolos dari razia, kami harus mutar balik ke jalur kanan untuk sampai ke Santu Petrus karena itu adalah satu-satunya jalan terdekat yang memang biasa kami lewati. Tapi lucunya, saat baru saya semeter dua meter melewati jalur kanan, kami diberhentikan lagi oleh polisi dan meminta kami untuk bergegas masuk ke halaman kantor polisi (Iya, kebetulan kantor polisinya di situ juga). Saya sebenarnya sudah mau bilang, "Sudah dirazia pak tadi." , tapi berpikir bahwa mungkin saja mereka tak bakal percaya, saya pun ikut masuk ke dalam. Deg-deg kan lagi hahahahaha.
Di dalam halaman, barulah saya bilang saya tadi sudah di razia. Seperti dugaan, mereka tetap meminta saya mengeluarkan surat. That's okay, saya tunjukkan. Mereka tertawa dan mempersilahkan saya melanjutkan perjalanan. Kebetulan sebelum keluar, salah satu teman saya yang terjaring razia meminta saya untuk membawakan stnk.
Iya, diantara semua teman saya, hanya saya yang lolos razia.
Setiba kembali di petrus, ternyata pemenang lomba sedang diumumkan. Saya dan Vera menunggu sebentar..
Ternyata Tim akuntansi kami tidak disebut dalam daftar 16 besar. Hanya kedua tim ekonomi kami yang masuk 16 besar.
Ah..
Iya, lumayan kecewalah. Tetapi saya dengan mudah dapat menerimanya, dan bahkan hanya dalam beberapa menit, perasaan saya langsung membaik. Toh ini memang pertama kalinya kami ikut lomba. Tanpa berpikir panjang, saya dan Vera pun bergegas mengantar stnk ke teman saya yang malang itu.
Kami kembali melewati jalan yang sama. Dan masih ada razia.
Dan lucunya, kami diberhentikan lagi :'v
Ini kebangetan namanya, saya enggak bisa nahan ketawa pas disuruh menepi. Okelah. Kami menepi. Saya baru saja berkata, "Tapi Pak--" Ketika salah satu polisi (Sekedar info : Sangat ganteng) setelah dengan santai memotret kami yang terjaring ini, melangkah mendekat dan berkata, "Oh, ini kamu yang tadi sudah dirazia kan? Yasudah lanjut saja."
Kami pun berbelok ke jalur kanan, seperti biasa...........
Dan di suruh menepi lagi...
ASTAGA! TIDAK BISAKAH--?!
Intinya, akhirnya bapak dan ibu polisi itu menyadari bahwa kami adalah anak yang sama yang memiliki kelengkapan surat saat dirazia beberapa menit lalu. Dan dibebaskan. Saya sambil tertawa berkata ke teman saya, "Kok kebalik ya kayaknya, malah kita yang mengerjai mereka? Harusnya kan mereka yang membuat kita terjebak."
But anyway, karena sudah memiliki sim, saya menjadi salah satu orang yang patut bersyukur karena akhir-akhir ini polisi sedang gencar-gencarnya menertibkan pengendara lalu lintas. Semangat ya, Pak&Bu Polisi!!! (y)
4 kali dirazia dalam satu hari..lumayanlah. Lebih daripada apa yang saya harapkan.
Saat kembali menuju petrus untuk menunggu teman-teman ekonomi yang lolos dan sedang cabut undi, kami sudah berbahagia sama sekali dan tertawa-tawa. Di meja, sambil menunggu, kami menceritakan itu semua ke guru pendamping akuntansi kami yang sedang menunggu di meja juga. Tak lama anak-anak ekonomi pun keluar. Grace, salah satu anak ekonomi, berjalan cepat menghampiri kami dan tiba-tiba berkata.
"Eh, kalian tuh masuk 16 besar ya!"
Respon kami lambat. Jadi kami hanya mengernyit dan bertanya balik, "Hah?"
"Akuntansi SMA 1 tuh masuk 16 besar!"
"HAH?!"
Pemahaman mulai terbentuk dalam otak kami, dan mulut kami sempurna membentuk huruf o, "Hah?! Enggak mungkin! Tadi kan sudah disebut!"
Aku juga menambahkan, "Itu SMK 1 kali, bukan SMA 1."
"Itu ada daftar nama sekolah yang lulus, masa kalian tadi enggak liat daftar namanya sih?"
Astaga. Ini sudah seperti di film-film. Masih dengan tatapan tak yakin dan hati berdebar, kami berlari menuju kertas pengumuman yang ditempel di dinding dan mencari nama SMA 1 Pontianak.
Oh iya. Ada.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
Rasanya itu. Yaampun. That's the awkward moment in my life. Padahal saat itu kami sudah biasa saja, sudah bahagia menerima kenyataan dan sudah sangat terhibur oleh razia-razia itu, ketika tiba-tiba teman kami berkata kami bahwa kami masuk 16 besar. Ini jauh-jauh lebih surprise dan menyenangkan daripada mengetahuinya sendiri saat pengumuman.
Malam itu, seperti yang sudah kami sombongkan di malam sebelumnya, kami pun belajar lagi di perpustakaan.
Tetapi kami tidak bisa sesombong malam sebelumnya. Kami betul-betul...pasrah.
Masalahnya adalah, seperti yang sudah disebut, kami bukanlah orang-orang yang suka berbicara, apalagi berkompetisi. Dan semifinal besok adalah LCC, sesuatu yang tak pernah sekalipun kami hadapi. Kami sama sekali tidak memiliki gambaran tentang LCC. Dan saya semakin yakin bahwa kesempatan kami tipis saat melihat teman-teman saya sudah keletihan untuk belajar. Apalagi lawan-lawan kami ini rata-rata SMK.
Kami masuk sesi kedua, jadi kami masih punya kesempatan untuk bersiap...dan..well.
Hal-hal yang terkadang membuat saya agak down adalah, setiap soal selesai dibacakan, bunyi klik-klik kalkulator segera memenuhi ruangan, tidak hanya dari peserta yang sedang lomba, tapi juga dari penonton. Gila. Saya sekarang sedang mual kalau mendengar bunyi klik-klik kalkulator lagi.
Kemudian sesi 2 dimulai. Sangat...ha..ha..ha. Kami seperti anak yang baru ditunjuk hari itu juga buat lomba. Kalkulator aja kami enggak modal, cuma minjem. Dan pas LCC. Aduh... HAHAHAHA. Nilai kami lumayan sih, tapi..tetap saja enggak dapat 8 besar. Agak disayangkan memang, karena skor kami dengan salah satu tim yang menang cuma beda 100, dan kalau saja kami masuk 8 besar, ada piala yang cantik.
Tapi sudahlah.
Bagaimanapun, meski kalah, saya tetap bangga, karena :
1. Ini pertama kalinya bagi kami bertiga ikut lomba
2. Pelajaran akuntansi baru dipelajari di kelas 3 dan itupun campur aduk sama ekonomi.
3. Kami baru fokus belajar tidak sampai seminggu menjelang lomba
4. KAMI SATU-SATUNYA TIM SMA NEGERI PONTIANAK YANG MASUK 16 BESAR. Sisanya gugur. Dan sebagian besar isinya SMK. Ini sih yang paling buat senang. Kami sih enggak heran kalo SMK masuk :'v, itukan memang pelajaran sehari-hari mereka.
Okelah. Menurut pengalaman ini, saya benar-benar berharap adik kelas kami di SMA 1 nanti disiapkan jauh-jauh hari, karena ada banyak sekali materi yang harus dipelajari. Saran saya sih, jangan terpaku pada kisi-kisi materi yang diberikan, tetapi masuklah lebih dalam dan berlarilah jauh lebih depan, serta lihatlah ke sisi yang lebih luas
Dan jangan belajar pas deket-deket lomba. Dan pilihlah minimal satu anak ekstrovet yang bisa memutuskan dengan cepat :')
Sudah akhir bulan. Lama tidak berjumpa dengan blog. Semua rencana untuk mereview buku dan film hancur total......karena kemalasan.
Oke, jadi akhirnya, postingan kali ini tentang curhatan, catatan kegiatan harian. Entah kapan saya bisa fokus lagi untuk ngeposting review-review dan cerita-_- .
NAH. Sekitar sebulan lalu, di siang hari yang lumayan terik, kami semua dari XII IPS 2 sedang belajar ekonomi di dalam kelas. Kemudian tiba-tiba Pak Sukran, guru kami, bertanya, "Oh ya, dari kalian ada tidak yang mau ikut lomba dari TSM (Trisakti School of Management)?" Dan seterusnya...dan seterusnya. Saya pribadi sebenarnya sudah lama sekali tahu tentang lomba itu karena tak sengaja melihat 'semacam kiriman(?)' dari TSM di ruang waka. Tetapi sama sekali tidak perduli, tidak berminat. Saya bukan orang yang suka ikut lomba, dan selama hampir 3 tahun bersekolah, hidup saya adem ayem saja, bebas dari lomba.
Lanjut lagi, intinya sih, entah bagaimana ceritanya, kami di kelas jadi saling tunjuk menunjuk. Gila ya, ini lomba lumayan bergengsi, dari TSM, tapi mau lomba masih tunjuk menunjuk-_- . Engga heran sih, di sekolah kami ga ada ekskul yang menaungi anak-anak akuntansi. Bahkan sebenarnya, di kurikulum 2013 ini, kami baru belajar akuntansi pas kelas 3, itupun masih satu paket sama pelajaran ekonomi, enggak dipisah. Itulah kenapa Pak Sukran meminta hanya anak kelas 3 yang ikut akuntansi, sedangkan yang ekonomi, kelas 2 dipersilahkan juga ikut.
Sepanjang tunjuk menunjuk yang seru itu, saya masih enggak perduli, bodo amat, terserah mereka. But suddenly, nama aku kebawa-bawa juga, "Sheren saja Pak yang akuntansi! Sheren!" Nah, kan gila tuh. Gua panik. Mereka niat kalah apa, sampe milih aku?
Saya nyaris teriak, "Enggak Pak! Saya enggak mau! Aduh! Jangan saya!"
Gagal. Daripada menerima protes saya, beliau justru dengan senang hati setuju dan memberi wejangan ke saya, "Kamu itu ga boleh.....................(terlalu panjang untuk dijabarkan, tapi kalian pasti tahu kurang lebih isinya.)"
Akhirnya tertunjuklah 2 tim ekonomi dan 2 tim akuntansi. Delapan orang dari kelas kami XII IPS 2. Dua orang dari kelas tetangga, dan dua orang lagi dari adik kelas yaitu kelas 11. Saya masuk tim 1 Akuntansi.
Yasudahlah. Yasudahlah.
Ceritanya baru bersambung lama sekali.
Setelah penunjukkan yang tak menguntungkan itu, baru seminggu kemudian kami mengambil kisi-kisi materi yang dikirim ke sekolah. Di bulan September. Dan, ini terpaksa saya katakan, betapa menyedihkannya, bahwa email yang melampirkan kisi-kisi materi dan kertas pendaftaran serta jadwal, sudah tenggelam jauh di bawah. Butuh waktu untuk mencarinya. Agak buat jengkel sih. Tapi toh kami dapat materinya.
Setelah itu? Yah. Ha...hahahaha...ha
Setelah itu tak ada yang kami lakukan. Vakum. Saya sudah beberapa kali mengajak berkumpul, belajar, tapi ada saja halangannya. Pak Sukran juga sudah membuka pintu rumah selebar-lebarnya untuk kami datangi kalau kami butuh. Tetapi kami tak kunjung datang.
Panik, iya. Pusing, juga iya. Malas, apalagi. Saya enggak heran sih ya. Kami yang dipilih ini adalah anak-anak yang sama sekali tidak pernah lomba akuntansi dsj. Malahan, saya dan Vera sama sekali tidak pernah ikut lomba akademik selama 3 tahun bersekolah. Vera hanya pernah ikut lomba drumband-_- kan ga membantu sama sekali tuh. Saya ga pernah ikut lomba apapun, baik akademik maupun non-akademik. Dan Muslim, anggota kami yang satu lagi, hanya pernah ikut lomba seni kriya, yang tak ada sangkut pautnya sama sekali. Kami bertiga bukanlah orang yang suka berkompetisi, terutama saya dan Vera. Hanya menjawab ketika ditanya, dan sisanya diam. Bukan pengambil keputusan tercepat. Bukan ini, bukan itu.
POKOKNYA ANEH BANGET KARENA KAMI TIBA-TIBA JADI IKUT LOMBA GINI!
Jadi ceritanya, kami baru belajar materi kami tidak sampai seminggu menjelang lomba. Emang bener-bener dah, enggak niat banget. Kami juga baru ke rumah guru kami, Pak Sukran, hari Rabu malam, sehari setengah menjelang lomba. Belajar kami sangat ngebut. Mempelajari banyak materi yang belum pernah kami pelajari. Menurut pengalaman teman-teman kami yang tahun lalu pernah ikut lomba (mereka jadi tim 2), yang keluar itu banyak soal kasus, dan nyaris tidak ada keluar soal teori, jadi jangan mempelajari teori, melainkan pelajari kasus-kasus saja.
Kami mencoba. Kami mencoba mempelajari banyak metode dan kasus-kasus. Tapi akhirnya saya ngeyel juga, meski berkali-kali dibilang : "JANGAN BELAJAR TEORI, TEMAN." Jari-jari saya tetap membalikkan halaman ke bagian teori, dan asyik membacanya. Saya bodoh amat sama soal kasus&hitungan, ada yang lebih ahli daripada saya. Saya hanya akan membuang waktu kalau belajar kasus. Setidaknya begitulah batin saya pas belajar teori. Tapi meskipun saya membacanya, saya tidak terlalu menghafal&mendalami teori-teori itu. Saya membacanya hanya untuk berjaga-jaga saja.
Oh ya, selama di rumah Pak Sukran, beliau berpikir kami mungkin butuh dispensasi. Jadi besoknya di hari kamis, kami diizinkan untuk tidak masuk kelas dan belajar di perpustakaan dari pagi sampai pulang sekolah. Itu hal yang sangat menyenangkan, apalagi perpustakaan kami itu ada b.i Corner, yang buku-bukunya lengkap, dan fasilitasnya juga lengkap mulai dari rak buku yang wow, karpet, sofa empuk, kipas, kursi, meja, sampai komputer. Pojok itu benar-benar sudah kayak kawasan milik kami seorang, yaitu tim1&2 ekonomi, serta tim1 akuntansi. Kertas-kertas dan buku berserakan. Baring-baring disitu, tidur, duduk, blabla. Saya kasian dengan pengunjung lain yang datang pas jam istirahat, tetapi kesulitan untuk ke bagian b.i corner karena kekacuan di sana.
#masihsantai |
#masihsantai |
Saking detailnya buku-buku yang lapuk itu, saya sampai terkejut karena mendapati salah satu bukunya memiliki daftar isi yang sama persis dengan kalimat kisi-kisi yang diberikan dari TSM. Sayangnya, besok kami sudah lomba. Oh, betapa saya menyesali karena baru datang ke sana h-1 lomba.
Well, saya yakin teori akan keluar sedikit sekali dan saya juga yakin soal yang keluar nanti akan agak jauh dengan kisi-kisi yang diberikan, tetapi saya tetap saja dengan senang hati membaca teori di buku-buku lapuk itu.
Jadi, saran untuk kalian semua yang mau belajar akuntansi, cobalah memulai dengan mencari buku kur.94. Meskipun mungkin masih banyak buku yang lebih lengkap yang dijual saat ini, buku-buku tahun 94 juga lumayan bagus kok, bisa dijadiin acuan. Jujur saja, saya lebih suka buku yang banyak memberikan bacaan materi yang detail, daripada buku tebal yang kebanyakan isinya memerintahkan kita untuk mencari materi di internet. UNTUK APA SAYA PUNYA BUKU KALO AKHIRNYA SAYA GA MENEMUKAN APAPUN DI BUKU ITU?! #iykwim-k13
Ah, agak melenceng ya.
#mulaisombong |
Iya, sombong banget kami HAHAHAHA. Itu buat lucu-lucuan saja sih, terutama dari kami tim1 akuntansi, yang tak pernah ikut lomba sama sekali, yang saat belajar lebih banyak mengobrol dan tertawanya, yang baru saja mendalami akuntansi beberapa hari terakhir, dan yang yakin akan kalah.
Hari jumat, kami dispen lagi. Belajar lagi di perpus, dan menjadikan pojok b.i menjadi seperti rumah kami sendiri. Ada kabar buruk saat itu, bahwa tim2 akuntansi tiba-tiba berhalangan ikut lomba..............
Siangnya, kami memutuskan untuk pulang awal--sekalian bolos, dan makan Ice cream. Hari yang sangat indah, dapat ice cream yang murah dan enak dan tempatnya juga elite, dan yang paling penting, dapat sample es krim gratis (Blueberry&vanilla, enak sekaliiii). Seakan-akan kami mengawali lomba dengan berbagai keberuntungan.
Promosi gratis buat tempat es krim baik itu, : Buat yang tinggal di Ptk, datanglah ke I Scream di Jln. Putri Dara Hitam. Es krimnya lumayanlah. Mungkin kalian ga bakal seberuntung kami dengan mendapat dua gelas kecil es krim gratis, tetapi datang saja. Mangkuk es krimnya cantik, dekorasi tempatnya cantik, WC nya bagus. Dan adem. Dan harganya murah untuk anak seumuran kita. Di bawah 10 ribu bro.
Akhirnya, dengan modal belajar yang tak sampai seminggu menjelang lomba plus kasih sayang dan ketulusan penuh dari Pak Sukran, kami pun ikut lomba.
KALIAN TAHU TIDAK?
TAHU TIDAK?
Lebih banyak keluar teori.
Oh astaga, betapa saya bersyukur karena saya mengeyel dan ada sedikit belajar teori.
Peraturannya adalah, menjawab benar dapat 10, menjawab salah -5, dan tidak menjawab nilainya 0. Entah bagaimana caranya, kertas jawaban kami hampir terisi penuh, Hanya sedikit sekali yang dibiarkan kosong. Sebenarnya hal itu sangat riskan, dan selama selesai lomba kami sungguh menyesali, "Kenapa kita percaya diri banget ya..."
Ya, kami menyesali kepercayaan diri. Kaum introvert memang begitu wkwk.
Mulai dari sini, ada kejadian lucu berturut-turut yang kami alami.
Pertama, sehabis makan dan sembari menunggu lomba, saya dan teman-teman semua memutuskan untuk sholat ashar. Berhubung di sekolah tempat diadakannya lomba ini tidak ada mushola, jadi kami memilih untuk pergi ke mushola di dekat sekolah kami SMA Negeri 1 Pontianak. Semuanya berjalan dengan baik. Kami sholat dengan tenang, berdoa, dan akhirnya kembali ke motor. Saya sembari menggonceng teman saya, Vera, berjalan dengan tenang menuju SMA Santu Petrus, tempat lomba di adakan.
Tetapi ada yang aneh.
Saat melintas gedung sekolah SMA 1 Ptk, saya melirik dan mendapati ada seorang polisi di sana, memakai pakaian lalu lintas mereka + helm. Dahi saya mengernyit dan saya berpikir cepat.
Oh no! Razia!
Aduh, berdebar hatiku menatap polisi. Sudah terlanjur masuk perangkap, tidak ada lagi jalan untuk kabur. Selayaknya mengepung penjahat, polisi ramai berjejer di jalan dan menuruh kami menepi. Dengan tangan dingin saya menepikan motor. Ini adalah razia pertama saya, yang sebenarnya sudah saya idam-idamkan sejak memiliki SIM (tapi ternyata agak mengerikan saya bertemu kenyataan). Dengan sopan Pak Polisi menanyakan kelengkapan surat, dan saya pun, dengan deg-deg kan sekaligus penuh harap, memberi segala sim, stnk, ktp. Dan YEAY! Lolos. Oh, oh hahahaha.
Jadi akhirnya kami pun melanjutkan perjalanan dan berbelok ke jalur sebelahnya. Kalian tahu kan, biasa di jalan besar itu, ada di bagi dua jalur, yang satunya arusnya ke kiri, dan yang satu arus kendarannya ke kanan, dan tengah-tengah dibatasi oleh parit atau...balok semen(?) gitu. Nah, Polisi-polisi ini merazia jalur kanan-kiri.
Kami awalnya dari jalur kiri. Setelah lolos dari razia, kami harus mutar balik ke jalur kanan untuk sampai ke Santu Petrus karena itu adalah satu-satunya jalan terdekat yang memang biasa kami lewati. Tapi lucunya, saat baru saya semeter dua meter melewati jalur kanan, kami diberhentikan lagi oleh polisi dan meminta kami untuk bergegas masuk ke halaman kantor polisi (Iya, kebetulan kantor polisinya di situ juga). Saya sebenarnya sudah mau bilang, "Sudah dirazia pak tadi." , tapi berpikir bahwa mungkin saja mereka tak bakal percaya, saya pun ikut masuk ke dalam. Deg-deg kan lagi hahahahaha.
Di dalam halaman, barulah saya bilang saya tadi sudah di razia. Seperti dugaan, mereka tetap meminta saya mengeluarkan surat. That's okay, saya tunjukkan. Mereka tertawa dan mempersilahkan saya melanjutkan perjalanan. Kebetulan sebelum keluar, salah satu teman saya yang terjaring razia meminta saya untuk membawakan stnk.
Iya, diantara semua teman saya, hanya saya yang lolos razia.
Setiba kembali di petrus, ternyata pemenang lomba sedang diumumkan. Saya dan Vera menunggu sebentar..
Ternyata Tim akuntansi kami tidak disebut dalam daftar 16 besar. Hanya kedua tim ekonomi kami yang masuk 16 besar.
Ah..
Iya, lumayan kecewalah. Tetapi saya dengan mudah dapat menerimanya, dan bahkan hanya dalam beberapa menit, perasaan saya langsung membaik. Toh ini memang pertama kalinya kami ikut lomba. Tanpa berpikir panjang, saya dan Vera pun bergegas mengantar stnk ke teman saya yang malang itu.
Kami kembali melewati jalan yang sama. Dan masih ada razia.
Dan lucunya, kami diberhentikan lagi :'v
Ini kebangetan namanya, saya enggak bisa nahan ketawa pas disuruh menepi. Okelah. Kami menepi. Saya baru saja berkata, "Tapi Pak--" Ketika salah satu polisi (Sekedar info : Sangat ganteng) setelah dengan santai memotret kami yang terjaring ini, melangkah mendekat dan berkata, "Oh, ini kamu yang tadi sudah dirazia kan? Yasudah lanjut saja."
Kami pun berbelok ke jalur kanan, seperti biasa...........
Dan di suruh menepi lagi...
ASTAGA! TIDAK BISAKAH--?!
Intinya, akhirnya bapak dan ibu polisi itu menyadari bahwa kami adalah anak yang sama yang memiliki kelengkapan surat saat dirazia beberapa menit lalu. Dan dibebaskan. Saya sambil tertawa berkata ke teman saya, "Kok kebalik ya kayaknya, malah kita yang mengerjai mereka? Harusnya kan mereka yang membuat kita terjebak."
But anyway, karena sudah memiliki sim, saya menjadi salah satu orang yang patut bersyukur karena akhir-akhir ini polisi sedang gencar-gencarnya menertibkan pengendara lalu lintas. Semangat ya, Pak&Bu Polisi!!! (y)
4 kali dirazia dalam satu hari..lumayanlah. Lebih daripada apa yang saya harapkan.
Saat kembali menuju petrus untuk menunggu teman-teman ekonomi yang lolos dan sedang cabut undi, kami sudah berbahagia sama sekali dan tertawa-tawa. Di meja, sambil menunggu, kami menceritakan itu semua ke guru pendamping akuntansi kami yang sedang menunggu di meja juga. Tak lama anak-anak ekonomi pun keluar. Grace, salah satu anak ekonomi, berjalan cepat menghampiri kami dan tiba-tiba berkata.
"Eh, kalian tuh masuk 16 besar ya!"
Respon kami lambat. Jadi kami hanya mengernyit dan bertanya balik, "Hah?"
"Akuntansi SMA 1 tuh masuk 16 besar!"
"HAH?!"
Pemahaman mulai terbentuk dalam otak kami, dan mulut kami sempurna membentuk huruf o, "Hah?! Enggak mungkin! Tadi kan sudah disebut!"
Aku juga menambahkan, "Itu SMK 1 kali, bukan SMA 1."
"Itu ada daftar nama sekolah yang lulus, masa kalian tadi enggak liat daftar namanya sih?"
Astaga. Ini sudah seperti di film-film. Masih dengan tatapan tak yakin dan hati berdebar, kami berlari menuju kertas pengumuman yang ditempel di dinding dan mencari nama SMA 1 Pontianak.
Oh iya. Ada.
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
Rasanya itu. Yaampun. That's the awkward moment in my life. Padahal saat itu kami sudah biasa saja, sudah bahagia menerima kenyataan dan sudah sangat terhibur oleh razia-razia itu, ketika tiba-tiba teman kami berkata kami bahwa kami masuk 16 besar. Ini jauh-jauh lebih surprise dan menyenangkan daripada mengetahuinya sendiri saat pengumuman.
#mulaipasrah |
Malam itu, seperti yang sudah kami sombongkan di malam sebelumnya, kami pun belajar lagi di perpustakaan.
Tetapi kami tidak bisa sesombong malam sebelumnya. Kami betul-betul...pasrah.
Masalahnya adalah, seperti yang sudah disebut, kami bukanlah orang-orang yang suka berbicara, apalagi berkompetisi. Dan semifinal besok adalah LCC, sesuatu yang tak pernah sekalipun kami hadapi. Kami sama sekali tidak memiliki gambaran tentang LCC. Dan saya semakin yakin bahwa kesempatan kami tipis saat melihat teman-teman saya sudah keletihan untuk belajar. Apalagi lawan-lawan kami ini rata-rata SMK.
Kami masuk sesi kedua, jadi kami masih punya kesempatan untuk bersiap...dan..well.
Hal-hal yang terkadang membuat saya agak down adalah, setiap soal selesai dibacakan, bunyi klik-klik kalkulator segera memenuhi ruangan, tidak hanya dari peserta yang sedang lomba, tapi juga dari penonton. Gila. Saya sekarang sedang mual kalau mendengar bunyi klik-klik kalkulator lagi.
Kemudian sesi 2 dimulai. Sangat...ha..ha..ha. Kami seperti anak yang baru ditunjuk hari itu juga buat lomba. Kalkulator aja kami enggak modal, cuma minjem. Dan pas LCC. Aduh... HAHAHAHA. Nilai kami lumayan sih, tapi..tetap saja enggak dapat 8 besar. Agak disayangkan memang, karena skor kami dengan salah satu tim yang menang cuma beda 100, dan kalau saja kami masuk 8 besar, ada piala yang cantik.
Tapi sudahlah.
Bagaimanapun, meski kalah, saya tetap bangga, karena :
1. Ini pertama kalinya bagi kami bertiga ikut lomba
2. Pelajaran akuntansi baru dipelajari di kelas 3 dan itupun campur aduk sama ekonomi.
3. Kami baru fokus belajar tidak sampai seminggu menjelang lomba
4. KAMI SATU-SATUNYA TIM SMA NEGERI PONTIANAK YANG MASUK 16 BESAR. Sisanya gugur. Dan sebagian besar isinya SMK. Ini sih yang paling buat senang. Kami sih enggak heran kalo SMK masuk :'v, itukan memang pelajaran sehari-hari mereka.
Okelah. Menurut pengalaman ini, saya benar-benar berharap adik kelas kami di SMA 1 nanti disiapkan jauh-jauh hari, karena ada banyak sekali materi yang harus dipelajari. Saran saya sih, jangan terpaku pada kisi-kisi materi yang diberikan, tetapi masuklah lebih dalam dan berlarilah jauh lebih depan, serta lihatlah ke sisi yang lebih luas
Dan jangan belajar pas deket-deket lomba. Dan pilihlah minimal satu anak ekstrovet yang bisa memutuskan dengan cepat :')
2 comments
Beneran kak belum pernah ikut lomba sama sekali sebelumnya ? 😭
ReplyDeleteBsk juga lomba pertamaku dan cerita kita hampir sama kak 😭
ReplyDelete