*Tadinya mau nge-review buku Matahari-nya Tere-Liye yang selalu terabaikan karena kesibukan lucu-lucu dan mood yang ga bagus, udah cukup lama ingin aku review terutama karena ingatan tentang buku itu sekarang udah sekecil semut, tapi pas ada kesempatan gini.... postingan satu ini kayaknya lebih mendesak, mumpung masih hot dan asik diomongin*
AKHIRNYA LIBURAN!
Beberapa waktu terakhir saya sibuk mengeluhkan tentang betapa stressnya saya (dan teman-teman) mengenai kesibukan kelas tiga. Bosan saya ngomonginnya.
Pokoknya, rencana liburan ini sudah direncakan teman satu kelas sejak sebulan lalu. Ada salah satu teman kami, sebut sajabunga Mahesa Mauri yang keluarganya punya tambak dan menawarkan kegiatan menggiurkan di sana. Kalo dilihat dari proses berunding di kelas yang berkali-kali dilakukan dalam sebulanan itu, sebenarnya saya agak ragu apa benar acara ini akan benar-benar terjadi. Beberapa juga ragu dengan tambahan kekhawatiran : Seninnya pelajaran apa? Ada pr enggak? Ada ulangan enggak besoknya? #burengmodeon
Saya pribadi sih waktu itu bodo amat. Mau ada apalah besoknya, pokoknya mari kita lari dari kenyataan sejenak, bahwa kita sudah kelas tiga. Ini adalah saat yang tepat untuk bersenang-senang seperti sekumpulan remaja polos *ea*
Pada akhirnya, liburan satu kelas minus 5 orang ini terealisasikan, enggak perduli meskipun ada isu-isu pr dan ulangan yang terlupakan di hari Senin, enggak perduli juga meskipun ada pembukaan GLO dan foto tim (eh, denger-denger ada yang dikorbankan sih untuk ini). Kami berangkat pukul delapanan di hari Minggu, 4 September 2016. Ngaret dua jam dari rencana, seperti biasa.
Shubuh yang dingin ketika saya bangun. Tetapi karena mikir kami akan pergi jam 6 *hamba-Mu ini tertipu, Ya Tuhan* , saya nekat berperang dengan air. Setelah makan, mandi, nyiapin ini, itu, dan izin sama orangtua tersayang serta setelah terima kecupan imut dari adik saya, saya pun langsung cabut buat jemput teman saya, Sulis, lalu lanjut lagi ke tempat berkumpul, yaitu rumah Mauri.
Dingin.
Di sana, sudah lumayan ramai sih. Dengan kaget saya mendapati teman-teman yang sudah di sana, kalau tidak memakai pakaian berwarna merah, ya pakaian berwarna biru. Saya dan Sulis sendiri memakai pakaian warna merah. Ini memang enggak penting-penting amat, tetapi menjadi hiburan yang agak menarik. Satu persatu teman kami berdatangan dan entah bagaimana, sebagian besar dari kami kalau tidak memakai pakaian berunsur merah, mereka bakal memakai pakaian biru. Saya terharu, kami ternyata punya bakat saling bertelepati, yang tidak pernah kami sadari selama ini :')
Kami pergi dengan tiga mobil dan beberapa motor (4 kah? Lupa saya). Kami anak-anak cewek seperti biasa diistimewakan, semuanya masuk mobil. Sedangkan yang cowok-cowok pakai motor. Perjalanan dari rumah Mauri ke tambak di Pematang 7 memakan waktu kurang lebih 1 jam 30 menit. Saya satu mobil bareng Legha, Hana, Sulis, Cika, Grace, dan Rahma, dan abang yang saya tidak tahu namanya, yang bawa mobil. Pemandangannya bagus, tetapi sayangnya, makin dekat kami dengan lokasi Tambak, makin hancur jalan yang harus kami lalui. Bener-bener deh, bikin saya pusing. Saya berkali-kali menyugesti diri saya : "Tidak pusing, tidak pusing, tidak pusing, tidak pusing." Tapi saya justru makin pusing dengan kalimat berulang-ulang itu.
Sesampainya kami di sana.........
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
Tempatnya bagus sekali. Kami langsung dihadapkan dengan pemandangan sungai yang luas, dan bukit-bukit nun jauh di sana. Saya suka sekalii. Tambak milik keluarga Mauri juga memikat untuk dihampiri. Meski begitu kami masih bersantai dulu di pondok. Oh ya, pondoknya juga cantik. Dekorasinya sangat detail. Dari telepon zaman kuno, becak, delman(?), kaca, dekorasi dinding, tanaman hias, sampe bel zaman kuno. Benar-benar tempat yang pas untuk berlibur.
Setelah istirahat sebentar, kami langsung beramai-ramai turun ke tambak. Woah. Karena langsung di tepi sungai, jadi...agak...ngeri. Papan kayu yang turun sedikit dan terombang-ambing saat ditijak, ditambah dengan bunyi derit yang menegangkan.....tapi lumayanlah, seru kok. Saya bukan yang jantungnya paling berdebar ketika turun ke sana.
Laaaluuu, setelah lelah bersimbah air sungai dan berjuang melawan amukan ikan, kami pun kembali ke pondok dan menunggu waktu makaaan~ Nah, di sini, beberapa ada yang bantu masak (meski cuma bekerja pada bawang dan kangkung, karena sebagian besar dapur diambil alih oleh ibu-ibu yang sangat baik hati), ada juga yang bantu di bawah buat bersihin pemanggang sama ngurusin kelapa, dan terakhir, adalah kumpulan anak-anak yang bersantai. Jujur aja, saya diawal-awal sih bantu, misahin kangkung sama batangnya...tapi setelahnya..........yah, saya bergabung dengan anak-anak yang bersantai dan mulai berkeliaran di sekitar pondok. Entah nontonin cowok-cowok yang bakar ikan, entah nyandar di tiang sambil minum air jeruk, entah ngeliatin cewek-cewek sibuk sama kangkung HAHAHAHAHA, pokoknya sangat-sangat nyampah. Saya sempat juga sih bantu bakar ikan, tapi hujan? Saya dan teman-teman yang bantu akhirnya naik ke atas pondok lagi. Lalu setelah dipasang terpal, kegiatan bakar membakar dilanjutin sama ibu-ibu baik hati :') , saya kembali santai :v
Foto para pria yang bakar ikan sudah ditampilin di atas sekali, foto yang paling pertama. Bau ikan bakarnya benar-benar menggunggah. Apalagi saat itu memang sudah jam makan siang. Dengan penuh pengharapan kami menunggu...
Yah, penantian itu tiba. Nasi, tumis kangkung, ikan goreng dan ikan kabar + kecap pedas akhirnya jadi semua. Di bawah hujan gerimis di hari itu, kami beramai-ramai membawa makanan ke pendopo yang lebih luas. Makanan dalam jumlah besar dihidangkan, dan acara makan-makan pun di mulai.
Aduh, saya lapar lagi membahasnya. Enak loh :') , bahkan kecapnya juga enak. Setelah sesiangan bermain di bawah, dan bercengkrama (menahan lapar), maka makan bersama adalah bayaran terbaik saat itu. Kebersamaannya erat sekali. Berbagi makanan, mengoper makanan (ke kanan, ke kanan, ke kanan teruss mengopernya), kekenyangan, tertawa, dan akhirnya kembali bersantai, menikmati gerimis yang hampir reda.
Lalu kami kembali lagi ke tambak. Memberi makan ikan. Lucuuu banget ikan-ikannya, berebutan mengambil makan. Kami juga diperlihatkan dua ekor ikan mas yang beeesaaar sekali. Eh, saya gatau sih ya batas besarnya ikan mas itu berapa, tapi yang ini memang besar.
Kemudian kami foto-foto lagi. Lalu bersantai dan berganti pakaian. Lalu kami naik perahu motor. Eh? Apa sih namanya? Kalau ga salah sih perahu motor.
Daaan pulang, sedih menunggu hari esok yang harus upacara, dan belajar, dan menyambut kenyataan lagi. Udah ada rencana pingsan kayak kartu domino, tapi kami kasian juga sama PMR. Jadi ga jadi pingsan.
:v
Sepanjang perjalanan pulang, saya lebih banyak berusaha tidur. Di belakang, teman-teman saya asyik mengobrol dengan bahasa yang hanya mereka yang mengerti. Ketika sampai di Pontianak, kami enggak langsung pulang, tapi istirahat dulu sebentar, membicarakan rencana pingsan untuk hari Seninnya.
:-3
Ngomong-ngomong, ini foto yang ada saya #akhirnyajadiobjekkamera
Sekian.
Oya, seperti biasa diakhir postingan, saya ingin mengucapkan terimakasih. Terimakasih untuk Tuhan YME, terimakasih untuk Maury&Family, makasih buat anakips2/apron/antris, makasih buat abang yang saya tak tahu namanya yang sudah membawa kami sampai selamat pulang pergi, makasih buat bapak&ibu-ibu yang masakin kami masakan yang enak, makasih buat bapak yang bawa perahu, makasih buat ikan-ikan, dan...makasih untuk...kamu yang sudah melihat postingan ini :)))))))))
AKHIRNYA LIBURAN!
Beberapa waktu terakhir saya sibuk mengeluhkan tentang betapa stressnya saya (dan teman-teman) mengenai kesibukan kelas tiga. Bosan saya ngomonginnya.
Pokoknya, rencana liburan ini sudah direncakan teman satu kelas sejak sebulan lalu. Ada salah satu teman kami, sebut saja
Saya pribadi sih waktu itu bodo amat. Mau ada apalah besoknya, pokoknya mari kita lari dari kenyataan sejenak, bahwa kita sudah kelas tiga. Ini adalah saat yang tepat untuk bersenang-senang seperti sekumpulan remaja polos *ea*
Pada akhirnya, liburan satu kelas minus 5 orang ini terealisasikan, enggak perduli meskipun ada isu-isu pr dan ulangan yang terlupakan di hari Senin, enggak perduli juga meskipun ada pembukaan GLO dan foto tim (eh, denger-denger ada yang dikorbankan sih untuk ini). Kami berangkat pukul delapanan di hari Minggu, 4 September 2016. Ngaret dua jam dari rencana, seperti biasa.
Shubuh yang dingin ketika saya bangun. Tetapi karena mikir kami akan pergi jam 6 *hamba-Mu ini tertipu, Ya Tuhan* , saya nekat berperang dengan air. Setelah makan, mandi, nyiapin ini, itu, dan izin sama orangtua tersayang serta setelah terima kecupan imut dari adik saya, saya pun langsung cabut buat jemput teman saya, Sulis, lalu lanjut lagi ke tempat berkumpul, yaitu rumah Mauri.
Dingin.
Di sana, sudah lumayan ramai sih. Dengan kaget saya mendapati teman-teman yang sudah di sana, kalau tidak memakai pakaian berwarna merah, ya pakaian berwarna biru. Saya dan Sulis sendiri memakai pakaian warna merah. Ini memang enggak penting-penting amat, tetapi menjadi hiburan yang agak menarik. Satu persatu teman kami berdatangan dan entah bagaimana, sebagian besar dari kami kalau tidak memakai pakaian berunsur merah, mereka bakal memakai pakaian biru. Saya terharu, kami ternyata punya bakat saling bertelepati, yang tidak pernah kami sadari selama ini :')
Kami pergi dengan tiga mobil dan beberapa motor (4 kah? Lupa saya). Kami anak-anak cewek seperti biasa diistimewakan, semuanya masuk mobil. Sedangkan yang cowok-cowok pakai motor. Perjalanan dari rumah Mauri ke tambak di Pematang 7 memakan waktu kurang lebih 1 jam 30 menit. Saya satu mobil bareng Legha, Hana, Sulis, Cika, Grace, dan Rahma, dan abang yang saya tidak tahu namanya, yang bawa mobil. Pemandangannya bagus, tetapi sayangnya, makin dekat kami dengan lokasi Tambak, makin hancur jalan yang harus kami lalui. Bener-bener deh, bikin saya pusing. Saya berkali-kali menyugesti diri saya : "Tidak pusing, tidak pusing, tidak pusing, tidak pusing." Tapi saya justru makin pusing dengan kalimat berulang-ulang itu.
Sesampainya kami di sana.........
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA
Tempatnya bagus sekali. Kami langsung dihadapkan dengan pemandangan sungai yang luas, dan bukit-bukit nun jauh di sana. Saya suka sekalii. Tambak milik keluarga Mauri juga memikat untuk dihampiri. Meski begitu kami masih bersantai dulu di pondok. Oh ya, pondoknya juga cantik. Dekorasinya sangat detail. Dari telepon zaman kuno, becak, delman(?), kaca, dekorasi dinding, tanaman hias, sampe bel zaman kuno. Benar-benar tempat yang pas untuk berlibur.
Setelah istirahat sebentar, kami langsung beramai-ramai turun ke tambak. Woah. Karena langsung di tepi sungai, jadi...agak...ngeri. Papan kayu yang turun sedikit dan terombang-ambing saat ditijak, ditambah dengan bunyi derit yang menegangkan.....tapi lumayanlah, seru kok. Saya bukan yang jantungnya paling berdebar ketika turun ke sana.
Ini saat kami dipersilahkan mengambil ikan-ikan. Ada ikan mas, ada nila, dll dll, silahkan diciduk. |
Foto para pria yang bakar ikan sudah ditampilin di atas sekali, foto yang paling pertama. Bau ikan bakarnya benar-benar menggunggah. Apalagi saat itu memang sudah jam makan siang. Dengan penuh pengharapan kami menunggu...
Yah, penantian itu tiba. Nasi, tumis kangkung, ikan goreng dan ikan kabar + kecap pedas akhirnya jadi semua. Di bawah hujan gerimis di hari itu, kami beramai-ramai membawa makanan ke pendopo yang lebih luas. Makanan dalam jumlah besar dihidangkan, dan acara makan-makan pun di mulai.
Aduh, saya lapar lagi membahasnya. Enak loh :') , bahkan kecapnya juga enak. Setelah sesiangan bermain di bawah, dan bercengkrama (menahan lapar), maka makan bersama adalah bayaran terbaik saat itu. Kebersamaannya erat sekali. Berbagi makanan, mengoper makanan (ke kanan, ke kanan, ke kanan teruss mengopernya), kekenyangan, tertawa, dan akhirnya kembali bersantai, menikmati gerimis yang hampir reda.
Lumayan, kan? |
Ini lagi di perahu. |
:v
Sepanjang perjalanan pulang, saya lebih banyak berusaha tidur. Di belakang, teman-teman saya asyik mengobrol dengan bahasa yang hanya mereka yang mengerti. Ketika sampai di Pontianak, kami enggak langsung pulang, tapi istirahat dulu sebentar, membicarakan rencana pingsan untuk hari Seninnya.
:-3
Ngomong-ngomong, ini foto yang ada saya #akhirnyajadiobjekkamera
Menjelang sunset. |
Saya kok kelihatan gemuk :'( *programdietakandimulaisetelahini* |
Ini saya murni candid, gatau sih sebelah saya >,< |
Sekian.
Oya, seperti biasa diakhir postingan, saya ingin mengucapkan terimakasih. Terimakasih untuk Tuhan YME, terimakasih untuk Maury&Family, makasih buat anakips2/apron/antris, makasih buat abang yang saya tak tahu namanya yang sudah membawa kami sampai selamat pulang pergi, makasih buat bapak&ibu-ibu yang masakin kami masakan yang enak, makasih buat bapak yang bawa perahu, makasih buat ikan-ikan, dan...makasih untuk...kamu yang sudah melihat postingan ini :)))))))))
0 comments