Well, hari
pertama 2017. Enggak seperti biasanya, malam tahun baru kemarin enggak hujan.
Atau hujan pas tengah malam? Entahlah, aku sudah tidur jam 10 malam hahahaha.
Nothing spesial. Sehabis main game lama favorit saya di hp (Harvest Moon, btw),
saya ketiduran.
Tapi
sekarang saya tidak berminat buat ngomongin tahun baru yang biasa-biasa banget
ataupun game yang saya mainin. Saat ini saya mau membeberkan pengalaman saya
belanja di toko tadi pagi.
Sebut
saja Toko Melati, atau biar lebih singkat kita sebut Toko L :v . Saya yakin
kalian, terutama yang tinggal di kota-kota besar, kenal betul dengan toko ini.
Di kota saya lagi menjamur di akhir-akhir ini, setahun dua tahun terakhir sih
ya? Atau lebih? Ya pokoknya belum lama juga. Saya enggak berani sebut nama deh,
bahaya. Karena tentu saja, pengalamannya agak..yah..yah.
Jadi
biasanya saya belanja di temennya Toko L, yaitu Toko Dahlia atau kita sebut aja
Toko D :v. Toko L emang lebih dekat
dengan rumah saya sih, tapi entah kenapa saya suka saja belanja di Toko D. Cuma
sekali dua kali saja ke Toko L. Contohnya pagi ini.
Pagi
tadi adalah pagi yang indah. Sinar matahari hangat menelisik di antara
dedaunan. Sayangnya, saya terbangun dalam keadaan setengah pusing. Mungkin
kebanyakan main game plus baca buku (Iya, jadi sambil nunggu HP di cas, saya
baca buku). Meskipun sudah mandi makan santai saya masih saja merasa kurang
segar, akhirnya saya memutuskan untuk ke Toko L sebentar buat beli minuman enak,
sekalian beli camilan.
LAMA
BANGET BASI-BASINYA.
Langsung
ke inti deh. Jadi pas saya masuk dan asyik mencari minuman sachet yang saya
maksud, tak lama pendengaran saya benar-benar terganggu sama teriakan-teriakan
staf yang kerja di sana (inikah kita
menyebutnya? Saya enggak tahu/lupa sebutan apa yang tepat untuk orang2 yang
bekerja di toko seperti ini. Kita sebut saja staf) . Paling tidak ada tiga orang
yang saling berteriak. Satu di kasir, satu di ujung entah di mana, satu
selorong sama saya.
Enggak
terlalu jelas apa yang mereka perdebatkan. Sesuatu semacam saling ejek ala
pemuda-pemudi awal 20 tahunan, atau akhir 19-an tahun. Enggak banget.
Tiga-tiganya saling manas-manasin.
Sinting.
Well,
saya sama sekali tidak perduli kalau mereka punya masalah di belakang. Tapi enggak
perlu juga kan saling teriak di antara pelanggan? (Ramai loh) . Seumur-umur
saya belanja di toko yang notabene punya pendingin ruangan, ini pertama kalinya
saya melihat sesuatu yang seperti ini.
Mungkin orang lain biasa saja. Namun bagi saya yang mencintai kesunyian,
kesenyapan, dan kedamaian, kejadian ini nih mengganggu banget. Kalo teriak buat
hal baik-baik—misalnya minta ambilkan barang, oke-oke aja. Tapi serius deh,
kali ini nih enggak jelas banget. 99% berdasarkan dendam kesumat.
Cepat-cepat
saya mengambil barang yang saya maksud lalu ke kasir. Sambil mengantri, tiga
staf ini masih belum juga berhenti teriak-teriak, salah satu yang saya ingat si
cewek bilang “Emang lo raja apa?” (Ini diucapkan dengan logat...ehm. Lebay. Ga
ada kata yang lebih sopan untuk melukiskannya.)
Yaampun Ya Tuhan. Entah saya harus ngakak atau beli lakban sekalian buat
membungkam mereka bertiga.
Apakah
setelah itu selesai? Iya sih, ‘agak reda’. Tapi ada masalah baru. Saya masih
ngantri nih, yang entah kenapa lama banget. Lalu tiba-tiba satu di antara dua
cewek kasir ngomong : “Tuh kan, si Ibu itu datang lagi, pasti mau ngurus (hal
remeh sih, bukan apa2, jadi ga usah saya sebut aja)...”
Dia
ngomongnya di depan antrian yang ramai, gaes.
Saya pun
menoleh dan melihat seorang Ibu-ibu datang pakai mobil. Lalu tiba-tiba saya
teringat dengan cerita abang saya : Waktu dia ke Toko L yang sedang saya
datangi ini, dia enggak sengaja dengar salah seorang staf ngomong “Pasti abang
ini lagi yang datang....” pas dia mau masuk ke dalam toko.
Kalau
dilihat dari sisi positifnya, sebenernya bagus. Itu artinya para staf punya
ingatan bagus tentang siapa-siapa saja pelanggan mereka. Tapi coba deh kalian
dengar cara dia ngomong, seakan-akan; “Yaampun! Orang ini lagi?! Males banget
gue.”
Si Ibu
emang punya urusan penting sama si kasir.
Oke,
coba bayangin, kalo suatu hari saya ke Toko L lalu dikatain sama si kasir, “Eh
liat tuh, si cewek judes datang lagi. Palingannya beli barang itu lagi. Lama
lagi milihnya,” di depan semua orang yang ngantri.
Ewh.
Masih
mengantri, saya enggak sengaja melihat si kasir yang satunya lagi menghempaskan
gula yang dibeli pelanggan ke meja. Pelan sih. Tapi, wow. Enggak senormal kasir
yang biasanya saya temui. Namanya tetap ‘menghempaskan’. Bukan ‘pluk’ tapi ‘PAK!’.
Cepat-cepat
saya menutupi wajah saya dengan dompet dan kemudian menggigit bibir saya. Saya
bener-bener ga bisa nahan ketawa!
***
Oke.
Maaf buat Toko L karena saya benar-benar menjelek-jelekkan dikau. Buat kalian
yang membaca, sekali lagi, mungkin saya terkesan lebay. Tapi saya paham kenapa
saya bisa sangat mempermasalahkan ini. Sebabnya adalah karena saya nyaris
enggak pernah mengalami kejadian lucu itu. Saya terbiasa belanja di Toko D,
terbiasa dengan pelayanan yang ramah, nyaman, dan yang paling penting, enggak
berisik. Di pasar sih oke, warung kecil juga oke. Tapi di toko seperti ini?
Sebenernya,
enggak semua toko2 L (ekhem iya ada cabang kok ekhem) punya staf-staf *tiiiiiiiiiit*tiiiiiiit*tiiiiiiiiiiiiiiiiiiit*
kayak gitu. Saya pernah ke salah satu tokonya dan pelayanannya bagus sekali.
Tapi
tetap saja, sekarang saya jadi malas mau ke Toko L itu lagi, Toko L yang dekat
rumah saya. Mungkin lain kali saya bakal berbelanja ke temannya saja besok-besok
wkwkwkwk.
0 comments