nb (2018) : saya sudah membaca ulang postingan ini dan setelah setahun lebih serta melewati berbagai hal, saya tahu ada beberapa bagian di postingan di bawah ini yang seharusnya tidak saya tulis. Dulu pemikiran saya memang dipengaruhi oleh lingkungan saya yang menolak mentah-mentah mengenai 'pindah jurusan' . Namun sekarang, seteah setahun lebih di kampus, ada banyak cara pandang saya yang berubah dan saya harus mengakui itu.
Bagi saya, tulisan di bawah memang cenderung kasar. Tetapi saya tetap tidak ingin mengubah satu kata pun dari tulisan di bawah karena memang seperti itulah yang saya pikirkan dulu tentang silang jurusan, begitupun sebagian besar anak jurusan IPS yang lain. Sekarang saya lebih banyak menoleransi hal-hal seperti ini, karena itulah fase kehidupan di mana banyak orang masih terjerat dalam sikap labil mereka sendiri. Itulah fase kehidupan yang menjadi pelajaran bagi kita semua. Namun tetap saja, untuk kalian semua yang berminat pindah jurusan atau berminat menentukan jurusan saat SMA, kalian setidaknya harus tahu apa yang kami anak IPS rasakan diujung tahun sekolah kami. Dan inilah alasan saya tetap mempertahankan postingan ini.
Sekali lagi saya tegaskan, saya masih tidak suka dengan orang-orang yang mengambil jurusan yang bersilangan saat mau kuliah. Tetapi sekarang, saya juga sudah jauh lebih menoleransi mereka yang melakukan itu.
Selamat membaca! Maaf jika ada kalimat yang tidak berkenan di hati.
***
Sudah 2017, saya sudah kelas 3 SMA semester 2. Ini artinya di kelas sedang hangat-hangatnya membahas mengenai jurusan, universitas, snmptn (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri/jalur undangan) , sbmptn (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri/tes) dan ah.. tentu saja, para ekhem penikung ekhem.
Bagi saya, tulisan di bawah memang cenderung kasar. Tetapi saya tetap tidak ingin mengubah satu kata pun dari tulisan di bawah karena memang seperti itulah yang saya pikirkan dulu tentang silang jurusan, begitupun sebagian besar anak jurusan IPS yang lain. Sekarang saya lebih banyak menoleransi hal-hal seperti ini, karena itulah fase kehidupan di mana banyak orang masih terjerat dalam sikap labil mereka sendiri. Itulah fase kehidupan yang menjadi pelajaran bagi kita semua. Namun tetap saja, untuk kalian semua yang berminat pindah jurusan atau berminat menentukan jurusan saat SMA, kalian setidaknya harus tahu apa yang kami anak IPS rasakan diujung tahun sekolah kami. Dan inilah alasan saya tetap mempertahankan postingan ini.
Sekali lagi saya tegaskan, saya masih tidak suka dengan orang-orang yang mengambil jurusan yang bersilangan saat mau kuliah. Tetapi sekarang, saya juga sudah jauh lebih menoleransi mereka yang melakukan itu.
Selamat membaca! Maaf jika ada kalimat yang tidak berkenan di hati.
***
Sudah 2017, saya sudah kelas 3 SMA semester 2. Ini artinya di kelas sedang hangat-hangatnya membahas mengenai jurusan, universitas, snmptn (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri/jalur undangan) , sbmptn (Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri/tes) dan ah.. tentu saja, para ekhem penikung ekhem.
Btw buat
yang belum tahu, secara umum SNMPTN adalah jalur masuk Universtas Negeri
menggunakan nilai raport, lalu kalau SBMPTN adalah jalur masuk Universitas
Negeri melalui tes. Saran saya buat yang masih kelas 10 SMA atau di bawahnya,
mulai sekarang jagalah nilai raport kalian. Jangan sampai naik turun supaya
kemungkinan masuk SNMPTN lebih besar, karena soal-soal SBMPTN itu kesulitannya
sudah terkenal seantero negeri (belum coba sih, btw). Apa yang disebut
matematika dasar itu sama sekali enggak ada dasar-dasarnya. Well, kalo ada yang
mudah ngapain cari yang susah?
Saya
sekarang baru mau mulai belajar sbmptn :’ sudah terlambat banget ya.
Lalu ada
satu lagi masalah. Jadi nih ada banyak isu mengenai ‘segelintir’ orang yang
kayaknya mau masuk jurusan ptn yang enggak se-linear sama jurusan mereka pas
SMA. Biasanya kita kenal dengan istilah IPC (Ilmu Pengetahuan Campuran).
Saya
yakin, ini pasti pembahasan yang selalu muncul setiap tahun di antara anak-anak
SMA. Pas sudah dekat-dekat kelulusan, tiba-tiba ada saja anak dari golongan
antah berantah bilang : “Ah! Gue mau ambil jurusan yang beda ah nanti pas
kuliah! Pasti masuk dong, gue kan keren,
orang keren selalu dipercaya.”
Kelas
saya, XII IPS 2, adalah salah satu yang banyak membahasnya. Di kelas saya sih
kelihatannya tidak ada yang berminat mengambil jurusan yang berbeda dari jalur
IPS. Maksud saya, pas ada salah satu bilang mereka mau masuk arsitek ;)
misalnya, biasanya sih diketawain ; “Hahaha, itu untuk IPA dek. Tapi coba saja.
Tapi itu emang buat IPA, nanti kamu kesulitan. Tapi boleh dicoba.”
Jadi
gitu deh, kita kejar mimpi yang sudah tersedia saja. Cuma denger-denger di jurusan seberang banyak yang mau IPC ;-) .
Saya cuma
mau berpendapat saja, bagi yang IPS mau ke jurusan IPA nanti ataupun sebaliknya.
Kalian itu bener-bener manusia terlabil sepanjang masa. Enggak konsisten.
Lemot. Lola. Enggak punya pendirian. Enggak tahu diri. Egois. Masa iya butuh
waktu 3 tahun lamanya, setelah terpontang-panting di wilayah sendiri, enggak
mau mengambil kesempatan yang diberikan,
keras kepala hanya karena hal kecil, lalu barulah terpikir, “Ya ampun, kayaknya
aku lebih suka jurusan itu.” Padahal pernah pun enggak :v .
Jadi
selama ini kalian masuk jurusan itu cuma buat keren-kerenan apa? Prestise?
Harga diri?
Padahal
kalau kita kembali ke awal sekali, seingat saya guru-guru maupun senior sudah
berkali-kali memberi nasihat, menjelaskan, memberi solusi. Orangtua juga sudah
membantu. Saya pikir semuanya sudah memutuskan pada awal sekali itu. Meski
keputusan itu berat, meski hanya pelarian, atau karena memang benar-benar
menginginkannya. Tetap saja seharusnya keputusan itu sudah dipikirkan
baik-baik.
Bahkan
pas kita sudah masuk jurusan masing-masing di SMA, sekolah masih memberi satu
kali lagi kesempatan buat pindah jurusan kalau memang mau.
Terus
kenapa tidak dilakukan? ;)
Setelah
semua ini, keputusan tetap terserah kepada masing-masing individu. Hanya saja,
kalau saya sih malu : ) . Bayangin, saya tiga tahun belajar di IPS, siang malam
belajar, ngabisin tinta pulpen, ngabisin kertas, ngabisin kuota buat nanyain
pr, ngabisin bensin buat ke sekolah cuma demi belajar materi Ilmu Sosial tuh. Belum
lagi misalnya orangtua ngabisin banyak duit buat nge-les-kan saya supaya dapat
nilai bagus DI IPS, ngeluarin duit lagi buat beli buku-buku PELAJARAN IPS.
Lalu pas
kuliah saya ambil Kedokteran, belajar lagi materi-materi yang sepenuhnya baru
:v .
Ya
ampun, malu banget. Bukan hanya karena ENGGAK
MENGHARGAI HIDUP SAYA selama tiga tahun terakhir, tetapi juga karena saya
rupanya sudah MENGAMBIL HAK ORANG LAIN.
:D Wow.
***
Hmm..
jadi, apakah ada di antara kami di IPS yang takut akan tersaingi oleh anak-anak
seberang kalau mereka terbukti mengambil IPC? Tentu saja ada. Saingan di sesama
IPS saja sudah banyak, lalu kemudian kami menyadari hak milik kami terancam di
ambil.
You have
your own way, guys. Jangan suka nikung. Seberapa banyak pun fasilitas yang
dihalalkan buat nikung, tetap aja namanya nikung. Ga malu kah? ;)
No hate
ya HAHAHAHA. HAHAHAHA. Jangan merasa
tersindir. Maksudku, di antara kalian yang baca ini pasti enggak ada yang
berminat beralih jurusan bukan?
1 comments
Setuju sekali...WKWKWKKWK
ReplyDelete