source : deviantart.com |
Buat seseorang, yang namanya enggak
pernah disebut di blog ini atau di manapun juga kecuali di status whatsappku.
Nama yang bahkan hanya menjadi inisial di bio Instagramku.
Buat seseorang, yang juga fotonya tidak
pernah muncul di satupun medsosku. Dan kalau muncul selalu ada sensor
menyertainya (haha).
Buat seseorang, yang sudah menghabiskan
setengah tahun waktunya untuk menemani hari-hariku, dan masih hingga sekarang,
dan semoga seterusnya.
Nah, kita pernah satu bulan penuh tidak
bertatap muka. Berjarak ratusan kilometer jauhnya. Sekali dua aku berpikir,
beberapa bulan yang lalu aku akan biasa saja menghabiskan waktu sendiri, bahkan
mungkin menikmatinya, karena hanya saat-saat itu aku bisa sepenuhnya bebas.
Tapi sebulan kemarin, aku menyadari ternyata tidak semudah itu, untuk tetap jauh.
Ada yang kurang, dan hilang. Tidak mudah, untuk tetap jauh dan mengisi
kekosongan dengan kepercayaan dan rasa yakin. Tidak mudah, untuk mengikat rindu
tetap berada dalam jalur yang sama. Terlalu jauh—bagiku yang selama ini hampir
setiap hari bersama. Terlalu jauh untuk tetap tenang dan meyakini bahwa aku
bukan satu-satunya yang berharap bisa bertemu untuk merengkuhmu dalam kerinduan.
Satu bulan yang akhirnya terlewati. Tetapi
tidak pernah ingin kuulangi. Aku tidak pernah lupa bagaimana perasaan khawatir,
gelisah, khawatir, gelisah, terus menerus meneror. Terutama jika bukan hanya
jarak yang jauh, namun juga hati yang sempat menutup diri bersama rasa takut
dan cemas.
Untuk seseorang, yang tidak pernah
berhasil membujukku untuk berkunjung. Kita akhirnya bertemu. Sebuah perasaan
yang hangat dan familiar kembali memenuhi hatiku.
Jujur, berbagai pikiranku mendadak buntu
saat bertemu. Aku tidak ingat kalimat apa yang ingin kuucap—sehingga yang terlontar
malah percakapan yang terlalu biasa saja, atau terlalu receh. Padahal aku sudah
menyusun dengan cermat kalimatku di dalam hati, dari yang sebuah kalimat
sederhana, “Aku rindu sekali,” hingga yang rumit bagiku. Tapi ternyata semuanya
masih tersimpan rapat-rapat dalam hati. Tidak terucap oleh bibirku. Tidak
terdengar olehmu.
Maaf aku tidak pernah terbiasa.
Akhirnya kita bertemu. Meskipun,
sebenarnya, aku juga cemas. Karena kalimat rindu itu juga tidak datang untukku.
Kita chattingan, dan membaca pesanmu kadangkala membuatku berpikir, “Apa masih
capek ya habis kegiatan kemarin? Lagi mau me
time?”. Ingin bertanya, tapi tidak mau merusak suasana. Ingin chatting lebih lama, tapi lagi-lagi, tidak ingin mengganggu waktu luang.
Semoga
besok capeknya sudah hilang. Hanya berharap begitu.
Untuk seseorang,
Kita hari ini bertemu lagi.
Berjalan pagi meskipun enggak sesuai
rencana. Mau olahraga tapi stadium malah masih tutup. Duduk bersantai malah
diganggu asap bakaran. Tidak tahu bagaimana perasaanmu, tapi aku senang sekali
haha. Senang karena bertemu lagi. Bercanda lagi. Quality time lagi. Satu jam.
Dua jam. Tidak juga cukup. Aku tahu kamu sedang sibuk. Tapi egoku sedang
menguasai pagi tadi. Rasanya ingin lebih lama. Sesekali saja, setelah sebulan
tidak bertemu, aku ingin lebih lama
bersama. Aku tahu kamu orang yang tepat waktu dan tepat janji, tapi sekali saja
pagi tadi, aku ingin membuatmu terlambat, untuk menemaniku. Untuk bersama
beberapa menit lagi. Rasanya kekanak-kanakkan, tapi aku tidak bisa menahan
egoku untuk tidak melakukannya.
Aku pikir pagi tadi akan jadi pertemuan
terakhir untuk hari ini. Entah kapan bisa menghabiskan waktu bersama lagi. Tapi
ternyata malam ini kamu datang lagi. Padahal aku tahu kamu seharian di luar,
sibuk dengan kegiatan. Tapi kamu sempat datang. Merelakan waktu istirahatmu
untuk bertemu denganku, bercengkrama, berbagi cerita, tertawa.
Malam ini aku berkali-kali melihatmu
menguap, berkali-kali mengerjapkan mata—capek, ngantuk. Tapi toh kamu tetap
datang. Menyempatkan waktu lagi. Kalau menggunakan kalimat yang lebay, aku
ingin bilang hal ini membuatku agak..terpesona. Hahaha.
Aku merasa sangat-sangat senang, menyadari
bahwa ada seseorang yang ingin menemuiku untuk menghabiskan waktu bersama.
Disayangi, dan terutama diingat,
bahkan di antara kesibukan dan rasa lelah, membuatku merasa beruntung.
Ada banyak kalimat yang tidak terucap.
Tetapi malam ini aku ingin mengatakan, bahwa aku masih rindu. Masih ingin
bertemu berkali-kali. Masih berharap kamu merinduiku juga. Masih tidak ingin jauh-jauh.
Dan makasih banyak untuk waktunya. Aku
tidak tahu bagaimana mengucapkan rasa terimakasihnya dengan benar. Satu hal
yang pasti, aku benar-benar menghargai caramu yang mau meluangkan waktu,
sesuatu yang mungkin masih harus kupelajari darimu. Maaf untuk sikap
kekanak-kanakanku yang menahanmu pergi, hehe. Malam ini, jika bukan karena
meliat matamu yang keliatan capek, mungkin aku masih akan menahanmu lagi. Wkwk.
Sekali lagi, aku masih rindu. Dan ingat apa
yang kamu ucapkan sebelum pamit tadi? Well, aku juga masih ingin terus……………..
:)
Goodnight,
it’s time to sleep. Sleepwell and have a sweetdream, my one and only.
<3
February 3, 2019. 11.30pm.
***
nah, aku gatau jam segini orangnya udah tidur apa belum wkwk. Kayaknya belum sih. Gatau juga bakal dibaca atau enggak. Tapi biarlah, emang tujuanku mau...mengungkapkan hal-hal yang biasanya dipendam,
0 comments