Beberapa tahun yang lalu, saat aku masih SMA, aku ingat pernah membaca postingan penulis novel terkenal--Tere Liye yang salah satu kalimatnya kurang lebih begini...
Aku yakin aku tidak sendirian merasakan ini. Dulu, LGBT adalah bahan lelucon. Tetapi hari ini, LGBT adalah 'hak-hak' yang diperjuangkan, dan diseriusi.
Kalau menelisik dari website berita Republika[1], LGBT sudah mulai muncul bibitnya sejak 1960-an, dan berkembang 1980-an hingga semakin massive sekarang. Begitu pula dengan organisasi yang mewadahinya. Namun sebenarnya, jauh sebelum itu, bahkan sebelum Indonesia terjajah, LGBT sudah ada di di Nusantara dan sebagian tergerus ketika agama Islam maupun Kristen masuk. Hal ini bisa dibaca di Dialog mengenai LGBT di Indonesia halaman 30[2].
Penemuan yang mengesankan dari riset kecil-kecilanku mengenai LGBT di Indonesia ini adalah fakta tentang pertemuan kelompok LGBT--dan pendukungnya yang terus dilakukan secara rutin. Misalnya di awal, tercatat ada Kongres Lesbian & Gay (KLG) 1 1993 di Jogja, kemudian KLG 2 di Bandung 1995, dan KLG 3 di Bali 1997. Belum lagi pertemuan lain yang kalau ditulis semua mungkin butuh waktu berjam-jam. Kegiatan ini awalnya disamarkan sebagai kegiatan berkedok lain. Intinya, perjuangan dan pertemuan itu dilaksanakan dengan konsisten mulai dari Konferensi Daerah, Nasional, hingga Internasional. Bahkan hingga ke daerah 'konservatif' seperti Aceh. Dan kalau kita mengenal yang namanya Pride Month bulan Juni, maka dulu ada yang namanya September Ceria di Indonesia. Tidak heran LGBT bisa semakin masuk ke masyarakat, effortnya ga main-main guys.
Fakta pentingya lagi, organisasi-organisasi dan kegiatan ini terkadang mendapat bantuan dana dari luar negeri.
Ketika aku membaca makalah tentang Laporan LGBT Nasional Indonesia[2], sebenarnya ada beberapa hal lucu yang bikin geleng-geleng kepala ketika membacanya. Ada 85 halaman dalam laporan tersebut. Berisi hasil dialog mengenai LGBT terutama di Indonesia, ditulis dan disusun dengan sangat niat. Walaupun isinya bikin ngelus dada, mungkin aku harus berterimakasih kepada penulisnya karena bisa dibilang laporan tersebut adalah salah satu laporan paling mendetail mengenai kondisi LGBT di Indonesia s/d 2013.
Misalnya opini tentang ini;
Kalimat "Kurangnya pendidikan tentang seks dan seksualitas di lingkungan sekolah....." yang walaupun di awal merujuk pada pendidikan seks tapi kemudian dilanjutkan tentang persoalan LGBT, membuatku merinding membayangkan bagaimana ideologi LGBT disampaikan ke anak sekolahan secara terbalik; alias menganggapnya wajar dan sah. Bisa kebayang nanti di buku biologi anak SMP/SMA ada anatomi transgender? Atau di pelajaran IPS misalnya, satu bab tentang "Perjuangan Hak-hak LGBT" ? Kalau sekarang ada Kartini dan Hellen Keller yang dianggap sebagai tokoh emansipasinya wanita, mungkin di masa depan bakal ada nama Sam Smith atau atlet renang Lia Thomas di bab khusus itu.
Jangankan di masa depan deh, sekarang saja sudah marak sisipan-sisipan LGBT di berbagai aspek, dengan penargetan khusus untuk bocil-bocil kesayangan kita semua. Misalnya, ini yang masuk berita ya, buku pelajaran yang mengandung unsur LGBT pada 2017 [3]. Lalu film-film dari Disney; Zootopia, Toy Story 4, Onward, Lightyear, dan yang terakhir aku tahu adalah Strange World. Entahlah kalau ada update. Masalahnya, saat aku bilang disisipkan, maka maksudnya adalah benar-benar penyisipan. Justru di sini bahayanya, penyisipan ini menunjukkan seakan-akan LGBT bukanlah hal yang 'besar', seakan-akan itu normal dan terjadi di belahan dunia manapun. Mulus banget. Film-film mereka tidak menampilkan kampanye terang-terangan seperti demo yang menuliskan "DUKUNG LGBTQ", namun memberikan gambaran semanis apa LGBT dalam kehidupan sehari-hari.
Ditambah lagi sekarang Marvel, sejak 'diambil alih' oleh Disney, juga terkena cipratan LGBT. Eternals, Dr. Strange: Multiverse Of Madness, Thor Love & Thunder. Gila kali, mana TV di rumahku langganan Disney, kebayang gimana adikku yang umurnya masih 9 tahun disodorkan tontonan menyesatkan?
![]() |
Tokoh LGBT di Strange World - Disney. |
Kabar paling terbaru yang menurutku sama mengerikannya adalah saat bulan Juni 2023 kemarin, di mana Pride Month diperingati, banyak perusahaan ikut memperingatinya dengan berbagai cara. Salah satunya adalah game-game yang biasa dimainkan oleh bocil-bocil di lingkungan kita.
![]() |
Sumber: Quora[4] |
Risiko masalah yang ditimbulkan melalui hubungan seksual melalui anus misalnya menyebabkan kerusakan organ anus karena anus tidak mempunyai pelumas, kemudian dapat meningkatkan risiko infeksi bakteri karena anus merupakan tempat yang infeksius, menyebabkan pelemahan otot cincin anus yang menyebabkan gangguan kontrol buang air besar, selain itu juga yang berbahaya yaitu menimbulkan risiko tertular penyakit menular seksual.
Apa tidak merinding bestie?
Itukan untuk aktivitas seksual ya. Bagaimana dengan transgender? Yah kemarin juga sempat viral kan tentang neovagina?
![]() |
Sumber: CNN[8] |
Dari apa yang kubaca, rumor ini tidak benar[8]. Namun bukan berarti semuanya segampang itu. Kalian bisa baca artikel tersebut dan lihat betapa...ribetnya perawatan setelah operasi, mungkin untuk selamanya. Belum lagi risiko infeksi yang juga mengintai.
![]() |
[9] |
Khusus untuk transgender, kecuali yang memang terlahir intersex, dari awalkan sudah lahir dengan kromosom dan hormon yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Justru akan ada banyak ketimpangan yang akan terjadi jika mengusahakan 'kesetaraan gender' ini. Misalnya transpuan yang ingin disetarakan dengan perempuan original. Tau gak kasus Lia Thomas yang memenangkan kompetisi renang KATEGORI PUTRI? Faktanya Lia Thomas adalah transgender. Ya lu bayangkan aje.
![]() |
Pemikiran gue ya, lu ngaku jadi cewek lu punya kuasa. |
Huf.
Balik ke Indonesia, meskipun tidak ada kata dukungan, aku tidak merasa di Indonesia LGBT benar-benar dilarang. Bisa dilihat ada website-website berbahasa Indonesia yang terang-terangan mendukung gerakan LGBTQIA+ tidak terkena internet positif tuh hahahaha. Malah ketika melakukan searching tentang LGBT, webiste merekalah yang muncul paling atas.
Kalau untuk Undang-undang dan masalah hukumnya, aku tidak begitu memperdalaminya. Walaupun memang sekali dua liat kasus di TV tentang pelaporan ke kepolisian karena hal-hal ini. Misalnya pasangan berumah tangga yang ketahuan ternyata sesama jenis.
Yah, memang konyol rasanya masuk penjara karena jatuh cinta. Tapi mengingat jenis jatuh cinta ini bisa nimbulin penyakit, mungkin baiknya dihindari aja kawan.
Sebuah pertanyaan yang sering diajukan di internet; apa yang akan kamu lakukan kalau ada temanmu yang ternyata LGBT? Jawabannya adalah; aku tidak tahu. Tentu saja aku punya beberapa kenalan yang ternyata LGBT, tapi ya itu, hanya sebatas kenalan karena tidak pernah benar-benar berbicara.
Tapi yang pasti, aku akan memastikan 'teman'ku itu tau kalau aku bukan seorang pro-LGBT.
Sebagai penutup, perjuangan hak LGBT ini selalu membuatku juga memikirkan bagaimana orang zaman dulu berusaha keras memperjuangkan hak Orang Kulit Berwarna dan hak-hak perempuan. Ini membuatku bisa membayangkan bahwa di masa depan sangat mungkin akan tiba zaman di mana LGBT benar-benar dianggap sama oleh masyarakat sebagaimana perempuan dan orang kulit berwarna hari ini dipandang. LGBT akan dianggap sebagai kenormalan yang tidak lagi asing. Dan pada masa itu, mungkin akulah yang akan dikenang sebagai orang jahatnya, yang memandang sebelah mata, yang menentang, yang paling rasis sedunia. Dan tulisan ini akan menjadi bukti nyata 'kejahatan' seorang Sherenanda, si penentang LGBTQIA++. Haha.
0 comments