Sebenarnya
besok ada ujian sekolah. Tetapi saya benar-benar ingin menceritakan kejadian
yang baru saja saya alami ini.
Jadi,
tadi ceritanya waktu maghrib sudah masuk. Adzan berkumandang baik dari
masjid-masjid sekitar maupun TV. Saya pun menuju ke kamar mandi dan berwudhu.
Selepas
dari kamar mandi, saya melintasi ruangan keluarga dan menuju ruang sholat. Di
sana TV menyala dengan volume cukup kencang, dan ada adik saya yang terkecil
lagi main sama Lizan, anaknya dari Ibu yang bantu kerja di rumah saya. Iya,
jadi sekitar jam 5 sorean gitu, beliau selalu datang buat bantu beresin rumah,
dan kadang-kadang bawa anaknya supaya bisa main sama adik saya yang terkecil,
Qari.
Meskipun
ruang sholat bersebelahan dengan ruangan keluarga yang notabene lagi disetel TV
dengan volume cukup besar, saya enggak ambil pusing untuk mengecilkan volumenya
atau apalah, tetap mengambil mukenah dan mengenakannya buat sholat. Biasanya TV memang di stel dengan tujuan Qari
enggak mana-mana pas kami lagi sholat.
Tetapi ada
satu hal yang membuat saya rada kaget.
Sepertinya,
gadis kecil itu, Lizan, melihat saya mau sholat. Padahal dia bener-bener lagi
asyik main sama adik saya Qari. Sambil mengenakan mukenah, saya mendengar dia
bertanya-tanya ke Qari; “Mana remote? Mana remote TV?” lalu tiba-tiba saja
volume TV mengecil drastis, dan terdengar dia ber-“ssstt” ke Qari. Menyuruhnya
tidak berisik.
Saya pun
melanjutkan sholat—tanpa ada gangguan dari volume TV maupun suara gedubrak-dubrak
mereka bermain.
....
Tahukah
kalian kenapa saya memutuskan menceritakan ini di blog? Mungkin bagi kalian
semua ini biasa-biasa saja. Tetapi saya pribadi lumayan terharu. Sebabnya
adalah, Ibu yang bantu di rumah saya itu beragama non-Islam. Sejauh yang saya
tahu, beliau juga tinggal dalam keluarga besar yang tentu saja juga non-Islam.
Dan
gadis itu, Lizan, masih amat kecil, kelas 2 SD kalo enggak salah.
Tetapi
bahkan dia lebih paham arti toleransi
daripada banyak orang di luar sana J . Dia tahu bahwa sholat itu amat
penting bagi kami, sama pentingnya dengan ibadah yang mereka lakukan. Dia mengerti ketenangan yang dibutuhkan dalam
sholat.
Dia tahu untuk tidak mengganggu.
Ah,
kadang saya iri sama anak-anak (cie sheren yang udah dapet ktp wkwk). Dunia
mereka masih polos. Berkelahi sekarang, berbaikan sejam kemudian. Tidak yang
yang muluk-muluk dipikirkan. Mereka memahami segala sesuatu dengan cara yang
sederhana. Betapa mudahnya untuk saling menghargai bagi mereka.
Nyatanya,
para orang dewasa sekarang sedang panas-panasan gara-gara masalah intoleransi.
Berlomba-lomba menyindir, berlomba-lomba saling menjatuhkan, berlomba-lomba
menuduh. Entah apa yang dicari, entah harga diri yang terlanjur jatuh, entah
kepuasan menyakiti orang lain, entah kepentingan pribadi.
Enggak
capek?
Saya
tahu sakitnya, saya bahkan sudah mulai membaca banyak komentar negatif itu
sejak saya SD, pas pertama kali punya facebook. Ada puluhan akun palsu yang
isinya menjelek-jelekkan agama lain. Sengaja memprovokasi. Ada juga ratusan
hingga ribuan orang berkomentar, kadang sama-sama mencaci maki, kadang dengan
lembut bertanya; ‘kenapa?’
Ya. Kenapa?
Apa sih dasarnya kita saling menjelekkan satu sama lain? Saling menjatuhkan? Waktu
saya SD dulu, ketika membaca status-status itu, seringkali kali saya bertanya, “Sebenernya
apa salah kami? Apa juga salah agama kami?” Dan seringkali juga, saya tergoda
untuk ikut berkomentar. (Pada akhirnya saya mengabaikan status itu,
menganggapnya sampah.)
Ah oke,
ini jadi agak melenceng. Saya jadi lupa tentang sederet kalimat mutiara yang
tadinya mau saya tulis. Pokoknya sih, alangkah baiknya jika kita semua bisa
bersikap seperti gadis itu, Lizan, yang dengan ringan tangan mengambil remote
untuk mengecilkan TV, demi saya, yang
sedang sholat. Tidak berpikir terlalu panjang mengenai perbedaan, yang penting
hidup tenang :v . Semua orang senang dihargai. Jika kita menghargai, tentulah orang
lain akan menghargai kita. Tidak ada salahnya kita belajar untuk memperluas
hati kita, menjernihkannya, memperdalamnya sedalam danau, sehingga meskipun ada
sejumput garam atau lumpur yang dilemparkan ke dalamnya, tidak akan memiliki
efek apapun.
0 comments