Sungguh, tidak berbilang berapa kali aku mengeluh,
Bagaimana caranya agar dapat lupa?
Atau minimal, bagaimana caranya agar aku dapat berdamai dengan perasaanku sendiri?
Tidak terhitung sudah berapa kali jari-jariku melesat di atas layar smartphone,
Nge-stalk.
Melakukan apa saja agar tahu kabarmu.
Tapi ketika melihat statusmu sedang 'online',
Jantungku justru berdegup, cepat-cepat menutupnya.
Takut salah tekan. Terkirim chat yang tidak-tidak
Atau malah tertekan tombol video-call.
Kan bisa rumit.
Tapi senang sekali saat melihat kabar baru darimu
Storylah, apalah.
Ternyata kau baik-baik saja.
Aku sedang rindu.
Sudah berkali-kali aku ingin mengirimi pesan
Atau bahkan meneleponmu
Ingin bertanya kabar,
Ingin berkata, "Aku rindu sekali,"
Dan ingin kita memulai kembali semua yang sudah berakhir
Namun bagaimanalah,
Aku tahu itu tidak benar, bahkan sekalipun hatiku mendesak
Aku. Aku yang memutuskan pergi,
Karena memang itu yang seharusnya kulakukan.
Karena bertahan tiada gunanya.
Aku. Aku yang menyakiti,
Mungkin membuatmu benci
Tidak mengapa. Karena aku yang membuat itu terjadi
To love is to let go.
Dulu aku tidak pernah memercayai kalimat itu,
Tapi sekarang itu justru kulakukan.
Satu-satunya hal terbaik yang bisa kulakukan.
Aku sedang rindu.
Entah bagaimana menyampaikannya kepadamu.
Entah bagaimana mengobatinya,
Di sini aku merasa sepi sekali,
Bahkan saat sekelilingku ramai.
Aku sedang rindu.
Ingin sekali kembali, meskipun tidak akan kulakukan walau hati meminta,
Walau kau meminta.
Kacau sekali ya? Haha.
Tapi bagaimana mengatakannya,
Kalau aku rindu?
Sedang kau pasti sudah melupakan,
Sudah kecewa,
Atau mungkin benci.
Ah, betapa sakitnya,
Saat kita mengurung perasaan dengan logika.
***
ps : jangan salah paham dengan ini wkwkwk. aku cuma mencoba menulis perasaan orang yang pergi meninggalkan, tapi sedang merindu juga. Kata hidup itu memang penuh paradoks, ya?
Bagaimana caranya agar dapat lupa?
Atau minimal, bagaimana caranya agar aku dapat berdamai dengan perasaanku sendiri?
Tidak terhitung sudah berapa kali jari-jariku melesat di atas layar smartphone,
Nge-stalk.
Melakukan apa saja agar tahu kabarmu.
Tapi ketika melihat statusmu sedang 'online',
Jantungku justru berdegup, cepat-cepat menutupnya.
Takut salah tekan. Terkirim chat yang tidak-tidak
Atau malah tertekan tombol video-call.
Kan bisa rumit.
Tapi senang sekali saat melihat kabar baru darimu
Storylah, apalah.
Ternyata kau baik-baik saja.
Aku sedang rindu.
Sudah berkali-kali aku ingin mengirimi pesan
Atau bahkan meneleponmu
Ingin bertanya kabar,
Ingin berkata, "Aku rindu sekali,"
Dan ingin kita memulai kembali semua yang sudah berakhir
Namun bagaimanalah,
Aku tahu itu tidak benar, bahkan sekalipun hatiku mendesak
Aku. Aku yang memutuskan pergi,
Karena memang itu yang seharusnya kulakukan.
Karena bertahan tiada gunanya.
Aku. Aku yang menyakiti,
Mungkin membuatmu benci
Tidak mengapa. Karena aku yang membuat itu terjadi
To love is to let go.
Dulu aku tidak pernah memercayai kalimat itu,
Tapi sekarang itu justru kulakukan.
Satu-satunya hal terbaik yang bisa kulakukan.
Aku sedang rindu.
Entah bagaimana menyampaikannya kepadamu.
Entah bagaimana mengobatinya,
Di sini aku merasa sepi sekali,
Bahkan saat sekelilingku ramai.
Aku sedang rindu.
Ingin sekali kembali, meskipun tidak akan kulakukan walau hati meminta,
Walau kau meminta.
Kacau sekali ya? Haha.
Tapi bagaimana mengatakannya,
Kalau aku rindu?
Sedang kau pasti sudah melupakan,
Sudah kecewa,
Atau mungkin benci.
Ah, betapa sakitnya,
Saat kita mengurung perasaan dengan logika.
***
ps : jangan salah paham dengan ini wkwkwk. aku cuma mencoba menulis perasaan orang yang pergi meninggalkan, tapi sedang merindu juga. Kata hidup itu memang penuh paradoks, ya?
0 comments