Tapi setelah ini dan itu (Terimkasih untuk kakak danpok yang sudah bekerja keras), akhirnya aku pun pasti ikut PUMA.
Di h-1 keberangkatan PUMA, aku merasa stress, dan tertekan. Rasanya sama persis kayak h-1 dulu aku ikut tes kesehatan STAN. Perasaanku berat aja bawaannya. Pokoknya aku gelisah sepanjang hari itu. Berkali-kali mengeluh, "Kenapa aku ikut kegiatan ini? Kenapaaaaaaa...? Oh malangnya hidupku."
Saking tertekannya, rasanya aku pengen ke puskesmas dan nyogok buat minta surat keterangan sakit supaya ga perlu ikut. Atau memastikan aku bangun kesiangan besok paginya supaya ketinggalan bis. AHAHAHA. Tentu aja itu ga aku lakuin. Rugi udah bayar.
Endingnya aku hanya mendengarkan lagu bertempo cepat dari pagi sampe malam. Melihat aku yang frustasi dan uring-uringan sepanjang hari, mamaku sampe nanya, "Kalo berat gitu, ngapelah sheren ikut?" Wkwk. Maaf ma, kakak danpok kami terlalu baik untuk disakiti perasaannya.
Saking tertekannya, rasanya aku pengen ke puskesmas dan nyogok buat minta surat keterangan sakit supaya ga perlu ikut. Atau memastikan aku bangun kesiangan besok paginya supaya ketinggalan bis. AHAHAHA. Tentu aja itu ga aku lakuin. Rugi udah bayar.
Endingnya aku hanya mendengarkan lagu bertempo cepat dari pagi sampe malam. Melihat aku yang frustasi dan uring-uringan sepanjang hari, mamaku sampe nanya, "Kalo berat gitu, ngapelah sheren ikut?" Wkwk. Maaf ma, kakak danpok kami terlalu baik untuk disakiti perasaannya.
Aku cerita tentang ini ke beberapa temanku, dan ternyata mereka juga merasakan perasaan stress, frustasi, dan tertekan yang sama AHAHAHAHAHA.
Jangan tanya kenapa kami sampe setertekan itu wkwk. Tapi tenang, semuanya baik-baik aja.
Jangan tanya kenapa kami sampe setertekan itu wkwk. Tapi tenang, semuanya baik-baik aja.
Btw, ini lagu yang aku dengar dari sore sampe malam, diulang terus.
Yup, konsernya Kang Armand. Ngelihat beliau yang meskipun udah 46 waktu konser tapi masih atraktif, benar-benar membuat aku semangat dan sejenak melupakan rasa stress.
Oke, langsung saja aku cerita pengalaman 3 hari di Pantai Pasir Panjang.
HARI PERTAMA
skip.
HARI KEDUA
skip.
HARI KETIGA
skip. wkwkwkwk.
WKWKWKWKWKWK.
Aku pikir, kalian lebih baik ikut langsung kegiatan PUMA untuk tahu bagaimana kegiatannya, bagaimana rasanya. Karena setiap orang pasti punya sudut pandang yang berbeda tentang kegiatan ini.
Aku cuma mau bilang, kalo aku benar-benar berterimakasih sama Pak Vitriyan. Kenapa? Jadi gini, pas upacara pembukaan PUMA, Pak Vitriyan, ketua jurusan, ada mengatakan sesuatu yang anehnya benar-benar aku masukkan ke dalam hati, yang aku ingat terus sepanjang 3 hari. Jadi, intinya beliau mengatakan ini, "Kalau kegiatan ini kita bawa dengan perasaan senang, dilihat sisi positifnya, meskipun dimarah-marah, dibentak-bentak, maka bakal tetap menyenangkanlah kegiatan ini. Tapi sebaliknya, kalo kita untuk terlanjur berpikir negatif tentang kegiatan ini, sudah terlanjur suudzon sama panitia, kalian pasti akan merasa berat selama kegiatan."
Eh, kurang lebih gitulah. Sebenarnya sebelum-sebelum ini para alumni juga sudah mengatakan "PUMA akan seperti apa yang kalian pikirkan." . Tapi wejangan dari Pak Vitriyan lah yang masuk ke kepalaku.
Aku ingat aku pernah ikut kegiatan kemah dan merasa flat sepanjang waktu gara-gara udah suudzon duluan, dan aku enggak mau itu terulang. Jadi aku memutuskan untuk sepenuh hati mengikuti kegiatan PUMA. Enggak setengah-setengah.
Dan ajaib, aku benar-benar merasa nyaris senang selama 3 hari. Hati saya plong, pikiran saya bebas. Enggak ada terlalu banyak beban dalam perasaan aku. Ini serius loh. Kesal pasti ada sekali-sekali, tegang pasti ada, tapi aku secara keseluruhan hati aku baik-baik saja. Perasaan kesal dan tegangnya dengan cepat lenyap. Banyak hal yang bisa dijadikan penghiburan, misalnya suara deburan ombak.
Senior marah-marah? Whohoho. Lari-lari ? Wkwkwk mayan berat badan turun. Makan pake porsi tukang? Hm... whuahahaha, udah biasa kok dari SMP. Tidur? Aku beneran tidur ahaha. Intinya aku benar-benar mencoba berpikir positif.
Momen paling berkesan?
Hmm...apa ya?
Pas berlari dari kejaran ajal? Wkwkwk itu memang buat rada sawan sih, tapi aku terlanjur ngakak pas ngeliat salah satu senior entah gimana jatuh dari pintu bis yang sedang berjalan.
Makrab? Hmm... aku selalu suka api unggun. Selalu suka. Tapi... ini bukan yang paling mengesankan. Kegiataannya ga secantik api unggunnya :-)
Outbond dan wisata malam? Lumayan seru sih.
Well, sebenarnya hal-hal yang berkesan bagiku justru hal-hal yang kecil. Yang pertama dan paling berkesan itu ketika di hari terakhir, kami lagi sarapan kacang hijau.
Singkat cerita, kami dikasih makanan kacang hijau dengan porsi ultrabanyak. Padat banget lagi, ga ada kuah-kuahnya. Baik banget ya senior kami itu. Apalagi kebetulan pas subuh kami semua baru saja sarapan popmie.
Mampus dah. Sarapan dua kali. Untung pemandangan depan kami bagus, lautan dengan langit pagi.
Mampus dah. Sarapan dua kali. Untung pemandangan depan kami bagus, lautan dengan langit pagi.
Aku makan agak lebih lambat dari biasanya. Pas udah seperempat porsi, aku ngeliat ke samping dan terkejut ngelihat sisa makanan salah satu temen cewek udah lebih sedikit dariku. Dia tetap makan, dengan kalemnya dan tanpa suara sedikit pun. Ini mengejutkan, karena di sekitarku kecuali dia semuanya mengeluh. Bahkan aku sempat mengeluh. Dan di sekitarku piring-piring itu masih terisi penuh sama kacang hijau. Kami dua orang tercepat.
Untuk mengalihkan perasaan mualku yang pertama kalinya muncul dalam tiga hari, aku memuji dia, "Cepat banget makannya, hebat."
Dia noleh, ketawa, lalu akhirnya dia cerita setelah diam sejenak, "Sebenarnya ini pertama kalinya aku makan kacang hijau. Sebelumnya enggak pernah nyentuh biarpun mama masakin di rumah. Ngeliatnya aja udah ga suka. Ini sambil makan aku baca "Laa hawla wa Laa Quwwata Illa Billah...." biar kuat."
Detik itu juga, hatiku rasanya langsung dihantam ombak #ea. Beberapa detik aku cuma bisa tercengang menatap cewek yang kembali asik dengan kacang hijaunya itu. Ya Tuhan, daripada mengeluh kepada-Mu tentang 'penderitaan'nya , dia justru meminta bantuan-Mu agar dikuatkan. Itu benar-benar keren sekali. Dia memilih untuk enggak marah, dia cuma memilih agar diberi kekuatan. Hidup itu memang pilihan, bukan? Kupikir dia adalah orang yang paling kuat di PUMA. Bukan kuat fisiknya, tapi kuat hatinya. Bukankah orang-orang yang paling kuat itu ketika mereka bisa mengalahkan kelemahannya? Sama seperti orang-orang paling berani adalah orang yang bisa mengalahkan ketakutannya.
Padahal di sekitar kami, ada banyak sekali yang enggak mampu menghabiskan kacang hijau dan memilih mengoper ke anak cowok.
Aku termotivasi dan cepat-cepat menghabiskan kacang hijau tanpa banyak berpikir, mengejar ketertinggalan. Belum lima detik setelah piringku akhirnya tandas, di belakangku langsung ada teriakan lemah, "Sheren...tolonglah bantu abiskan..sesuap jak." AHAHAHA.
Yup, pagi itu saya belajar satu lagi hal tentang kebijaksanaan hidup :') .
Lalu yang kedua... di hari terakhir juga, saat kami diminta menyanyikan yel-yel kelompok sebelas oleh MK. Serius, sejak Pra-PUMA, aku suka banget sama yel-yel kelompok ini. Terutama lirik, "Andaikan aku burung, aku akan terbang..." Lalu lirik... "Kusayang padamu... (utk senior)" . Itu mengharukan banget wkwk.
Ternyata enggak cuma aku yang suka yel-yel kelompok mereka. Kayaknya seluruh peserta bahkan panitia juga suka. Semuanya sampai hapal liriknya wkwk.
Ga tahu deh kenapa, momen nyanyiin yel-yel itu bareng membuat saya lebih terharu ahaha.
...............
Oke, sampe situ saja. Tapi sekali lagi, enggak semua merasakan hal yang sama kayak aku. Ada teman aku yang benar-benar merasakan hal yang berbeda :-) . Jujur saja, kalau mau membicarakan hal-hal yang menyebalkan tentang kegiatan ini, kuota seharga 50k pun tidak akan cukup dibuat untuk mengobrol di Whatsapp dan Line. Kalau mau dikritik, satu hari pun enggak cukup membahasnya. Dan aku malas untuk membicarakan kritikanku di sini. Sekarang dunia maya udah jadi tempat berbahaya untuk membicarakan kritik. Ha.Ha.Ha.
Lagian..... well, seperti yang kubilang, hidup itu memilih. Aku sudah memutuskan ikut PUMA, jadi aku enggak mau menyesal. Sebenarnya tipsnya satu aja supaya kalian ga kesal apalagi dendam, yaitu jangan memikirkan momen-momen buruknya wkwkwk. Dari hari pertama aku sebisa mungkin menghindari pemikiran buruk. Ada kok momen menyenangkan di PUMA yang bisa dipikirkan. Penampilan Maskot Obama, Dilan&Milea, atau momen pas ada salah satu senior yang tiba-tiba naik ke panggung saat Simulasi Sidang, dan ngambil palu sidang lalu melarikan diri. Ga ada yang sadar saking hebohnya, baru sadar setelah abang itu udah setengah kabur. Seharusnya ini tragis, tapi saya benar-benar ngakak. Untung engga ada yang sadar saya ketawa.
Jadi secara keseluruhan aku lega sudah mengikuti PUMA.
Oya, buat teman-teman dan kakak-abang senior, kalian pasti pernah kesal sama aku. Tp bodoamat gue juga kzl sm kalian heuheuheu.
Eh becanda doang ahaha, saya minta maaf karena pernah membuat kesal. Aku juga minta maaf kalo ada momen-momen tertentu aku terkesan kurangajar, atau egois.
Maaf untuk abang yang jadi korban sasaran surat cinta saya. Surat saya emang gaje dan gada romantisnya, karena pas saya buat itu udah tengah malam h-1 dan saya ga ada ide untuk membuat sesuatu sejenis, "Andaikan saya kompor gas, maka abang adalah tabung gasnya..." . Nama abang saya tulis di detik-detik terakhir pengumpulan surat, dan aku tulis karena dirimu adalah temanku dari SD wkwk.
Oke, terakhir, terimakasih untuk semuanya. Terimakasih untuk Allah SWT, makasih juga utk teman, panitia, alumni, dosen, Kak Puji danpok kami di kelompok 7, makasi untuk sopir bus yang udah mengantar selamat sampai tujuan. Makasih makasih makasih.
Bonus : yel-yel kelompok kami :
Ga punya yel-yel
Ga punya yel-yel
Ga punya yel-yel
Tepuk tangan saja
Tepuk tangan saja
Tepuk tangan saja
Buat apa yel-yel
Buat apa yel-yel
Yel-yel itu ga ada gunanya
Buat apa yel-yel
Buat apa yel-yel
Yel-yel itu ga ada gunanya
Walau panas terik kutidak peduli
Udara dingin juga tak peduli
Kelompok 7 asik-asik jos
Kelompok 7 asik-asik jos
Kita pasti bisa hari ini jadi juara
PS : Belum dapat foto-foto kenangan :'''' .
0 comments