Ada satu masalah pelik yang sering saya perhatikan selama saya menjadi murid.
Yaitu ketidaksinkronan antara waktu dan tugas yang diberikan.
Jadi begini, sejak saya SMP pun, kami sering sekali diberikan tugas luar biasa banyak tanpa ampun. Selesai sih selesai. Tapi kan jenuh. Tugas. Tugas. Tugas. Sudahlah sekolah dari pagi, ada tugas lagi. Tidak cuma dari
dari satu pelajaran, tetapi juga dari pelajarannya lainnya.
Tentu saja kami memang punya kewajiban terhadap sekolah. Tetapi ingat, kami juga punya ekstrakurikuler.
Bukannya dulu kami yang diwajibkan untuk 'ikut ekstrakurikuler' ?
Terus pas kami mulai sibuk dengan ekskul. Kami diomel. Jangan terlalu sibuk dengan ekskul lah. Jangan mentingin ekskul lah.
Lha bukannya itu udah resiko? Bukannya setiap ekskul pasti punya kegiatan untuk mengembangkan ekskulnya sendiri? Setelah kami ikut ekskul, malah disuruh pasif. "Prioritaskan pelajaran." "Pentingkan dulu akademik." "Ekstrakurikuler itukan jelas-jelas hanya kegiatan 'esktra', bukannya kewajiban." "Ini diikuti. Itu diikuti. Nanti lupa sama pelajaran, terabaikan."
Ah. Lucu.
Bagaimana ya.. kadang-kadang ada ketimpangan yang jelas sekali. Ekskul-ekskul dan berfokus pada akademik kayak olimpiade sains, debat, atau apalah, diberi kemudahan abcd. Dibangga-banggain, dikasih jaminan nilai meskipun jarang masuk. Kalah. Menang. Terserah. Udah terjamin. Masuk situ sudah langsung dianggap pintar. Sudah berhasil bawa nama sekolah.
Lalu ekskul-ekskul yang non-akademik... jadi kayak tempat bermain. "Kamu itu terlalu banyak 'mainnya', pelajaran diabaikan."
Padahal seharusnya kita sudah cukup paham untuk tahu bagaimana minat setiap orang tidak selalu berfokus pada akademik. Meskipun ya, akademik itu penting. Namun tetap saja, ikan tidak bisa memanjat pohon. Pandai akademik, belum tentu pandai berbicara, atau sebaliknya.
Saya sungguh berharap, lain kali tugas sekolah itu tidak terlalu memaksa. Tolong jangan paksa kami untuk "sangat mementingkan akademik" , tetapi sekali-kali cobalah mengingat "Oh, mereka punya ekskul, punya kehidupan di luar, dan mereka juga butuh istirahat." .
Kami hidup tidak selalu untuk sekolah. Kami juga mau punya waktu rekreasi, istirahat, mencari pengalaman, dan yang terpenting, waktu untuk keluarga. Kami punya kewajiban di rumah. Ingat bahwa kami juga disuruh ngeberesin rumah, menjaga adik, bantu masak, bantu ini, bantu itu. Hidup kami bukan cuma untuk mengabdi ke sekolah. Bahkan akhir-akhir ini saya kurang komunikasi sama keluarga, lebih banyak di kamar, buat ngerjain tugas.
Capek, tahu. Mana libur cuma satu hari.
****
Oke, ini cuma #curhatananakmalas . No hate. No judge, plase. Ini kejujuran dari hatiku sedalam-dalamnya. Sebenarnya di kelas tiga ini saya tidak berhak mengeluh karena kelas tiga pun sudah tidak boleh ikut ekskul. Ini hanya kekesalan yang terpendam lama sejak saya SMP. Dan lagi, meskipun di kelas ini sudah tidak ikut ekskul *kecuali pramuka masa jabatanku belum habis wkwk* , tugas yang diberikan semakin menjadi-jadi. Rasanya tuh pengen *(^&%^*&609870967ye83ycudxhkjGFYF&*(&(*^&gbhukj~!@#$%^&*. Tolonglah, yaampun, bahkan hari minggu yang notabene hari libur, masih terpaksa ngerjain tugas. Sebegitu pentingnya kah? Kadang-kadang dikoreksi pun tidak. Rasanya jenuh sekali. Sebal sekali. We need more time!! Dan jangan bilang, "Kenapa tidak dikerjakan awal-awal, beberapa hari sebelumnya? Salah sendiri ngerjain pas h-1."
Well, masalahnya adalah, di hari lain kami juga punya tugas dari pelajaran lain yang harus dikerjain.
Nah, cukup sudah kritikan dan curhatan ini.
Salam damai \m/
Buat yang minat baca sampe akhir, kalian sungguh luar biasa :v
Yaitu ketidaksinkronan antara waktu dan tugas yang diberikan.
Jadi begini, sejak saya SMP pun, kami sering sekali diberikan tugas luar biasa banyak tanpa ampun. Selesai sih selesai. Tapi kan jenuh. Tugas. Tugas. Tugas. Sudahlah sekolah dari pagi, ada tugas lagi. Tidak cuma dari
dari satu pelajaran, tetapi juga dari pelajarannya lainnya.
Tentu saja kami memang punya kewajiban terhadap sekolah. Tetapi ingat, kami juga punya ekstrakurikuler.
Bukannya dulu kami yang diwajibkan untuk 'ikut ekstrakurikuler' ?
Terus pas kami mulai sibuk dengan ekskul. Kami diomel. Jangan terlalu sibuk dengan ekskul lah. Jangan mentingin ekskul lah.
Lha bukannya itu udah resiko? Bukannya setiap ekskul pasti punya kegiatan untuk mengembangkan ekskulnya sendiri? Setelah kami ikut ekskul, malah disuruh pasif. "Prioritaskan pelajaran." "Pentingkan dulu akademik." "Ekstrakurikuler itukan jelas-jelas hanya kegiatan 'esktra', bukannya kewajiban." "Ini diikuti. Itu diikuti. Nanti lupa sama pelajaran, terabaikan."
Ah. Lucu.
Bagaimana ya.. kadang-kadang ada ketimpangan yang jelas sekali. Ekskul-ekskul dan berfokus pada akademik kayak olimpiade sains, debat, atau apalah, diberi kemudahan abcd. Dibangga-banggain, dikasih jaminan nilai meskipun jarang masuk. Kalah. Menang. Terserah. Udah terjamin. Masuk situ sudah langsung dianggap pintar. Sudah berhasil bawa nama sekolah.
Lalu ekskul-ekskul yang non-akademik... jadi kayak tempat bermain. "Kamu itu terlalu banyak 'mainnya', pelajaran diabaikan."
Padahal seharusnya kita sudah cukup paham untuk tahu bagaimana minat setiap orang tidak selalu berfokus pada akademik. Meskipun ya, akademik itu penting. Namun tetap saja, ikan tidak bisa memanjat pohon. Pandai akademik, belum tentu pandai berbicara, atau sebaliknya.
Saya sungguh berharap, lain kali tugas sekolah itu tidak terlalu memaksa. Tolong jangan paksa kami untuk "sangat mementingkan akademik" , tetapi sekali-kali cobalah mengingat "Oh, mereka punya ekskul, punya kehidupan di luar, dan mereka juga butuh istirahat." .
Kami hidup tidak selalu untuk sekolah. Kami juga mau punya waktu rekreasi, istirahat, mencari pengalaman, dan yang terpenting, waktu untuk keluarga. Kami punya kewajiban di rumah. Ingat bahwa kami juga disuruh ngeberesin rumah, menjaga adik, bantu masak, bantu ini, bantu itu. Hidup kami bukan cuma untuk mengabdi ke sekolah. Bahkan akhir-akhir ini saya kurang komunikasi sama keluarga, lebih banyak di kamar, buat ngerjain tugas.
Capek, tahu. Mana libur cuma satu hari.
****
Oke, ini cuma #curhatananakmalas . No hate. No judge, plase. Ini kejujuran dari hatiku sedalam-dalamnya. Sebenarnya di kelas tiga ini saya tidak berhak mengeluh karena kelas tiga pun sudah tidak boleh ikut ekskul. Ini hanya kekesalan yang terpendam lama sejak saya SMP. Dan lagi, meskipun di kelas ini sudah tidak ikut ekskul *kecuali pramuka masa jabatanku belum habis wkwk* , tugas yang diberikan semakin menjadi-jadi. Rasanya tuh pengen *(^&%^*&609870967ye83ycudxhkjGFYF&*(&(*^&gbhukj~!@#$%^&*. Tolonglah, yaampun, bahkan hari minggu yang notabene hari libur, masih terpaksa ngerjain tugas. Sebegitu pentingnya kah? Kadang-kadang dikoreksi pun tidak. Rasanya jenuh sekali. Sebal sekali. We need more time!! Dan jangan bilang, "Kenapa tidak dikerjakan awal-awal, beberapa hari sebelumnya? Salah sendiri ngerjain pas h-1."
Well, masalahnya adalah, di hari lain kami juga punya tugas dari pelajaran lain yang harus dikerjain.
Nah, cukup sudah kritikan dan curhatan ini.
Salam damai \m/
Buat yang minat baca sampe akhir, kalian sungguh luar biasa :v
0 comments