Film Review : Jelita Sejuba

By Sheren - Saturday, April 21, 2018



Judul Film : Jelita Sejuba : Mencintai Kesatria Negara
Sutradara : Ray Nayoan
Produksi : Drelin Amagra Pictures
Pemeran : Wafda Saifan (Jaka), Putri Marino (Syarifah), Aldy Maldini, Abigail, dll.
Tayang perdana : 5 April 2018



SINOPSIS :

Film ini menggunakan bahasa Melayu, berkisah tentang sisi kehidupan seorang istri tentara, Syarifah. Di awali dari pertemuan mereka ketika Jaka (Perwira) bersama tentara lain datang bertugas di desa mereka, yakni Desa Sejuba. Syarifah ditampilkan sebagai gadis yang manis, ceria, dan tegar, juga (awalnya) tidak bisa memasak. Dia bersama dua teman lainnya yang sama-sama baru lulus SMA, menjalani rutinitas dengan menjaga warung, dan warung itulah yang sering didatangi para tentara ketika waktu luang, yang menjadi awal kedekatan Syarifah dan Jaka.

Jaka adalah cinta pertama Syarifah dan Syarifah bertekad untuk selalu menunggu Jaka kembali. Jaka pun ternyata serius untuk menjalin hubungan mereka, sehingga akhirnya Jaka melamar Syarifah. Adiknya Syarifah awalnya sangat membenci Jaka dan tidak setuju jika kakaknya menikah dengan Jaka. Namun berkat keteguhan hati dua sejoli itu, mereka akhirnya bisa menikah.

Menjadi istri tentara tentu tidaklah mudah, Syarifah sering sekali ditinggal suaminya untuk bertugas hingga keluar negeri. Bahkan saat melahirkan, Syarifah hanya ditemani oleh ibunya. Belum lagi masalah keuangan yang menimpa Syarifah dan Ibunya, serta adik Syarifah yang tiba-tiba menghilang, pergi meninggalkan Syarifah. Namun sebagai sosok istri yang tegar, Syarifah tidak serta merta putus asa menghadapi hal itu, dia tetap berjuang, mendidik anaknya, dan menunggu. Selalu menunggu suaminya pulang.

Hingga tragedi itu terjadi.........................

***

Wahhh, telat banget aku nge-review film ini ahaha. Aku udah nonton film ini sekitar seminggu lalu. Cuma lagi sibuk banget, sibuk UTS, sibuk kegiatan, sibuk sakit. Wah pokoknya bolak-balik kampus. Lupa sama niat untuk ngereview film satu ini.

Nah, jadi aku sendiri tertarik sama film ini gara-garaaaaaa, tentu saja soundtracknya! Yup, lagu yang dinyanyikan Anji, yakni Menunggu Kamu.




Jujur, awalnya aku cuma denger lagu itu sekilas, sambil lewat. Barulah beberapa hari sebelum tayang perdana filmnya, aku bener-bener merhatiin videonya dan dengerin liriknya. Seketika gue merasa jatuh cinta. Aku pun sibuk mencari trailer dan segala sesuatu yang berhubungan sama film itu. Gatau kenapa pokoknya jadi kebelet pengen nonton. Pengen pengen pengennnnnnn banget.

Padahal, waktu itu ternyata film ini sempat enggak tayang di Pontianak. Dan baru tayang itu beberapa hari setelah tayang perdananya, daannnnn pas lagi UTS + gue sakit berat. Bukan main sedihnya :') . Tapi emang rejeki bioskop, 4 hari setelah tayang di Ptk, aku memutuskan menonton.


Perasaan aku? PUAS BANGETTTT.

DAAANN inilah dia review ku sebagai orang awam yang menonton :

Seperti sinopsis di atas, film ini mengisahkan tentang kehidupan Syarifah sebagai istri tentara. Jadi di film ini nih ada 3 bagian, pertama si Syarifah yang masih remaja, lulusan SMA. Kemudian, si Syarifah ketika di masa PDKT menjelang pernikahan hingga menjadi istri untuk suaminya. Dan terakhir, ketika si Syarifah menjadi ibu untuk anak-anaknya. Dan menurut aku, Marino sukses berat menjalani perannya. Aku bisa melihat perubahan itu. Kedewasaan yang tumbuh sepanjang filmnya yang berputar. Syarifah si remaja adalah gadis ceria dan sembrono, blak-blakan, pokoknya tipe cewek-cewek yang pecicilan ahahaha. Kemudian bersama Jaka, dia menjadi gadis manis yang rupawan, dan dimabuk cinta. Dan ketika akhirnya menikah, Syarifah benar-benar menjadi Ibu dan istri yang luar biasa. Aku benar-benar heran melihat Putri Marino bisa mengembangkan karakter dengan seperti itu.

Kemudian dengan Wafda Saifan. Hmmm...hmm...ahahahahahaha Aduhhh dia ini pas potong rambut ganteng banget WHAHAHAHAHHA. Jujur aku pribadi ga begitu familiar dengan wajah Wafda Saifan. Dan perubahan wajahnya setelah potong rambut itu jauh banget, jadi aku kaget liat aslinya yang berambut panjang wkwkwk. Lebih bagus rambut pendek bang. Masalah akting... aku suka bangett wkwk. Dapet deh perannya. Melayunya itu loh, pas. Kebetulan bahasa Melayu yang dipake di film ini adalah bahasa Melayu umum yang dipake di kotaku (Pontianak) . Jadi pas aja di telinga aku. Yah, pokoknya aku bisa merasakan kewibawaan si Jaka ini. Juga perasaan jatuh cintanya yang terlihat jelas di mata si Jaka. Sikap gentleman nya, uuuuuuu omgomgomg. Aku kayak jadi fangirling sama si Jaka wkwkwk.

Alur cerita di film ini sebenernya sederhana sih. Klasik juga. Bertemu, jatuh cinta, menikah, blablabla. Dan konfliknya juga ga terlalu rumit. Pokoknya...ya biasa aja. Bener-bener kayak kehidupan sehari-hari. Kayaknya yang ditonjolkan di sini adalah 'perasaan' . Film ini memang mau mengekspresikan perasaan, mewakilkan perasaan para istri tentara. Gitu kali ya? Kalo iya, maka saya dengan rela menyatakan bahwa tujuan itu sukses. Saya baper bukan main nonton film ini.

Fyi : gombalan-gombalannya natural banget :')

Yup, meskipun alur ceritanya sederhana, banyak hal pendukung yang membuat film ini, bagi saya, tetap mahal :) . Misalnya yang pertama, tentu saja akting para aktor. Entah harus berapa kali aku bilang, Putri Marino dan Wafda Saifan dan aktor lainnya bener-bener bagus memerankan peran mereka masing-masing. Sikap malu-malu, sikap penuh harapan, sikap Jaka yang dewasa banget :') , detail-detail kecil yang ngebuat akting mereka ga kaku. Pokoknya suka. Anak Syarifah juga bagus perannya, padahal masih kecil gitu.
Yang kedua, adalah panoramanya. Woaaaahhhhh, cantik sekali. Jadi pengen ke sana :') . Lalu scenes di mana tentara lagi latian, heli-heli di langit. Wah, keren lah. Enggak murahan. Backsoundnya juga, mendukung banget :') , dari suara deburan ombak, tembakan pistol, sampe lagu-lagu.
Well, jelas, dengan lokasi syuting di Natuna, banyak kebudayaan daerah Natuna yang bisa tersingkap di film ini, dan itu bagus sekali.

Film ini di awali dengan banyak humor yang mengocok perut, dan berakhir dengan derai air mata yang tiada habisnya :') . Pokoknya lewat film ini, saya merasa jatuh cinta, debaran jantung, kemarahan, tawa, kekecewaan, kebahagiaan, rindu, kesedihan, pokoknya segala perasaan manusia dah.

AAAARGHHHH banyak yang pengen kuomongkan tentang film ini. Tentang malam-malam mereka bermain gitar dan bernyanyi mengelilingi api unggun, tentang kedatangan Jaka yang mengejutkan, tentang lamaran, tentang menunggu, tentang harapan.....pokoknya pengen nonton berkali-kali dan membahasnya.

Ada beberapa hal, yang mungkin sengaja ditunjukkan di film ini sebagai suatu pesan moral. Pertama adalah budaya corat-coret baju selepas SMA yang menurut aku...ga banget sih. Di sekolahku pas lulus dulu enggak begituan soalnya hehe. Kemudian Syarifah yang kayaknya menikah ga lama setelah lulus itu... berarti pernikahan muda? Jadi kayaknya film ini menunjukkan bahwa masih banyak anak gadis (terutama di Natuna) , yang daripada melanjutkan studi setelah SMA, justru memilih menikah. Ini kan artinya menggambarkan bahwa kesadaran pendidikan di Indonesia masih rendah. Ada lagi scene yang menunjukkan Putri Marino ga bisa bantuin pr anaknya. Bukannya pesan moralnya berarti, meskipun kita jadi Ibu Rumah tangga, kita harus memiliki pendidikan yang cukup? . Yah pokoknya begitu dah,


Kekurangan film ini....mungkin dari segi pemotongan alurnya yang agak kasar. Serasa loncat-loncat gitu nontonnya. Baru juga aku menikmati adegan ini, eh udah ganti ke adegan lain, ke cerita baru. Dan...oh ya, saya baru tahu kalo ternyata bahasa Melayu yang dipake bukan bahasa Melayu yang Natuna ya? Tapi lebih ke Melayu umum. Pantesan aku ngerti banget sama bahasanya wkwkwk. Mungkin emang tujuannya supaya masyarakat awam lebih ngerti nontonnya sih. Tapi kupikir, bagus juga kalo pake melayu asli Natuna :) .


Btw, sebenarnya pun aku ga bisa menerka bagaimana alur cerita ini hahaha. Pikiran saya cuma satu : tonton aja. Untuk pertama kalinya, aku ga menerka-nerka adegan sepanjang film. Jadi aku kaget banget pas tau endingnya begitu, asli ga kepikiran. Pada akhirnya, aku pun menangis tak tertahankan :') . Itu pertama kalinya aku mengeluarkan air mata sebanyak itu di bioskop.


Sekian. Maaf untuk keabsurdan review ini. Sebenarnya ini memang lebih tepat disebut sebagai, "Kesenangan Sheren menonton Jelita Sejuba" daripada disebut sebagai, "Film Review" hahaha. 

  • Share:

You Might Also Like

0 comments