Ah mantap judulnya bagus banget
Sebenarnya aku bingung mau memulai dari mana karena ada banyak sekali yang mau aku ceritakan dan bersinggungan dengan 'takdir' HEHEHE. Tadinya mau mulai nyeritain dari aku lahir tapi kayaknya bakal kepanjangan.
Jadi aku bakal skip ke tahun 2022.
.
.
.
Atau tahun 2023 aja kali. Jadi di awal tahun 2023 aku sempat menulis tentang mengerikannya tahun 2022 dan bagaimana aku sangat optimis untuk tahun 2023. Ada banyak keluhan-keluhan dan resolusi-resolusi di sana. Ketika membaca kembali setelah 8 bulan kemudian, aku banyak tertawa.
Pertama, di tulisan lama tersebut aku secara khusus mengeluhkan Jakarta. Aku merasa asing dan kesepian di kota tersebut, yang bagaimana hanya dalam 6 bulan di kota tersebut bisa membuatku mempertanyakan takdir yang diberikan Tuhan kepadaku. Meskipun judul besarnya 'bekerja', namun sejujurnya aku lebih banyak 'belajar' di sana. Tidak hanya belajar bagaimana bisnis di kota metropolitan bekerja, aku juga belajar banyak tentang hidup.
Nah, jika 8 bulan lalu aku mengeluhkan Jakarta, anehnya hari ini aku justru berada di Jakarta kembali! Tapi kali ini dengan perasaan yang jauh lebih lapang dan membawa harapan yang besar. Ketika balik awal bulan Januari lalu aku sudah bertekad tidak mau menyentuh kota ini lagi, mana ada terpikir sama sekali aku akan berada di sini hanya berjarak beberapa bulan.
Ketika di sinilah, meskipun baru semingguan, aku (secara sok tahu) memahami apa sebenarnya alur takdir dalam hidupku. Sangat cocoklogi dan cocok banget, setidaknya sampai seminggu di sini, gatau bulan depan, mungkin ngeluhin lembur HAHAHA.
Aku itu dulu banget pas lulus SMA, pernah mencoba daftar STAN, tapi gagal. Waktu itu aku merasa kecewa sekali dan mempertanyakan apa arti hidup ini kalo ga masuk STAN. Tapi pas masuk kuliah, aku malah dapat Beasiswa Unggulan (thanks to Kemendikbud) yang nominalnya luar biasa hingga tidak hanya membiayai kuliahku tapi juga kuliah adikku. Itu jalan takdir pertamaku.
Lulus kuliah, aku langsung dihadapkan pada pembukaan CPNS besar-besaran, tapi gagal di tahap paling-paling-paling terakhir yakni wawancara, hanya karena sesuatu yang konyol. Menyedihkan sekali terutama karena ga semua instansi yang mengadakan wawancara dan aku kena apes dapat wawancara, gagal pula. Enam bulan kulewati dengan perasaan sia-sia. Kembali bertanya-tanya takdir.
Gagal CPNS, aku langsung melamar di tempat lain, melewati wawancara dengan baik, dan dapet offering untuk 2 tahun. Tapi begitu membaca kontraknya aku merasa mual. Ada hal-hal seperti penahanan ijazah, denda, dan bahkan larangan melamar kerja di tempat tertentu yang artinya berlaku seumur hidup! Dengan penuh penyesalan sekaligus kelegaan, aku menolak offering tersebut.
Aku mencari lagi, dapat tidak lama kemudian. Sebuah perusahaan ekspor. Ternyata perusahaan keluarga. Benar-benar pekerjaan pertama yang menantang dan penuh drama tapi juga penuh pembelajaran. Menjadi satu-satunya Finance&Accounting yang artinya sama aja aku stafnya aku juga kepalanya, bikin ngelus dada tiap hari. Tapi di sini belajar banyak sekali tentang Ekspor, Finance dan Accounting, membuatku banyak menggunakan ilmu kuliahku dan terutama menumbuhkan kembali minat untuk belajar, membuatku berpikir bahwa mungkin aku harus mengambil pelatihan dan lain-lain karena tanggung-jawab yang begitu besar. Itu adalah jalan takdir keduaku.
Kemudian, aku ditawarkan untuk 'ikut' ke Jakarta. Inilah yang sampai hari ini masih jadi momen paling kena mental dalam hidupku. Ya. Aku sibuk. Aku keliling Jabodetabek. Pagi di Jakarta Barat, siang Jakarta Utara, sore di Bogor, malam di Jakarta Barat lagi. Ya. Aku masuk kantor-kantor mewah. Gedung-gedung pencakar langit. Ya. Aku ketemu orang-orang hebat, pejabat-pejabat besar yang dulu cuma bisa aku bayangkan saja dan kulihat di TV.
Tapi aku kosong.
Karena posisiku saat itu bukan di depan. Aku hanya berada di belakang. Bukan sebagai 'aktor', tapi hanya sebagai 'pengamat'. Makin lama aku bertanya-tanya mau kemana karirku jika aku berdiri di sana? Akhirnya aku pulang, kembali ke rumah orangtua dengan tangan kosong. Mencoba kembali mempelajari ilmu kuliahku, salah satunya dengan ikut Brevet Pajak.
Itu adalah jalan takdir ketigaku.
Hal yang tidak kusangka adalah, ternyata tiga takdir yang tadinya menurutku penuh dengan rasa lelah fisik dan mental itu ternyata terjalin dengan baik dan membawaku pada takdir keempat yang baru seminggu ini.
Gila emang sok tau banget ya baru seminggu udah ngomongin takdir.
Aku tidak lulus STAN, supaya aku berkuliah di Pontianak dengan biaya lebih ringan karena mendapat Beasiswa--kemudian bekerja di Pontianak agar setidaknya mendapat pengalaman bagaimana caranya bekerja. Di situ aku kembali merefresh ilmu Akuntansiku, tidak kagok menggunakan MCM (Mandiri Cash Management), belajar menghadapi keadaan perusahaan yang riweuh dan atasan yang saling bertolak belakang. Kembali belajar jurnal dan hal-hal lainnya. Selanjutnya, aku pergi ke Jakarta dengan segala pengalaman yang menekan, agar suatu hari aku bisa kembali dalam keadaan siap! Aku jadi tahu caranya naik pesawat sendiri (ga pernah cuy sebelumnya, selalu ditemenin haha), berani naik kereta sendiri, TJ sendiri, semua serba sendiri karena sudah sedikit banyak paham seperti apa Jakarta. Tahu manner di kondisi dan tempat yang berbeda-beda. Ada cukup banyak sisi kehidupan di Jakarta yang pernah kudatangi sehingga fokusku kemudian hanyalah pada pekerjaanku, bukan tekanan kota itu sendiri. Aku sempat gagal dan pulang, agar aku mempersiapkan diriku lebih matang. Tentang ilmu yang harus dipakai dalam bekerja, tentang bersosialisasi.
Terimakasih, Tuhan. No pain no gain ternyata benar adanya. Meskipun aku masih harus banyak berjuang mengejar ketertinggalan (aku merasa tempo kerjaku masih lambat dan masih harus banyak belajar kondisi perusahaan), namun ini seperti hadiah dan hiburan.
Hari ini, jika teman lamaku datang ke tempatku bekerja sekarang, mungkin mereka akan mengernyit melihatku. Mungkin mereka akan merasa salah melihat orang.
Di mana 'Sherenanda yang dulu?'
Aku yang penakut dan pemalu. Aku yang jika perlu tidak usah berbicara 24/7. Aku yang jarang tersenyum kecuali pose depan kamera dan di antara teman-teman terdekat. Aku yang menyendiri dan pernah tidak perduli penampilan asal nyaman aja (Pontianak panas). Aku yang temannya itu-itu saja.
Ternyata orang kalau mau berubah memang bisa ya.
Cukup penasaran dengan takdir ke depannya, tapi semoga semakin dan semakin baik. Semoga serangan mental yang lalu-lalu tidak usah terulang lagi. Semoga aku bisa mempertahankan keberanianku seperti hari ini.
Cuma mau bilang, manifesting kehidupan itu penting sekali. Aku merasakannya sendiri. Tepat di tahun baru 2023 aku merasa 'aku harus optimis tahun ini akan menjadi tahun yang baik' dan itu menjadi kenyataan.
<3
note: postingan ini ditulis seminggu setelah bekerja atau sebulanan lalu.
Bagian terburuknya adalah,
Sesuatu yang kita anggap berharga ternyata tidak dianggap berharga oleh orang lain.
Tidak penting,
dan terlupakan.
Beberapa tahun yang lalu, saat aku masih SMA, aku ingat pernah membaca postingan penulis novel terkenal--Tere Liye yang salah satu kalimatnya kurang lebih begini...
Aku yakin aku tidak sendirian merasakan ini. Dulu, LGBT adalah bahan lelucon. Tetapi hari ini, LGBT adalah 'hak-hak' yang diperjuangkan, dan diseriusi.
Kalau menelisik dari website berita Republika[1], LGBT sudah mulai muncul bibitnya sejak 1960-an, dan berkembang 1980-an hingga semakin massive sekarang. Begitu pula dengan organisasi yang mewadahinya. Namun sebenarnya, jauh sebelum itu, bahkan sebelum Indonesia terjajah, LGBT sudah ada di di Nusantara dan sebagian tergerus ketika agama Islam maupun Kristen masuk. Hal ini bisa dibaca di Dialog mengenai LGBT di Indonesia halaman 30[2].
Penemuan yang mengesankan dari riset kecil-kecilanku mengenai LGBT di Indonesia ini adalah fakta tentang pertemuan kelompok LGBT--dan pendukungnya yang terus dilakukan secara rutin. Misalnya di awal, tercatat ada Kongres Lesbian & Gay (KLG) 1 1993 di Jogja, kemudian KLG 2 di Bandung 1995, dan KLG 3 di Bali 1997. Belum lagi pertemuan lain yang kalau ditulis semua mungkin butuh waktu berjam-jam. Kegiatan ini awalnya disamarkan sebagai kegiatan berkedok lain. Intinya, perjuangan dan pertemuan itu dilaksanakan dengan konsisten mulai dari Konferensi Daerah, Nasional, hingga Internasional. Bahkan hingga ke daerah 'konservatif' seperti Aceh. Dan kalau kita mengenal yang namanya Pride Month bulan Juni, maka dulu ada yang namanya September Ceria di Indonesia. Tidak heran LGBT bisa semakin masuk ke masyarakat, effortnya ga main-main guys.
Fakta pentingya lagi, organisasi-organisasi dan kegiatan ini terkadang mendapat bantuan dana dari luar negeri.
Ketika aku membaca makalah tentang Laporan LGBT Nasional Indonesia[2], sebenarnya ada beberapa hal lucu yang bikin geleng-geleng kepala ketika membacanya. Ada 85 halaman dalam laporan tersebut. Berisi hasil dialog mengenai LGBT terutama di Indonesia, ditulis dan disusun dengan sangat niat. Walaupun isinya bikin ngelus dada, mungkin aku harus berterimakasih kepada penulisnya karena bisa dibilang laporan tersebut adalah salah satu laporan paling mendetail mengenai kondisi LGBT di Indonesia s/d 2013.
Misalnya opini tentang ini;
Kalimat "Kurangnya pendidikan tentang seks dan seksualitas di lingkungan sekolah....." yang walaupun di awal merujuk pada pendidikan seks tapi kemudian dilanjutkan tentang persoalan LGBT, membuatku merinding membayangkan bagaimana ideologi LGBT disampaikan ke anak sekolahan secara terbalik; alias menganggapnya wajar dan sah. Bisa kebayang nanti di buku biologi anak SMP/SMA ada anatomi transgender? Atau di pelajaran IPS misalnya, satu bab tentang "Perjuangan Hak-hak LGBT" ? Kalau sekarang ada Kartini dan Hellen Keller yang dianggap sebagai tokoh emansipasinya wanita, mungkin di masa depan bakal ada nama Sam Smith atau atlet renang Lia Thomas di bab khusus itu.
Jangankan di masa depan deh, sekarang saja sudah marak sisipan-sisipan LGBT di berbagai aspek, dengan penargetan khusus untuk bocil-bocil kesayangan kita semua. Misalnya, ini yang masuk berita ya, buku pelajaran yang mengandung unsur LGBT pada 2017 [3]. Lalu film-film dari Disney; Zootopia, Toy Story 4, Onward, Lightyear, dan yang terakhir aku tahu adalah Strange World. Entahlah kalau ada update. Masalahnya, saat aku bilang disisipkan, maka maksudnya adalah benar-benar penyisipan. Justru di sini bahayanya, penyisipan ini menunjukkan seakan-akan LGBT bukanlah hal yang 'besar', seakan-akan itu normal dan terjadi di belahan dunia manapun. Mulus banget. Film-film mereka tidak menampilkan kampanye terang-terangan seperti demo yang menuliskan "DUKUNG LGBTQ", namun memberikan gambaran semanis apa LGBT dalam kehidupan sehari-hari.
Ditambah lagi sekarang Marvel, sejak 'diambil alih' oleh Disney, juga terkena cipratan LGBT. Eternals, Dr. Strange: Multiverse Of Madness, Thor Love & Thunder. Gila kali, mana TV di rumahku langganan Disney, kebayang gimana adikku yang umurnya masih 9 tahun disodorkan tontonan menyesatkan?
Tokoh LGBT di Strange World - Disney. |
Kabar paling terbaru yang menurutku sama mengerikannya adalah saat bulan Juni 2023 kemarin, di mana Pride Month diperingati, banyak perusahaan ikut memperingatinya dengan berbagai cara. Salah satunya adalah game-game yang biasa dimainkan oleh bocil-bocil di lingkungan kita.
Sumber: Quora[4] |
Risiko masalah yang ditimbulkan melalui hubungan seksual melalui anus misalnya menyebabkan kerusakan organ anus karena anus tidak mempunyai pelumas, kemudian dapat meningkatkan risiko infeksi bakteri karena anus merupakan tempat yang infeksius, menyebabkan pelemahan otot cincin anus yang menyebabkan gangguan kontrol buang air besar, selain itu juga yang berbahaya yaitu menimbulkan risiko tertular penyakit menular seksual.
Apa tidak merinding bestie?
Itukan untuk aktivitas seksual ya. Bagaimana dengan transgender? Yah kemarin juga sempat viral kan tentang neovagina?
Sumber: CNN[8] |
Dari apa yang kubaca, rumor ini tidak benar[8]. Namun bukan berarti semuanya segampang itu. Kalian bisa baca artikel tersebut dan lihat betapa...ribetnya perawatan setelah operasi, mungkin untuk selamanya. Belum lagi risiko infeksi yang juga mengintai.
[9] |
Khusus untuk transgender, kecuali yang memang terlahir intersex, dari awalkan sudah lahir dengan kromosom dan hormon yang sesuai dengan jenis kelaminnya. Justru akan ada banyak ketimpangan yang akan terjadi jika mengusahakan 'kesetaraan gender' ini. Misalnya transpuan yang ingin disetarakan dengan perempuan original. Tau gak kasus Lia Thomas yang memenangkan kompetisi renang KATEGORI PUTRI? Faktanya Lia Thomas adalah transgender. Ya lu bayangkan aje.
Pemikiran gue ya, lu ngaku jadi cewek lu punya kuasa. |
Huf.
Balik ke Indonesia, meskipun tidak ada kata dukungan, aku tidak merasa di Indonesia LGBT benar-benar dilarang. Bisa dilihat ada website-website berbahasa Indonesia yang terang-terangan mendukung gerakan LGBTQIA+ tidak terkena internet positif tuh hahahaha. Malah ketika melakukan searching tentang LGBT, webiste merekalah yang muncul paling atas.
Kalau untuk Undang-undang dan masalah hukumnya, aku tidak begitu memperdalaminya. Walaupun memang sekali dua liat kasus di TV tentang pelaporan ke kepolisian karena hal-hal ini. Misalnya pasangan berumah tangga yang ketahuan ternyata sesama jenis.
Yah, memang konyol rasanya masuk penjara karena jatuh cinta. Tapi mengingat jenis jatuh cinta ini bisa nimbulin penyakit, mungkin baiknya dihindari aja kawan.
Sebuah pertanyaan yang sering diajukan di internet; apa yang akan kamu lakukan kalau ada temanmu yang ternyata LGBT? Jawabannya adalah; aku tidak tahu. Tentu saja aku punya beberapa kenalan yang ternyata LGBT, tapi ya itu, hanya sebatas kenalan karena tidak pernah benar-benar berbicara.
Tapi yang pasti, aku akan memastikan 'teman'ku itu tau kalau aku bukan seorang pro-LGBT.
Sebagai penutup, perjuangan hak LGBT ini selalu membuatku juga memikirkan bagaimana orang zaman dulu berusaha keras memperjuangkan hak Orang Kulit Berwarna dan hak-hak perempuan. Ini membuatku bisa membayangkan bahwa di masa depan sangat mungkin akan tiba zaman di mana LGBT benar-benar dianggap sama oleh masyarakat sebagaimana perempuan dan orang kulit berwarna hari ini dipandang. LGBT akan dianggap sebagai kenormalan yang tidak lagi asing. Dan pada masa itu, mungkin akulah yang akan dikenang sebagai orang jahatnya, yang memandang sebelah mata, yang menentang, yang paling rasis sedunia. Dan tulisan ini akan menjadi bukti nyata 'kejahatan' seorang Sherenanda, si penentang LGBTQIA++. Haha.