bila rindu ini masih milikmu

By Sheren - Thursday, February 11, 2021

Bila rindu ini masih milikmu

Kuhadirkan sebuah tanya untukmu

Harus berapa lama aku menunggumu? 


Hanya ilustrasi umum menyesuaikan
isi postingan, tanpa ada maksud lain.

Ketika sebuah lirik yang tepat dipadukan dengan musik yang tepat pula, maka dua hal itu sama seperti dua insan yang berjodoh. Memiliki warna unik dalam hubungan mereka. Saling melengkapi dan mewarnai. Mewujudkan sebuah keajaiban yang dirasakan tidak hanya oleh penciptanya, namun juga pendengarnya. Mewakili kehidupan. Mewakili pemikiran. Mewakili Rasa.

Kita menyebutnya sebagai lagu.

Dan begitu pula dengan lagu ini. Menunggumu karya Peterpan, atau sekarang lebih akrab dengan nama Noah. Lagu-lagu Noah selalu memiliki kesan tersendiri. Kekayaan bahasanya. Alunan musiknya yang membawa kita pada perasaan yang diinginkan.

Dan apa artinya tiga penggal lirik ini bagiku?

Tentu saja berarti. Karena aku adalah seorang wanita yang pernah--dan masih--jatuh cinta.

Receh mungkin, bagi sebagian pembaca. Tapi orang-orang yang pernah mengalami perasaan itu setidaknya akan sedikit memahami. 

Bahwa di antara ribuan perasaan abstrak itu, akan terselip beberapa tanya, beberapa rasa yang saling kontradiktif. 

Dan lirik ini. Lirik ini adalah ungkapan paling nyata dari pertanyaan di benakku sendiri.


Bila rindu ini, masih milikmu

Berhari-hari, berbulan-bulan, bertahun-tahun saat aku menjalani segala sesuatu dengannya, kita mulai mengenal yang namanya terbiasa. Aku terbiasa dengan keberadaannya. Terbiasa dengan perasaan ini. Terbiasa dengan rutinitas. Dan di antara segala sesuatu yang menjadi biasa itu. Ada malam-malam di mana aku mulai menanyakan, bagaimanakah rasanya terhadapku sekarang? Apakah rindu itu masih ada padamu? Padaku? Pada kita?

Oke. Rasa rindu itu masih ada padaku. Entah apa karena aku ini seorang wanita, atau seorang capricorn, atau seorang bergolongan darah O, atau seorang Januari, yang pasti aku masih bisa merinduinya meski rumah kami hanya sepelemparan batu. Meski pertemuan kami adalah rutinitas yang biasa. Rindu itu mengintip saat ia terlalu sibuk. Rindu itu menyapa saat dia terasa terlalu jauh.

Tapi bagaimana dengannya? Bagaimana denganmu? Apakah kamu masih ingat yang namanya rindu?

Apakah rindu ini masih milikmu?

Karena tidak pernah lagi terucap kata rindu itu. Seperti yang sudah kukatakan, kita terlalu sering, terlalu terbiasa dengan satu sama lain. Aku bahkan sudah tidak ingat kapan terakhir kali rasa rindu itu terucap tanpa harus diawali pertanyaan.


Kuhadirkan sebuah tanya untukmu  

Harus berapa lama aku menunggumu

Makna dari lirik ini bisa berarti apa saja. Namun untukku, tanya yang terbesar adalah, harus berapa lama hingga satu kata sederhana itu bisa terucapkan lagi?

Aku juga tidak paham bagaimana satu kata sesederhana itu bisa memiliki makna yang mendalam untukku, untuk perasaanku.

Orang bilang cinta itu banyak sekali bentuknya, yang hari demi hari akan membentuk sesuai dengan kebiasaan kita. Cinta tidak sekedar kata-kata manis. Bisa saja bentuk dari membangun mimpi bersama. Teman berbagi. Atau bahkan teman berantem. Bentuk dari cinta itu banyak sekali. Terlalu abstrak. Tidak hanya satu definisi yang membentuknya. 

Namun aku yakin, rindu adalah salah satu substansi yang membangun rasa itu. 

Nah, di saat kita menjadi serba terbiasa, benarkah rindu ini masih milikmu? Benarkah ia datang sesekali menyapa? Mengingatkanmu bahwa kamu merinduiku?

Aku selalu berharap akan tiba hari di mana kita bisa menurunkan sedikit ego, melupakan sedikit pendewasaan, dan muncul sebagai seorang manusia biasa yang sedang jatuh cinta.

Yang bisa mengatakan;

Aku rindu.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments