Ternyata,
ada hari lain yang lebih istimewa bahkan daripada Hari Anniversary sebuah
hubungan.
Pada
hari itu, aku pulang saat malam telah larut dan gerimis membasahi kota. Rasanya
lelah dan lapar setelah seharian tidak makan. Sebelum pulang aku singgah ke
rumahnya untuk memberikan sebungkus mie ramen yang telah dia pesan. Kebetulan
aku juga membeli ramen, dengan niat memakannya sesampai di rumah.
Alternatif
takdir muncul tanpa kuduga. Pada momen inilah, di mana malam jauh lebih
istimewa meskipun aku kelelahan dalam balutan gerimis, di mana makan Wagyu Beef
di restoran menjadi biasa saja dan tidak begitu berarti.
Malam
itu dia memintaku menunggu sebentar, mungkin sepuluh menit, agar dia bisa
memasakkkan aku mie ramen dan makan bersama.
Yup,
malam itu di bawah gerimis yang dingin, dia menarik-narik tanganku, berucap
sedikit memaksa, "Kita makan di teras ya. Habis makan langsung pulang kok,
ayo cepat turun sebelum waktunya habis."
Itu
30 menit sebelum jam malamku habis.
Aku
akhirnya duduk di kursi teras rumah, menunggunya memasak dua bungkus mie ramen.
Sesekali dia keluar dari dapur dan memberi kode kepadaku lewat dua jempol
tangan.
Aku
tertawa. Sudah jelas malam ini akan menjadi malam terbaik lainnya yang akan
kucatat.
Sepuluh
menit kemudian dia keluar membawa mie ramen ku yang sudah jadi. Kami makan
dengan lahap. Suara gerimis dan kisah-kisahnya malam itu bagiku sudah seperti
alunan musik yang menyenangkan bagiku. Semangkuk ramen panas yang ia sajikan
jauh-jauh lebih enak daripada ramen manapun yang pernah kucicip. Rasa lelahku
perlahan-lahan menguap bersamaan dengan tandasnya mie di mangkukku.
Gerimis malam itu. Semangkuk ramen. Kisah-kisah hangat. Bagaimana mungkin kita tidak menyebutnya spesial?