Semangkuk Ramen

By Sheren - Thursday, March 25, 2021

source : pinterest

Ternyata, ada hari lain yang lebih istimewa bahkan daripada Hari Anniversary sebuah hubungan. 

 

Pada hari itu, aku pulang saat malam telah larut dan gerimis membasahi kota. Rasanya lelah dan lapar setelah seharian tidak makan. Sebelum pulang aku singgah ke rumahnya untuk memberikan sebungkus mie ramen yang telah dia pesan. Kebetulan aku juga membeli ramen, dengan niat memakannya sesampai di rumah. 

Alternatif takdir muncul tanpa kuduga. Pada momen inilah, di mana malam jauh lebih istimewa meskipun aku kelelahan dalam balutan gerimis, di mana makan Wagyu Beef di restoran menjadi biasa saja dan tidak begitu berarti. 

Malam itu dia memintaku menunggu sebentar, mungkin sepuluh menit, agar dia bisa memasakkkan aku mie ramen dan makan bersama. 

Yup, malam itu di bawah gerimis yang dingin, dia menarik-narik tanganku, berucap sedikit memaksa, "Kita makan di teras ya. Habis makan langsung pulang kok, ayo cepat turun sebelum waktunya habis." 

 

Itu 30 menit sebelum jam malamku habis. 

Aku akhirnya duduk di kursi teras rumah, menunggunya memasak dua bungkus mie ramen. Sesekali dia keluar dari dapur dan memberi kode kepadaku lewat dua jempol tangan. 

 

Aku tertawa. Sudah jelas malam ini akan menjadi malam terbaik lainnya yang akan kucatat. 

Sepuluh menit kemudian dia keluar membawa mie ramen ku yang sudah jadi. Kami makan dengan lahap. Suara gerimis dan kisah-kisahnya malam itu bagiku sudah seperti alunan musik yang menyenangkan bagiku. Semangkuk ramen panas yang ia sajikan jauh-jauh lebih enak daripada ramen manapun yang pernah kucicip. Rasa lelahku perlahan-lahan menguap bersamaan dengan tandasnya mie di mangkukku.

Gerimis malam itu. Semangkuk ramen. Kisah-kisah hangat. Bagaimana mungkin kita tidak menyebutnya spesial?

  • Share:

You Might Also Like

0 comments