Selesai Kuliah

By Sheren - Saturday, July 10, 2021

 AKU LULUS! 

Rasanya kayak, lah? Udah? Gituuu aja?

*eh


Dulu iseng komentar, "Orang kenapa sih kalo lulus spot fotonya
itu-itu aja, coba masjid kek latarnya. Ntar aku kalo lulus mau foto di depan
Al-Iqtishad deh." Ehh kejadian beneran wkwk.


Ps : Ketikan ini sebenarnya sudah ditulis dari awal lulus tapi baru selesai hari ini.

Oke pertama-tama aku ingin mengucapkan syukur tiada terkira kepada Allah SWT, tentu tanpa-Nya aku ini hanyalah menjadi serpihan debu yang tak berguna. Karena sejauh ini, walaupun dibarengi dengan breakdance mental, termasuk amarah, rasa bingung, takut, tak lupa tangisan, bagaimanapun skripsi ku masih terus berjalan dengan lancar selancar menaiki sepeda di dalam gang--capek dan kadang ada gundukannya.

Kedua, aku ingin berterimakasih penuh kepada kedua orangtuaku terutama Mama. Aku yakin, doa beliau lah yang selama ini membuat skripsiku tidak berat-berat amat, even sidangnya sesantai itu!

Ketiga, untuk pembimbingku sejak semester pertama, Bu Rusliyawati. Harus kukatakan aku beruntung memiliki pembimbing seperti beliau. Rasanya cocok banget! Beliau adalah tipe dosen yang apa mau mahasiswa silahkan saja, selama mahasiswa itu tau resikonya dan mau bertanggungjawab. Beliau orangnya cukup tepat waktu dan tepat janji, pokoknya anti-ribet. Proses mengajukan judul, minta izin seminar dll, dipermudah. Aku juga banyak dibantu dengan revisian yang detail dan ga bertele-tele. Terimakasih Bu Liya untuk semuanya :).

Keempat, aku ingin berterimakasih kepada semua orang. Terlalu banyak untuk disebutkan satu persatu. Pokoknya semua orang yang sudah aku repotkan untuk masalah perskripsian ini. Gilak! Banyak banget kayaknya. Mungkin lebih dari setengah kelas sudah aku repotkan untuk tanya-tanya sana sini. Belum lagi abang kakak di KPP, semua responden, keluarga, orang tak dikenal, dll dll.

Selama proses melepas gelar mahasiswa, aku mendapati cukup banyak trial dan error. Tetapi syukurlah saat sidang, segala sesuatu benar-benar di permudah sama Allah SWT. Sidangku online semua--kecuali dengan pembimbingku. Presentasinya lancar, obrolan dengan penguji ga mengecewakan, revisi ga banyak, sidang kompre juga menyenangkan (Sejak kapan sidang kompre bisa menyenangkan? Wkwkwk). Wah, pokoknya luarbiasa.

Bangun pagi besoknya, aku mendapati aku sudah menjadi Sarjana WHUAHAHAHAHA..


Kalau mengingat masa awaaaal dulu kuliah, antara nyangka dan ga nyangka udah sampai tahap pengangguran aja. Dulu pernah berdebat panjang dengan orangtua karena aku mau kuliah di Jawa tapi ortu ga mengizinkan. Akhirnya menyerah dan dengan pasrah mendaftar di UNTAN.

Tapi semua memang ada alasannya wkwk. Mulai dari bertemu teman-teman terbaik, mendapat beasiswa penuh dari maba (still, thanks to Aya yang udah ngenalin Beasiswa Unggulan). Bertemu orang-orang hebat di BEM, bertemu doi (wkwk).

Kalau mengingat masa awal kuliah, rasanya pernuh warna-warni ya. Kebanyakan dongkol sih kayaknya. Mulai dari berhadapan sama senior-senior pas Penerimaan Mahasiswa Baru, ketemu mantan pas jaman bocil yang ternyata satu fakultas astaga untung bukan sejurusan, mana beliau jadi panitia PMB pula, lalu ketemu pacarnya yang kebetulan ngehukum aku karena keawalan / telat dengan beda waktu kurang dari 1 menit dari ketentuan. Astaghfirullah PMB ku kalo diingat-ingat rasanya pengen buat ngejitak people. Fakta itu pula yang membuat aku kemudian ogah daftar BEM di semester awal wkwk. Lalu dilanjut dengan ospek jurusan (sebagian besar menyebutnya pengkaderan, tetapi bagaimanapun penyebutannya, bagiku itu tetap ospek). Ospek jurusan, kayaknya setiap pertemuan membuatku mengucap istighfar. Makin lama pertemuannya, makin banyak istighfarnya. 

Lalu ada teman-teman sekelas. Sebuah kejutan yang awalnya menyenangkan, aku sekelas dengan banyak teman sejurusan dari SMA. Tentu saja itu membuat kami menjadi lebih cepat beradaptasi. Tetapi, aku ga begitu inget gimana mulainya, dengan perlahan dan pasti hubungan kami retak-retak. Kayaknya ini pertama kalinya aku mengalami keretakan secara terang-terangan dalam lingkar pertemanan satu geng. Pada akhirnya hubungan sebagian besar dari kami cuma sebatas sopan santun. Lucu sih, untungnya sebagian besar dalam geng itu adalah laki-laki. Tak lama kemudian aku berteman dengan teman yang lebih sefrekuensi. 

Ah, selain itu, aku juga sempat dekat dengan seseorang secara khusus. For honestly, hari-hari awal dari kedekatan itu merupakan sesuatu yang..menakjubkan. It's been six years until I finally decided to have a..or some..relationship(s)! Tapi yah, setelah beberapa hari yang menakjubkan, aku langsung sadar kalau dia bukan orang yang aku mau wkwk. WKWKWKWK kalo diingat-ingat emang bikin merinding. Setelah berhasil melepas diri dengan kejam, saya bertekad menjadi manusia yang bebas dan sekedar lucu-lucuan aja sama teman laki-laki. They're so cute, para pria itu! Wkwk. Maksudku, mudah sekali menebak arah tujuan mereka, rasanya kayak nonton film atau baca novel yang kita bisa tau endingnya. Well, kita tinggal ikut aja permainan mereka sampai batas-batas tertentu.

Tapi kemudian? Aku masuk sebuah kepanitiaan besar di jurusan (ini wajib buat maba) dan tiba-tiba banyak hal berjalan di luar kendali wkwk. Ada seseorang yang amat menyenangkan, yang polos sekali tetapi juga jadi lucu sekali..................

Oke ini kalo diceritain mah kepanjangan, bukannya cerita kelulusan, malah jadi cerita romansa kuliah.

Untuk kegiatan akademik di kelas, aku sudah lupa-lupa ingat. Sepertinya banyak sulitnya sih. Akuntansi ternyata sesulit itu! Kalian tau rekonsiliasi Bank? Sampai hari ini, itu adalah materi yang paling tidak aku sukai. 

Oh ya, ada juga momen di mana aku lupa bawa kartu ujian. Haduh, apes sekali hari itu. Aku ingat seorang bapak-bapak dari TU mengucapkan kata-kata super pedas untuk mempermalukanku di kelas, menyuruhku jangan dulu mengerjakan soal selama..15 menit pertama? Lalu menakut-nakutiku dengan semacam nilai yang rendah? Pokoknya benar-benar menyebalkan sekali. Mana itu mata kuliah dosen pembimbingku. Yah..tetapi tentu saja seorang Sherenanda Audina enggak segampang itu dapat nilai rendah ferguso HA HA HA. For honestly, aku menjadi salah satu mahasiswa yang mendapat nilai tertinggi dalam UAS di matkul itu. Jujur sampai hari ini aku masih berangan-angan, andai aja aku bisa menunjukkan kertas nilaiku di depan wajah Bapak itu, sungguh akan indah sekali. Setidaknya, beliau akan bisa belajar untuk lebih menghargai orang lain dan menahan diri dalam berkata-kata yang kurang layak.

Lanjut lagi, di sisi lain, aku ingin meminta maaf. Pertama kepada diriku sendiri, kedua kepada kampus, dan ketiga kepada negaraku tercinta. Karena sayang sekali, judul skripsi yang aku ambil ini sangatlah remeh dan cenderung tak berguna untuk masa depan bangsa dan negara. Padahal dulu saat daftar kuliah, lalu daftar beasiswa, aku bertekad untuk punya judul yang bisa membantu--kalo bukan negara, setidaknya rakyat kecil dalam permasalahan per-akuntansian. Udah nyombong banget pula nulis di esai dulu pas daftar beasiswa. Taunyaaa apa?! Taunya aku masih menjadi bocil yang cuma ingin lulus. Sebagai seorang pelajar yang selama tiga tahun hidupnya dibiayai negara, aku merasa kecewa dengan diriku sendiri dalam proses skripsi meng-skripsi ini. I have no pride with my skripsi. Tiga tahun lebih kuliah, tetapi aku gak punya keberanian untuk mengambil judul yang menantang diri sendiri, ga punya keberanian untuk memperdalami, atau sekedar menerapkan lebih banyak ilmu yang kumiliki ke dalam karyaku. Untuk kalian-kalian yang masih kuliah gaes, ambil lah skripsi yang benar-benar TERBAIK meskipun itu menyiksa kalian HA HA HA.

Oh ya, aku juga minta maaf, ke doi. Wah parah banget, selama mendaki menuju kelulusan, emosiku udah macem gunung api erupsi, meletus letus malah. Kayaknya urusan dia ngelangkah pake kaki kiri padahal aku maunya pake kaki kanan aja udah bisa buat aku ngomel 10 menit--iya aku jadi banyak banget marah-marah untuk hal remeh! Kalo aku jadi dia mungkin aku bakal ngejitak diriku sendiri tiap hari. Wkwkwk kalo diingat-ingat rasanya emosi aku emang serandom itu. Tau gak sih, orang modelan macam dia? Rasanya kayak air dingin di hari yang panas, atau air putih setelah minum espresso, atau pantai setelah setahun penat di kota, atau air tebu setelah puasa 12 jam. Sesuatu yang pasti kita cari untuk kesenangan, ketenangan diri. Jadi kalo mau marah-marah, ya datengnya ke orang yang gabisa marah-marah HAHAHA maaf bang, i'm truly sorry. i'll be better soon, my promise.

Mungkin... itu aja? Entah kenapa cerita kelulusan malah jadi cerita nostalgia dan kepanjangan. Cerita lulusnya ga ada :( . HEHE. Kita kasih sedikit foto aja ya:

Menunggu nilai keluar

Dengan Mama <3














Bonus deh, sebuah perkembangan dari tahun ke tahun :

Lulus SD

Pertengahan SMP



Baru masuk SMA -- dapet seragam baru.

Masuk kuliah

Pengangguran total


  • Share:

You Might Also Like

0 comments