Jadi sudah 2021?

By Sheren - Sunday, January 03, 2021


sumber : dok pribadi

Sudah 2021! Terakhir saya lihat, ada sebuah video konspirasi singkat mengenai 2021 yang merupakan angka 2012 yang dibalik. Tahun 2012 sendiri pernah dihebohkan dengan ramalan kiamat dan salah satu alasannya gara-gara kalender Suku Maya berakhir sampai tahun itu. Menurut hemat saya dulu, sebenarnya Suku Maya capek aja mau buat kalender banyak-banyak. Tapi manusia dengan segala ilmu konspirasinya itu memang luar biasa, ya.

Tinggal hitungan hari hingga umur saya mencapai 22 tahun. Dua puluh dua! Saya masih merasa sebagai manusia labil yang belum mencapai tahap kedewasaan sepenuhnya, padahal saya sudah punya KTP sejak umur 17 tahun. Saya masih suka sama nontonin ulang anime-anime jaman saya SMP dulu, masih mengagumi Edward Cullen, dan masih mempunyai cita-cita supaya bisa masuk dunia Harry Potter atau Narnia.

Dulu saat saya kecil, saya menetapkan umur seseorang dewasa adalah saat masuk SMA, itu karena melihat sinetron dan orang sekeliling saya yang udah SMA rasanya gede banget. Beranjak SMA, saya menetapkan ulang umur kedewasaan seseorang sepertinya 20 tahun, ketika mereka bisa berdiri secara mandiri, mengatur finansial dan sebagainya. Banyak orang sukses pada umur 20 tahunan. Tapi sekarang di umur 20 tahun, jangankan yakin bahwa 20 itu umur yang matang, saya saja masih gemas melihat orang-orang seumur saya sudah pada nikah, padahal dalam sudut pandang saya, mereka masih muda banget! Rasa-rasanya umur segini adalah umur untuk kemakmuran diri sendiri dulu. Apakah mental umur 20 tahun sedemikian mampu untuk membangun rumah tangga? Yah mental setiap orang berbeda-beda sih. Tetapi saya selalu berpikir selesai kuliah saya ingin kerja dulu dan menabung. Setidaknya saya punya simpanan yang cukup jika suatu hari tiba waktunya saya menikah, tidak perlu merepotkan orangtua untuk biaya resepsi, dan bisa memiliki rumah sendiri meskipun harus pake KPR, ha ha! Gatau sih realitanya ntar gimana, tapi diniatkan aja dulu.

Tapi bukan berarti saya tidak setuju garis keras dengan orang yang menikah di umur 18-20 sih. Menurut saya oke-oke kalau dua belah pihak sudah yakin, sepanjang mereka yakin finansial mereka bisa terjamin setidaknya untuk makan dan tinggal sehari-hari. Lagian urusan menikah tidak menikah sebenarnya adalah urusan masing-masing individu dengan Tuhannya. Segalanya oke, asal bukan married by accident mhuehe.

Ngomong-ngomong tentang MBA, ada film yang bagus untuk ditonton. Tentu saja namanya DUA GARIS BIRU. It's a good film. Walaupun setelahnya si aktor cewek kena kasus blunder, tapi itu ga mengurangi kualitas filmnya lah. 

Ah tadinya saya mau membicarakan kilas balik 2020, tapi malah merembet ke mana-mana. 


2020.... mungkin tahun itu paling tepat jika dikatakan sebagai tahun yang....emosional. Tentu saja semua dimulai pada 16 Maret 2020.

Lockdown. Karantina.

Saya ingat sekali momen itu. Saya dan teman-teman BEM saya beberapa hari sedang jauh berada di sebuah kampung di atas bukit. Tanpa sinyal. Tanpa akses komunikasi ke luar. Kemudian Senin, 16 Maret 2020, saat akhirnya setitik sinyal menghampiri smartphone kami, kabar pertama yang kami terima adalah kuliah diliburkan dua minggu dan kami dilarang beraktivitas di luar rumah.

2 minggu menjadi 2 bulan...3 bulan...dan terus diperpanjang. Kita semua dikelilingi rasa takut. Kuliah kacau balau karena masih terdapat kesenjangan teknologi di mana-mana. Membayangkan dosen harus berbicara sendiri di depan layar, entah mahasiswa mendengarkan atau tidak. Abang saya diminta pulang dari Surabaya, meskipun awalnya dia ragu karena takut justru menjadi carrier--dan tak lama setelah dia pulang ke Pontianak, Surabaya menjadi zona hitam dan segala hal diperketat di sana. Kemudian kami di rumah yang harus mengajar si bungsu yang masih berumur 6 tahun, padahal ini tahun pertamanya sekolah. 

Banyak. Banyak sekali pelajaran yang didapat dari lockdown ini. Tentang memahami, bertoleransi, menghabiskan waktu dengan keluarga. Dan yang mungkin paling penting, sekaligus paling sulit adalah;

bersabar.

Sabar. Menanti hari di mana kami bisa keluar tanpa rasa takut. Sabar. Dalam mengajar adik saya belajar membaca menulis. Sabar. Dengan tugas-tugas kuliah yang tiba-tiba menggunung daripada saat perkuliahan biasa. Sabar. Menahan rasa kangen ingin bertemu teman-teman, berkumpul seperti dulu.

Masih perkara Covid-19. Dampak yang ditimbulkan emang cukup luarbiasa untuk kehidupan perkuliahan saya. Contoh lainnya saja, di BEM. Kami masih punya beberapa progja, tapi semuanya ambyar. Batal. Gagal. Saya ingat masa itu benar-benar masa-masanya karantina berjalan ketat. Jadi kami hanya bisa berinteraksi lewat online.

Beberapa waktu berselang, saat rasa was-was sudah mulai longgar dan Covid di Pontianak menurun--saya dan teman-teman departemen BEM saya melakukan pertemuan. Membahas masa depan departemen Kominfo kami. Ternyata harapannya kecil sekali untuk bisa dilangsungkan Sidang Umum. Kampus masih harus steril. Tidak boleh ada pertemuan yang menimbulkan kerumunan. Kami mulai membicarakan berbagai kemungkinan, salah satunya tentang PLT-Pelaksana Tugas.

Saya dan teman-teman departemen saya sebenarnya menolak. Tapi singkat cerita, apa boleh buat. Semua terjadi begitu saja.

Skip. Skip. Skip. Ada magang yang cukup menguras waktu dan energi. Kemudian perkuliahan semester selanjutnya di mulai, BEM mulai bergerak aktif kembali.

Jujur saya sedikit kewalahan. Rencana awal saya adalah, selama semester 7 saya akan fokus mengerjakan proposal dan di akhir tahun setidaknya bisa seminar, tetapi akhirnya target itu tidak bisa saya selesaikan. Terlalu banyak....hal. Saya tidak yakin apakah tepat menyalahkan hal-hal lain itu. Atau mungkin dari dari saya saja yang terlalu lambat. Tapi yaaaahh, tidak masalah. Saya tidak begitu strict dengan target-target saya.

Tidak terasa covid sudah hampir setahun di Indonesia. Biar bagaimanapun, kita selalu membentuk harapan dengan cara yang positif. Dan saya sungguh-sungguh berharap kehidupan saya, hati saya, perasaan saya, logika saya, semuanya bisa jauh lebih baik, lebih hangat, lebih menyenangkan daripada 2020 yang cukup suram.

See you!

  • Share:

You Might Also Like

0 comments