Merasa Bersalah

By Sheren - Monday, June 12, 2023



Buat Mama, 

Sosok yang saat aku masih kecil suka membawaku jalan-jalan untuk berfoto dengan kamera analog,

Yang saat aku TK memperkenalkanku pada mesin tik,

Lalu saat aku beranjak SD, membeli komputer baru dan mengajariku memakainya


Buat Mama,

Yang mengajariku membuka Microsoft Word untuk mengetik puisi,

Yang rela membeli kartu flexi mahal, agar kami bisa tahu apa itu internet,

Supaya aku bisa melihat cerpen dan Acha Septriasa,


Buat Mama,

Yang memberi jajan lima ribu agar aku bisa ke warnet,

Yang pada akhirnya memasang wifi supaya anaknya bisa buka Friendster,

Yang tidak menyerah meskipun tagihan telpon melunjak karena dipakai anak-anaknya nelfon kuntilanak,


Buat Mama,

Yang membelikanku hape Samsung berkamera karena masuk 5 besar di sekolah,

Yang membelikanku hape Blackberry karena aku tergiur,

Yang membeli laptop dan membiarkan kami foto-foto dengan webcamnya,


Hari kemarin,

Engkau bertanya kenapa printer tidak bisa dipakai,

Ternyata usbnya belum dimasukkan,

Dan aku merasa kesal,


Hari kemarinnya lagi,

Engkau bertanya kenapa printer tidak bisa dipakai,

Ternyata printernya error tapi hanya perlu merestart printernya sesuai instuksi

Dan aku merasa kesal,


Kemarin-kemarinnya lagi,

Engkau bertanya kenapa printer tidak bisa dipakai,

Ternyata....tidak ada apa-apa, saat aku datang printernya berfungsi seperti biasa,

Dan aku merasa kesal,


Hari ini,

Engkau membeli printer baru.

        Dan aku,

                        Merasa bersalah.


***

Benar kata pepatah, seorang Ibu bisa merawat sepuluh anak. Tetapi sepuluh anak belum tentu bisa merawat seorang Ibu. 

Aku ga bisa nyebut ini puisi karena tata bahasanya suka-suka-gue wkwk. Pokoknya ini tulisan menceritakan bagaimana perjuangan seorang Ibu (mamaku tercinta) yang dengan begitu sabar--dan bahkan bahagia melakukan ini itu memperkenalkan ini itu untuk anak-anaknya. Tetapi anak-anaknya seringkali susah menahan sabar untuk pertanyaan-pertanyaan sepele--lupa bahwa dulu Ibunya yang mengajarinya banyak hal.

Kalian pasti pernah melihat video di mana seorang anak kecil bertanya ke orangtuanya, "Ini apa?" "Itu apa?" dan dengan sabar orangtuanya menjawab semua pertanyaan itu meskipun berulang-ulang. Waktu berlalu, si anak beranjak dewasa dan orangtuanya mulai pikun. Kemudian orangtuanya melakukan hal yang persis sama dengan yang si anak dulu lakukan. Tetapi si anak menjawabnya dengan setengah hati.

Hal itu banyak terjadi, dalam banyak momen, situasi, keadaan. Dulu kupikir aku tidak akan menjadi seperti itu, tetapi ternyata hal itu sangat mudah terjadi. Kalau sudah begitu, kadang aku mencoba mengakhirinya dengan bercanda dan sama-sama tertawa, supaya gak jadi anak durhaka yang diazab :'). Setiap Mamaku bertanya mengenai hal ini dan itu dan 1001 kasus beliau bersama printer, aku selalu berusaha ingat bagaimana dulu justru Mama-lah yang memperkenalkanku dengan komputer. Microsoft Word, Excel, Power Point, Paint, Webcam, Internet. Tentunya berhasil.

Thanks and sorry, Mom. Maafkan anakmu yang sering kurang sabar dan tidak tahu diri ini huhu:'(. 

  • Share:

You Might Also Like

0 comments