Book Review : The Miraculous Journey of Edward Tulane

By Sheren - Monday, June 01, 2015




Judul : The Miraculous Journey of Edward Tulane
Penulis : Kate DiCamillo
Tebal : 208 Halaman

Dahulu kala, di sebuah rumah di Egypt Street, tinggalah kelinci porselen bernama Edward Tulane. Dia dimiliki oleh seorang gadis yang sangat menyayanginya yang bernama Abilene. Kelinci itu sempurna, memiliki tubuh dari porselen, dengan engsel di tiap sendinya sehingga mudah digerakkan, memiliki telinga yang terbuat dari bulu kelinci asli dan ekor kelinci yang juga dari bulu kelinci asli yang halus dan lembut. Tidak hanya itu, dia memiliki 'segudang' pakaian untuk dipakainya, ada pakaian dari sutra, ada piama. Demi semua kelebihannya itu, dia menjadi kelinci porselen yang sangat angkuh dan bangga pada dirinya sendiri.  Dia tidak pernah perduli dengan Abilene yang menyayanginya sepenuh hati, dia benci saat orang-orang memanggilnya 'boneka', dia benci kedua orangtua Abielene yang seakan selalu menganggap rendah dirinya.

Kemudian dia pergi bersama keluarga Abilene, liburan diatas kapal. Tapi liburan itu dirusak karena ada anak-anak nakal yang mengambil si kelinci, Edward, dan secara tak sengaja melemparkannya ke lautan lepas.Dari situlah dia mengalami petualangan yang luar biasa, diambil dari satu tangan ke tangan yang lain, dirampas, diberikan, mengalami 'kematian' , dan banyak hal yang dialaminya.

Disana, dasar laut, dia menunggu berjam-jam, berhari-hari, berminggu-minggu, hingga akhirnya berbulan-bulan, sampai ia 'tertangkap' oleh sebuah jala nelayan.

Nelayan itu dan istrinya, memperlukan Edward sangat baik, berbicara kepadanya, meletakkan diatas kursi saat makan malam, diajak berjalan-jalan, diajarkan rasi bintang. Lalu, datanglah anak si nelayan. Anak itu iri karena orangtuanya menganggap Edward sebagai anak dan akhirnya membuang Edward ke tempat pembuangan sampah. Disana dia menunggu dan menunggu lagi, sudah ditumpuk-tumpuk oleh ribuan sampah, mendengarkan orang gila berkeok, dan banyak hal. Akhirnya, seekor anjing menggali sampah dan menemukannya, kemudian membawanya ke tuannya, yang merupakan gelandangan.

Oleh pria gelandangan itu, dia juga diperlakukan amat baik, bajunya diganti, diajak berbicara, bernyanyi. Bertahun-tahun mereka bersama. Tapi akhirnya Edward harus berpisah lagi dengan gelandangan itu, dia dilempar dari gerbong kereta oleh petugas kereta, dan ditemukan oleh seorang ibu-ibu yang memakunya di kayu, untuk mengusir burung-burung.

Petualangannya tidak berhenti sampai disitu, dia dicuri oleh anak lelaki, yang memberikan boneka itu ke adiknya yang sakit-sakitan sampai akhirnya adiknya meninggal dunia. Dan kepalanya juga sempat pecah berkeping-keping akibat dihantamkan ke konter, sampai akhirnya dia tinggal di sebuah toko boneka. Dan ditutup dengan akhir bahagia, dia bertemu dengan pemilik lamanya, Abilene, yang sudah menjadi wanita dewasa dan mempunyai anak gadis.

**

Jadi ceritanya, aku lagi di perpustakaan buat menghabiskan hari. Dan enggak sengaja aku menemukan buku dongeng ini, tentang kelinci. Alasan pertama aku ngambil cerita ini adalah karena ini 'buku cerita bergambar' . Tapi alasan itu diabaikan aja, karenaaaaa.. kisah kelinci dalam buku ini emang bagus banget (gambarnya juga bagus).

Untuk disebut dongeng, ini bagiku adalah dongeng paaaliiiing muram, atau paling menyedihkan yang pernah aku baca. Kasian gitu rasanya kalo anak-anak harus membaca kisah perpisahan demi perpisahan yang dialami si kelinci, aku aja sedih bacanya. Well, disamping itu, ini juga kisah paling mengharukan, dan memiliki banyak sekali makna.

Seperti dongeng pada umumnya, cerita ini penuh keanehan ataupun keajaiban (dan kebetulan yang luar biasa). Tapi yang paling aneh bagiku bukanlah kelinci yang bisa berpikir sendiri atau ketika akhirnya dia bertemu Abilene di ending cerita. Yang sungguh aneh dan paling menarik minatku adalah, orang-orang yang menemukan kelinci ini (kecuali segelintir orang kayak anak nelayan dan ibu-ibu gajelas) selalu menyayangi si kelinci dan menjalin komunikasi dengan si kelinci seakan-akan kelinci itu emang hidup, benar-benar diperlakukan seperti anak, ataupun adik sendiri atau sosok yang sangat berharga. Kalau anak-anak yang ngelakuin itu sih, aku enggak heran, tapi ini sampe bapak ibu nelayan juga gitu.

Banyak hal unik lain juga, contoh, namanya Edward dan terbuat dari porselen, juga amat rupawan, persis mengingatkan saya sama Edward Cullen di novel Twilight Saga, dimana dia adalah vampire, dengan kulit sekeras dan sehalus porselen, dan rupawan.

Terus, si kelinci ini suka sama bintang, yah, untuk boneka yang 'gak tahu diri' dan sombong, hebat juga dia bisa menyukai bintang dan selalu tenang saat melihat bintang.

Ah, intinya sih, penulis menceritakan kisah ajaib ini dengan hebat, bahasanya mudah dimengerti, tapi sekaligus menyentuh ditiap katanya, pas. Dia berhasil membuat kita ikut dalam perjalan kelinci yang penuh makna, ikut merasakan resah saat menunggu, sakit yang teramat sangat saat terjadinya perpisahan yang tidak diinginkan. Si penulis ini benar-benar bermain-main dengan perasaan kita, saat kita sudah senang karena Edward si kelinci dapet teman baru yang baik hati, eh kita dipaksa menghilangkan senyuman kita karena tragedi perpisahan. Tapi seperti biasanya dongeng, endingnya manis dan melegakan. Setelah bertahun-tahun menunggu, duduk di atas rak di toko boneka, dia akhirnya digendong dengan sayang oleh seorang gadis cilik, yang rupanya adalah anak dari pemilik pertamanya, Abilene.

Yo, aku kasih 5 bintang untuk perjalanan luar biasa si kelinci yang dijalaninya bertahun-tahun, dengan kebetulan yang ajaib karena ditemukan Abilene.

Buat pecinta dongeng ataupun cerita bergambar atau apapunlah, disarankan untuk membaca buku ini! Dijamin hatinya tambah luas dan dalam :v

  • Share:

You Might Also Like

0 comments