Masyarakat Indonesia ga minat membaca? Wow.

By Sheren - Saturday, June 04, 2016

Hee(yyy)loooo..

Tadinya aku lagi ngre-resume tugas Agama, tentang Perkembangan Islam di Masa Modern. Terus tiba-tiba aku ingin sekali menulis tentang 'membaca', yang sebenarnya sudah lama ingin aku tulis. Rasa-rasanya ini saat yang tepat.



Aku tahu, kamu tahu, kita tahu, bagaimana luar biasa rendahnya minat membaca di Indonesia. Menurut UNESCO pada tahun 2015 lalu, minat membaca masyarakat Indonesia HANYA DI BAWAH SATU PERSEN! Atau sama dengan di antara 1000 orang, hanya ada 1 orang saja yang memiliki minat baca.

Ckckck.

Tidak perlu dihitung mutlak juga kita pasti menyadarinya. Di sekitarku misalnya. Dalam keluargaku, hanya akulah yang suka baca dan mengoleksi buku--meskipun sebagian besar masih buku fiksi dan biografi. Di kelas, orang-orang yang suka membaca bisa dihitung pake jari yang ada di tanganku.
Biasanya teman-temanku meminjam bukuku. Tapi tahu apa yang terjadi? Pas mereka balikin buku aku dan aku bertanya, "Gimana? Bagus ga bukunya?"

Mereka malah geleng-geleng kepala dan berkata, "Aku ga kuat bacanya, baru beberapa halaman."

WHAT THE!!!!

Kamu tahu kenapa setelah berpuluh-puluh tahun merdeka, Indonesia masih menjadi negara berkembang? Salah satunya ya ini. Mau membaca susahnya minta ampun. Kita lihat negara Inggris nun jauh di sana, kenapa dari zaman kita belum dijajah sampe kita selesai dijajah, kejayaannya tetap terdengar ke seantero dunia? Tentu saja karena mereka orang-orang yang haus ilmu, karena mereka mencari ilmu dengan membaca. Aku membaca beberapa novel klasik Inggris dan aku mendapati salah satu budaya mereka yang khas adalah membaca. Perpustakaan adalah hal yang penting. Kamu tahu kenapa sekitar lima ratus tahun yang lalu, umat Islam pernah mencapai kejayaannya? Karena mereka dengan giat membaca, menerjemahkan berbagai literatur Yunani dan teks asing lainnya ke dalam bahasa mereka supaya yang lain bisa membacanya. Itu membuat Islam berkembang sedemikian pesat dan mengalah Eropa.

Pertanyaan pentingnya adalah, kenapa coba minat membaca di Indonesia begitu rendah (dan memalukan) ?

Banyak. Alasannya banyak sekali. Tapi di sini aku akan memberi contoh-contoh penyebab yang terjadi di sekitar lingkungan saya.

1. Faktor keluarga di rumah



Aku bukannya mau nge-judge. Tetapi inilah kenyataan yang terjadi pada diri aku pribadi. Di lingkunganku, orangtuaku sangat jarang membaca dan tidak membiasakan anaknya untuk membaca.
Orangtuaku bahkan sering sekali mengomel untuk JANGAN SERING-SERING MEMBACA KARENA DAPAT MERUSAK MATA. Itu adalah ketakutan utama orangtuaku. Dan aku yakin ketakutan itu tidak hanya dirasakan oleh orangtuaku tetapi juga oranglain.
Tapi yaampun, aku punya beberapa temen yang otaku dan waktu luangnya (itu artinya pagi sebelum sekolah, pulang sekolah dan malam hari) pekerjaannya adalah melihat laptop, manga, dsb. Tapi matanya baik-baik saja. Aku sendiri cenderung berpikir kenapa mataku ini pakai kacamata adalah faktor keturunan, karena hampir semua keluargaku berkacamata, dari nenek, tante-tante, sampe saudara sepupu. Abang adikku juga. Padahal mereka (saudaraku) jarang membaca.
Itulah dia, anggapan membaca terlalu sering dapat merusak mata yang membuat minat membaca dari turun. Padahal kalau memang takut begitu, tinggal diatur saja.

Selain itu. Yah...pokoknya.....di rumah aku berjuang sendirian supaya bisa memuaskan hobiku untuk membaca. Waktu kecil, aku pengen banget menyewa buku cerita bergambar, tapi mamaku tersayang mengabaikanku dan berkata, "Palingan enggak dibaca, kamu mana suka baca."

Aku selalu sedih mengingat kenangan itu. Selalu.

Nah. Kupikir itulah, bagaimana kita bisa leluasa membaca, kalau kebiasaan itu tidak ditanamkan--justru malah diabaikan dan seakan-akan dicegah.
Sudah saatnya bagi kita untuk perlahan-lahan meningkatkan minat membaca baik ke diri sendiri maupun orang lain. Menyisihkan uang untuk membeli buku dan membangun perpustakaan mini, misalnya, daripada membeli hal-hal yang sebenarnya enggak jelas.

?


2. Buku di kotaku luar biasa MAHAL
Toko buku terbesar dan terlengkap di kotaku memasang tarif yang tinggi sekali untuk buku. Euh. Dengan diriku yang cuma punya budget pas-pasan, hal ini membuatku jengkel. Aku penasaran apakah di kota-kota lain di Indonesia harga buku-buku sama mahalnya. Sebut saja Breaking Dawn waktu itu sampe ratusan ribu hahaha. Apalagi buku Harry Potter dan buku-buku bestseller lainnya. Buku-bukunya Tere Liye yang terbitan Gramedia udah banyak yang di atas seratus. Sebenarnya apa pengaruh buku mahal? Apakah ongkos kirim yang kalo ga salah sekitar 20ribuan/kilo dari Jawa ke Pontianak? Apakah pajak? Biaya produksi kertas? Entahlah. Dengan buku yang harganya meroket itu, aku jadi lari ke perpustakaan (yang koleksinya pun juga ga sebanyak yang aku harapkan) . Aku juga pernah baca di akun FBnya Tere Liye, dia terpaksa memangkas beberapa halaman dari cerita salah satu novelnya agar harganya tidak begitu mahal. Wow. Seberapa mahalkah produksi buku?

Nah, kalo bukunya semodel begini sih aku setuju-setuju saja kalo mahal.
Aku sungguh-sungguh berharap semua buku di Indonesia diberi subsidi sama Pemerintah, baik buku terjemahan maupun buku dalam negeri :'''). BBM di subsidi makanya banyak yang beli motor(?) *apaan sih* *gajelas* Yakkssss, mungkin kalo buku disubsidi dan menjadi murah, bakal banyak yang mau beli. Ini terbukti loh, ketika ada bazar buku yang diselenggarakan oleh Gramedia di kotaku. Orang-orang ramai sekali mengelilingi stan-stan tsb, berebutan mencari dan membeli buku. Aku termasuk di antara mereka haha. Dan ketika aku masuk ke toko bukunya sendiri.............tokonya sepi banget. Lebih ramai di tempat bazarnya rasa-rasanya.


3. Kurikulum sekolah
Ada banyak hal yang membuatku jengkel pada Kurikulum '13 di Indonesia. Dan yang membuatku sangat jengkel beberapa waktu lalu adalah materi di salah satu pelajaran yang diajarkan, yaitu pelajaran Bahasa Indonesia. Di awal semester dua kelas dua, aku melihat sekilas buku pelajaran Bahasa Indonesia milikku dan excited banget melihat salah satu judul bab, yaitu tentang 'Ulasan/Review'. Itu membuatku semakin semangat belajar dan tidak sabar menunggu bab ini hahaha.

Tapi ternyata.......

--"

Alasanku semangat untuk menanti bab ini adalah karena kukira kami akan mengulas buku. Maksudku, memang kulihat sekilas di halaman pertama itu isinya mengenai ulasan film, tapi kupikir kami juga akan mengulas buku, tidak hanya film. Jadi semangat deh. Tapi ekspetasi hanya ekspetasi. Kami hanya mengulas film. HANYA FILM. Semangatku merosot jauh.

Aku sama sekali tidak menyalahkan guruku. Justru guru Bahasa Indonesiaku 'meracik' bab satu ini jadi bagus sekali, meskipun masih seputaran film dan drama. Beliau membuat kita berkreativitas dan bersenang-senang  saat bermain drama ataupun membuat film, sekaligus belajar tata bahasa yang baik saat menulis ulasan. Aku hanya kesal pada kurikulum yang membatasi pengulasan hanya untuk film/drama. Aaaaakkkhhhh aku menyesal sekali dengan kenyataan ini.

Itu memang keinginan pribadi sih. Tetapi kupikir seharusnya bab ini bisa dimanfaatkan lebih jauh lagi. Apa salahnya memanfaatkan bab ini untuk memaksa siswa agar membaca? Di perpustakaan kan ada buku. Kita juga bisa pinjam buku teman kalo ga ada buku. Kenapa hanya film? Baik di buku paket maupun di lksnya sama saja. Hanya mengulas film.

Jangan ditiru.

Pasti akan keren sekali, dalam keadaan di mana siswa-siswa 'dipaksa' membaca. Ck. Sejauh ini aku mendapati kurikulum 'mengikuti' tradisi. Orang Indonesia lebih suka menonton daripada membaca. Jadi yaudah, suruh nonton film saja supaya pelajaran berjalan lancar. Inilah salahnya.Dari pelajarannya saja sudah tidak ada minat untuk mengubah kebiasaan, bagaimana negara mau maju. Padahal pendidikan sekolah adalah titik penting untuk memajukan bangsa, dan maka dari itulah harus dimanfaatkan sebaik-baiknya. Kita harus sejak dini memaksa generasi muda untuk sesuatu yang lebih baik. Jangan terkekang pada anggapan "Banyak siswa yang nakal dan malas, nanti jadinya mereka tidak membaca dan tugas tidak dikumpulkan." Aiih. sekali lagi, justru disitulah kita harus mendidik si bocah nakal. Kalau para bocah itu masih ngeyel, out aja dari sekolah HAHAHAHAHA.
Jangan juga terkekang pada anggapan, "Buku pelajaran saja tidak dibaca, apalagi buku lain." Itu salah ya? Oke? Itu anggapan yang sangat-sangat salah. Buku pelajaran itu berbeda dengan buku lain. You will never know if you never read books besides textbooks. Justru kupikir cara terbaik untuk menanamkan rasa kesukaan terhadap buku, tidaklah dari buku pelajaran, tetapi dimulai dari buku-buku menyenangkan lain yang lebih disukai 'anak-anak'. Kalau orang itu sendiri sudah mencintai bacaan, mereka tidak akan begitu 'keberatan' dengan buku pelajaran.

Ayoollaaah, buat Kurikulum 2016 dan masukkan wajib membaca ke dalamnya daripada menyuruh siswa angkat tangan dan bersikap aktif :v .

4. Lebih mencintai video
Hampir sama dengan isi di opsi ke tiga. Tampaknya masyarakat Indonesia sudah kecanduan teknologi dan tidak perduli budaya lama menyenangkan a.k.a membaca. Film itu, di bioskop di kotaku, sekali nontonnya mencapai Rp.45.000 di hari biasa, dan Rp.50.000 di hari sabtu, serta Rp.60.000 di hari Minggu.
Sekali nonton loh :)
Atau sinetron, yeay, sinetron Indonesia itu akjjhuigyutg^%^(((_)(-902839r7ew98fyhsuihf. Terakhir aku suka nonton sinetron itu pas SMP, dan itupun hanya Putri yang Ditukar hahaha. Aku juga menonton sinetron itu ga sampe habis, hanya episod awal-awal yang masih bisa dikategorikan normal, meskipun masih menyangkut kecelakaan dan amnesia.  Tapi sekarang tampaknya masih banyak penggemar sinetron.
Atau....video game. Wah, yang ini sih luar biasa banyak peminatnya. Game, akhh, teman-temanku lebih suka game DOTA daripada membaca wkwkwk.

Aku mencintaimu. Mencintaimu.

Lalu...video youtube. Ah, yang ini aku juga suka sih. Sekarang banyak sekali youtubers keren, sebut saja Agung Hapsah (favoritku aaaakhhh *_*), atau AULION yang juga aku gemari bahkan sebelum ada Indovidgram gegara dulu nyari-nyari contoh pembuatan video, atau Chandra Liaw(betulkan tulisannya?), Reza Arap, Edho, Fathia Izzati, dan masiiiih banyak lagi yang tak tersebutkan. Sekali dua kali aku kepengen juga nge-vlog.......tapi kok kayanya......

Eh, kenapa jadi ngomongin video? Yah pokoknya kesukaan pada film,drama,sinetron, maupun video game ini sudah merambat mengakar dalam masyarakat. Bayangin, aku diomel di pagi hari yang indah gara-gara baca buku ("Sheren! Pagi-pagi jangan baca buku! Nanti rusak matanya!") , kemudian aku masuk ke kamar dan mendapati adikku dipertontonkan video anak-anak di youtube.......dan tidak ada yang berkomentar.
(?)
(?)
(?)
(?)
(?)
paradoks banget.

NAH! Itulah dia sedikit penyebab kenapa minat membaca kita ini rendah sekali. Banyak sih alasan lainnya, misalnya kayak 'pembangunan' yang enggak merata, karena masih banyak kampung-kampung yang cuma punya satu sekolah, atau bahkan ga punya sekolah dan kalo mau sekolah harus ke kampung lain. Sekolah saja enggak ada kan, apalagi perpustakaan. Buku mahal gitu--" .

Aku tahu, pemerintah udah mengupayakan banyak hal untuk meningkatkan minat membaca. Aku baca koran beberapa waktu lalu dan melihat berita bahwa di kampung Beting itu didirikan taman baca. Kemarin Forum Anak yang diikuti temanku juga membagikan buku-buku bacaan gratis dan disambut antusias oleh terutama anak-anak. Tinggal kita saja nih masyarakatnya, mau atau enggak. Apa salahnya coba, datang ke perpustakaan dan meminjam buku, yang bahkan kalo kita telat ngebalikin, enggak dimintain denda(?) . Sudah enak sekali bukan, dikasih fasilitas dll. Sekarang ebook juga sudah banyak baik yang bajakan maupun ori.

Ngomong-ngomong, mungkin dari postingan ini kalian bakal menganggapku sebagai sosok yang 'sangat gila baca'. Sebenarnya tidak begitu sih. Aku sama seperti orang lain yang  hobinya adalah membaca. Dan hm.. aku juga termasuk pembaca yang pemilih, urutanku adalah; harga-penulis-kover. Aku tidak terlalu memerhatikan judul :)) biasanya aku baru teringat untuk melihat judulnya setelah setengah atau bahkan saat sudah selesai membaca, kecuali kalau aku memang sudah merencakan untuk membaca buku tersebut jauh-jauh hari.

Apalagi lagi alasan kalian? Enggak sempat baca? Yah. Yaudahlah, terserah kamu :v

That's all. TINGKATKAN MINAT MEMBACA, MAN-TEMAN!!

  • Share:

You Might Also Like

0 comments