Pengalaman berbelanja di sebuah toko

By Sheren - Sunday, January 01, 2017

Well, hari pertama 2017. Enggak seperti biasanya, malam tahun baru kemarin enggak hujan. Atau hujan pas tengah malam? Entahlah, aku sudah tidur jam 10 malam hahahaha. Nothing spesial. Sehabis main game lama favorit saya di hp (Harvest Moon, btw), saya ketiduran.

Tapi sekarang saya tidak berminat buat ngomongin tahun baru yang biasa-biasa banget ataupun game yang saya mainin. Saat ini saya mau membeberkan pengalaman saya belanja di toko tadi pagi.

Sebut saja Toko Melati, atau biar lebih singkat kita sebut Toko L :v . Saya yakin kalian, terutama yang tinggal di kota-kota besar, kenal betul dengan toko ini. Di kota saya lagi menjamur di akhir-akhir ini, setahun dua tahun terakhir sih ya? Atau lebih? Ya pokoknya belum lama juga. Saya enggak berani sebut nama deh, bahaya. Karena tentu saja, pengalamannya agak..yah..yah.

Jadi biasanya saya belanja di temennya Toko L, yaitu Toko Dahlia atau kita sebut aja Toko D :v. Toko L  emang lebih dekat dengan rumah saya sih, tapi entah kenapa saya suka saja belanja di Toko D. Cuma sekali dua kali saja ke Toko L. Contohnya pagi ini.

Pagi tadi adalah pagi yang indah. Sinar matahari hangat menelisik di antara dedaunan. Sayangnya, saya terbangun dalam keadaan setengah pusing. Mungkin kebanyakan main game plus baca buku (Iya, jadi sambil nunggu HP di cas, saya baca buku). Meskipun sudah mandi makan santai saya masih saja merasa kurang segar, akhirnya saya memutuskan untuk ke Toko L sebentar buat beli minuman enak, sekalian beli camilan.

LAMA BANGET BASI-BASINYA.

Langsung ke inti deh. Jadi pas saya masuk dan asyik mencari minuman sachet yang saya maksud, tak lama pendengaran saya benar-benar terganggu sama teriakan-teriakan staf  yang kerja di sana (inikah kita menyebutnya? Saya enggak tahu/lupa sebutan apa yang tepat untuk orang2 yang bekerja di toko seperti ini. Kita sebut saja staf) . Paling tidak ada tiga orang yang saling berteriak. Satu di kasir, satu di ujung entah di mana, satu selorong sama saya.

Enggak terlalu jelas apa yang mereka perdebatkan. Sesuatu semacam saling ejek ala pemuda-pemudi awal 20 tahunan, atau akhir 19-an tahun. Enggak banget. Tiga-tiganya saling manas-manasin.

Sinting.

Well, saya sama sekali tidak perduli kalau mereka punya masalah di belakang. Tapi enggak perlu juga kan saling teriak di antara pelanggan? (Ramai loh) . Seumur-umur saya belanja di toko yang notabene punya pendingin ruangan, ini pertama kalinya saya melihat sesuatu yang seperti ini.  Mungkin orang lain biasa saja. Namun bagi saya yang mencintai kesunyian, kesenyapan, dan kedamaian, kejadian ini nih mengganggu banget. Kalo teriak buat hal baik-baik—misalnya minta ambilkan barang, oke-oke aja. Tapi serius deh, kali ini nih enggak jelas banget. 99% berdasarkan dendam kesumat.



Cepat-cepat saya mengambil barang yang saya maksud lalu ke kasir. Sambil mengantri, tiga staf ini masih belum juga berhenti teriak-teriak, salah satu yang saya ingat si cewek bilang “Emang lo raja apa?” (Ini diucapkan dengan logat...ehm. Lebay. Ga ada kata yang lebih sopan untuk melukiskannya.)  Yaampun Ya Tuhan. Entah saya harus ngakak atau beli lakban sekalian buat membungkam mereka bertiga.

Apakah setelah itu selesai? Iya sih, ‘agak reda’. Tapi ada masalah baru. Saya masih ngantri nih, yang entah kenapa lama banget. Lalu tiba-tiba satu di antara dua cewek kasir ngomong : “Tuh kan, si Ibu itu datang lagi, pasti mau ngurus (hal remeh sih, bukan apa2, jadi ga usah saya sebut aja)...”

Dia ngomongnya di depan antrian yang ramai, gaes.

Saya pun menoleh dan melihat seorang Ibu-ibu datang pakai mobil. Lalu tiba-tiba saya teringat dengan cerita abang saya : Waktu dia ke Toko L yang sedang saya datangi ini, dia enggak sengaja dengar salah seorang staf ngomong “Pasti abang ini lagi yang datang....” pas dia mau masuk ke dalam toko.

Kalau dilihat dari sisi positifnya, sebenernya bagus. Itu artinya para staf punya ingatan bagus tentang siapa-siapa saja pelanggan mereka. Tapi coba deh kalian dengar cara dia ngomong, seakan-akan; “Yaampun! Orang ini lagi?! Males banget gue.”

Si Ibu emang punya urusan penting sama si kasir.

Oke, coba bayangin, kalo suatu hari saya ke Toko L lalu dikatain sama si kasir, “Eh liat tuh, si cewek judes datang lagi. Palingannya beli barang itu lagi. Lama lagi milihnya,” di depan semua orang yang ngantri.

Ewh.

Masih mengantri, saya enggak sengaja melihat si kasir yang satunya lagi menghempaskan gula yang dibeli pelanggan ke meja. Pelan sih. Tapi, wow. Enggak senormal kasir yang biasanya saya temui. Namanya tetap ‘menghempaskan’. Bukan ‘pluk’ tapi ‘PAK!’.

Cepat-cepat saya menutupi wajah saya dengan dompet dan kemudian menggigit bibir saya. Saya bener-bener ga bisa nahan ketawa!



***

Oke. Maaf buat Toko L karena saya benar-benar menjelek-jelekkan dikau. Buat kalian yang membaca, sekali lagi, mungkin saya terkesan lebay. Tapi saya paham kenapa saya bisa sangat mempermasalahkan ini. Sebabnya adalah karena saya nyaris enggak pernah mengalami kejadian lucu itu. Saya terbiasa belanja di Toko D, terbiasa dengan pelayanan yang ramah, nyaman, dan yang paling penting, enggak berisik. Di pasar sih oke, warung kecil juga oke. Tapi di toko seperti ini?

Sebenernya, enggak semua toko2 L (ekhem iya ada cabang kok ekhem) punya staf-staf *tiiiiiiiiiit*tiiiiiiit*tiiiiiiiiiiiiiiiiiiit* kayak gitu. Saya pernah ke salah satu tokonya dan pelayanannya bagus sekali.


Tapi tetap saja, sekarang saya jadi malas mau ke Toko L itu lagi, Toko L yang dekat rumah saya. Mungkin lain kali saya bakal berbelanja ke temannya saja besok-besok wkwkwkwk.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments