Film Review : Rudy Habibie (Habibie & Ainun 2)

By Sheren - Tuesday, April 25, 2017

source : google


Judul Film : Rudy Habibie (Habibie & Ainun 2)
Sutradara : Hanung Bramantyo
Rilis : 30 Juni 2016
Pemain : Reza Rahardian, Chelsea Islan, Ernest Prakarsa, Indah Permatasari, Boris Bokir, Panji Pragiwaksono, Cornelio Sunny, dll.

Ditayangkan tahun lalu, kali ini film Rudy Habibie (Habibie & Ainun 2) menceritakan masa lalu Rudy Habibie sebelum menjalani kisah romantis bersama Ainun. Rudy (Panggilan masa kecilnya) sejak kecil sudah amat tertarik dengan pesawat. Ia memiliki kecerdasan yang luar biasa dan rasa percaya diri yang tinggi. Oleh karena itu, akhirnya Rudy memutuskan untuk melanjutkan kuliah di Kota Aachen, Jerman, demi keinginannya untuk membangun Industri Dirgantara di Indonesia.
Selama kuliah di Jerman, Rudy tinggal bersama sepasang suami Istri Belanda-Jerman. Dia juga berteman dengan kakak-kakak tingkatnya (karena ketika memutuskan ke Jerman, Rudy ‘loncat kelas’ 3 tahun. Sehingga bisa dibilang dia yang termuda). Beberapa teman dekatnya di antaranya Liem Keng Kie, Ayu, juga Poltak. Merekalah yang sering menemani Rudy baik dalam senang maupun susah.  Tak hanya itu, Rudy juga harus berhadapan dengan kakak tingkatnya yang sering menjatuhkannya. Mereka adalah mantan Tentara Pelajar, yang memiliki visi yang berbeda dengan Rudy untuk membangun Indonesia. Oleh mereka, Rudy sering dibuat kesulitan untuk mewujudkan keinginannya.

Di sisi lain, Rudy juga memiliki kisah cinta yang cukup rumit. Ayu, yang merupakan adik putri keraton Solo, jatuh cinta dengannya dengan rela melakukan banyak hal untuk Rudy. Tetapi Rudy sama sekali tidak menyadari itu. Rudy justru menjadi dekat dengan Illona, seorang gadis keturunan Polandia yang mencintai dan bisa berbahasa Indonesia. Mereka akhirnya menjalin hubungan serius di mana Illona banyak berperan penting membantu Rudy dalam kegiatan organisasinya di Jerman bersama mahasiswa Indonesia lainnya. Hal itu membuat Ayu bersedih dan sakit hati sehingga sempat mengkhianati ‘pertemanan’ di antara mereka.
Namun sebagaimana yang sudah pasti diketahui, hubungan Rudy dan Illona tidak bisa dipertahankan. Mereka memutuskan untuk berpisah; meskipun masih saling mencintai.


***

“Jadilah mata air, jika kamu baik, maka sekelilingmu akan baik, tapi jika kamu kotor, sekelilingmu pun akan ikut kotor“.

Yeaaay yeaayy yeayy. Akhirnya setelah setahun, aku bisa menonton film ini. Telat review? Bodo amat deh.

Film ini bagus sekali. Harus aku katakan, film ini 3-4 kali lipat lebih bagus daripada film yang pertama. Tetapi di sisi lain, film ini juga 3-4 kali lebih menyebalkan.

Kenapa? Yuk kita bahas.

Dari kelebihannya ; Pengambilan gambarnya sempurna. Oke jujur saya enggak tahu apa-apa sih sama masalah pengambilan gambar. Intinya langsung suka aja pas ngeliatnya. Kayaknya pas gitu. Setting tempatnya bagus sekali. Pengen ke Jerman jadinya._.

Lalu aktingnya. Woaaaaaah. Itukah, akting terbaik yang pernah kulihat seumur hidupku? Semua pemainnya benar-benar sempurna memerankan peran masing-masing. Aktingnya mateng. Halus. Menjiwai. Enggak ada tandingannya. Reza Rahardian—seperti biasa—patut diacungi seribu jempol. Well, kita semua sudah enggak heran sama kehebatan Reza dalam berakting, apalagi peran Habibie sudah pernah dia perankan sebelumnya.

Tapi akting dari aktor-aktor lainnya benar-benar mencengangkan—bahkan figuran sekalipun. Si Illona sang gadis Polandia, sahabat-sahabat Rudy, musuh-musuh Rudy. Keren semua.

Alurnya juga disusun dengan apik. Dengan mengambil alur maju mundur, Hanung Bramantyo berhasil membawa cerita yang cukup lengkap dan enggak membosankan, juga enggak membuat pusing. Ya, kadang-kadang kilas balik masa kecil Rudy akan ditayangkan, kedekatannya dengan Papinya, harapannya, hobinya, atau kebersamannya dengan saudaranya.

Intinya, film ini benar-benar memiliki banyak hal. Di suatu saat, aku akan tertawa terbahak-bahak, benar-benar sulit untuk berhenti, bahkan sekarang saat mengingatnya, aku ingin tertawa lagi. Tapi di saat yang lain, aku akan menangis; berkali-kali, berkali-kali, seakan aku juga merasakan kesedihan yang dialami oleh Rudy. Lalu aku juga akan merasa terharu, oleh kesetiaan sahabat-sahabat Rudy, atau juga ikut jatuh cinta, patah hati, semangat belajar, dan merasakan nasionalisme secara tiba-tiba.

source : dokumen pribadi


Jadi, apa yang menyebalkan? Well, yang menyebalkan adalah si tokoh utama sendiri; Rudy Habibie. Reza Rahardian benar-benar sukses memerankan sikap menyebalkan Rudy. Jadi mengacu pada film, menurut saya Rudy ini menyebalkan sekali. It’s okay dia memang orang yang penuh ambisi dan Indonesia membutuhkan lebih banyak orang seperti Pak Habibie. Tetapi menurutku, di film ini, Rudy benar-benar orang yang keras kepala dan egois. Dengan kepercayaan bahwa dia pintar, dia berani melawan apapun untuk mewujudkan keinginannya dalam membangun masa depan Indonesia. Dia seakan-akan hanya berorientasi pada kepintarannya, dia enggak berniat untuk mendengarkan saran atau memikirkan kesusahan yang akan dialami oleh teman-temannya akibat dari tindakannya. Dengan penuh percaya diri, dia bersikeras terhadap idenya, pendapatnya, dan mengatakan bahwa dialah yang akan bertanggung jawab. Padahal jelas-jelas enggak semua orang bisa setuju dengan keinginannya; bahkan sahabat-sahabatnya sekalipun agak keberatan. Tetapi kesetiaan mereka benar-benar membuat siapapun akan iri dengan Rudy. Astaga, aku salut sekali dengan sahabat-sahabatnya, terutama Liem.

Nah, namun, walaupun tampak menyebalkan, tetap ada bagian dari Reza, atau sebenarnya Pak Habibie, yang membuat aku mengaguminya; beliau tidak pernah melupakan Tuhan dan agamanya. Selalu melaksanakan sholat lima waktu, bahkan jika dia harus melaksanaknnya di bawah tangga. Jarang sekali bukan, menemukan orang yang sudahlah cerdas, tampan, berani, berbakti ke orangtua, beriman lagi? Ckckck.

Well, lalu adakah kritikan atau saran lain untuk film ini?

Hmmmm.....hmmm...hmmm...saranku, bolehkah dibuatkan film yang ketiga dengan pemain yang sama? Hehehehehe. Gueee suka bangeetttt astaga.


Kesimpulannya, film ini benar-benar bagus hingga aku akan sanggup untuk menontonnya berkali-kali. Penuh drama, tawa, dan air mata. Film ini tidak semata sebagai hiburan, tetapi juga sangat menginspirasi. Dan soundtractnya juga bagus  (Mencari Cinta Sejati – Cakra Khan). Masalahnya adalah—chemistry antara Reza dan Chelsea a.k.a Rudy dan Illona terlalu kuat, lebih kuat daripada Reza dan BCL. Akting mereka berdua jauh lebih...melengkapi? Sehingga setelah menonton ini, keberadaan Ilona menjadi lebih dominan daripada Bu Ainun sendiri—sampai aku bertanya-tanya, apakah Pak Habibie benar-benar merelakan Ilona ketika bertemu Ainun? *Pertanyaan kurang ajar ini* *Maafkan saya Pak :v*.

Pemain favoritku bukanlah Reza. Reza emang keren aktingnya, tetapi dia sungguh menyebalkan. Jadi pemain favoritku adalah teman-temannya Rudy di film itu. Dan lagi-lagi, terutama Liem yang diperankan secara sempurna oleh Ernest Prakasa. Aku sungguh-sungguh menyukainya sejak dia pertama kali muncul. Sikapnya baik, luar biasa pengertian dan sabar. Bahkan saat sahabatnya yang lain mulai emosi, cuma Liem yang masih bisa mempertahankan kelembutannya. Sejauh ingatanku, dia benar-benar enggak pernah kebawa amarah sama Rudy. Pokoknya, yaampun. Mukanya juga imut dengan mata sipitnya. Bolehkah aku memiliki pacar seperti Liem? <3 . Oya, temannya yang lain yang unik adalah si Potak, jujur apa adanya, pas dari awal aku juga udah menaruh simpati dengan kejujuran dan ‘kepolosan’nya. Dia kocak banget.



Cerita ini berakhir sedih #spoilerrrr #spoilerrr. Aku menangis lagi di endingnya. Buat kalian yang belum nonton, maka segeralah menonton. Pokoknya harus harus menonton!! Apalagi buat yang sedang mengalami krisis identitas—siapa aku? Di mana aku? Sebenernya makhluk macam apa aku ini? Kenapa gue ga hidup di tempat lain aja? Bagaimana dengan agamaku?—film ini dijamin dapat meningkatkan rasa nasionalisme kita sebagai warga negara Indonesiaa!!!

  • Share:

You Might Also Like

0 comments