Tentang tiga hal.

By Sheren - Saturday, September 01, 2018



Sudah lama sekali aku tidak benar-benar mengetik sesuatu untuk blog. Bahkan dua postingan terakhir isinya hanya arsip lama yang kemudian kupublish. Kupikir sekarang waktu yang tepat untuk menulis. Meninggalkan sejenak beban kuliah dan berpikir bersama hujan.

Alhamdulillah aku sudah satu tahun berkuliah. Sekarang menginjak semester III. Dan selama berkuliah, aku mendapat banyak sekali. Belajar banyak sekali. Tidak hanya ilmu, namun juga pemahaman-pemahaman lain, cerita-cerita lain, dan pengalaman lain.

Di postingan kali ini, aku ingin mengungkap tiga hal, yang mungkin paling besar, yang terjadi selama setahun aku kuliah.

Pertama, tentang pertemanan. Definisiku tentang pertemanan berubah jauh seiring aku kuliah. Now I know well that friendship is not about quantity. It’s about quality. Sebenarnya, dalam segala jenis hubungan, kualitas memang menjadi faktor yang paling menentukan. Bahkan jika kita sudah lama tahu satu sama lain, sudah mengenal sejak awal SMA, sejak bertahun-tahun lalu, tidak berarti kita bisa cocok satu sama lain. Semua orang memiliki watak yang berbeda-beda, sekarang hanya tentang bagaimana kita menoleransinya, beradaptasi dengannya. Lucu tapi fakta, aku akhirnya menyaksikan drama dalam pertemanan. Perbedaan prinsip, yang awalnya kukira akan mewarnai pertemanan, justru menjadi panah penghancur. Ada ego yang tidak bisa dikendalikan. Ego kami semua bertolak belakang sekali, dan tidak ada toleransi yang menjadi jembatan.

Singkat cerita, akhirnya karena perbedaan pola pikir, kesibukan masing-masing, baik sibuk di UKM A atau B, dan ditambah segala macam masalah lainnya, kami berdelapan yang awalnya bersama ke mana-mana baik di kampus maupun di luar jadi mulai berjalan sendiri-diri. Kami masih sekelas, masih duduk berdekatan. Namun kami jadi jarang sekali menghabiskan waktu bersama di luar. Semuanya berbeda.

Tapi syukurlah, kehilangan itu diganti dengan yang lebih baik.

Aku jadi ingat salah satu kutipan dari sebuah buku,

“…Hanya kesetiaan pada prinsiplah yang akan memanggil kesetiaan terbaik…”

Ini teman-teman kelas saya di kampus. Enggak full team sih.



Kedua, tentang menjadi pribadi lebih baik. Kuliah tidak semudah SMA, tentu saja. Bukan hanya pelajarannya, tetapi juga kehidupan sosialnya. Tapi tidak ada gunanya terpuruk berkepanjangan dan menjadikan semua ini beban. Aku merasa….sama seperti mengapa aku tidak keterima di Sekolah Kedinasan, mengapa aku menetap di Pontianak, mengapa aku begini, begitu, semua ada sebabnya. Ada sebab-akibat. Semua sudah jalannya. Ada alasan mengapa aku harus masuk kepanitiaan, ada alasan mengapa aku harus di sana, dengan cara yang tidak terduga. Ada alasan mengapa pada akhirnya kami berdelapan harus berjalan sendiri-sendiri. Semua hal pasti akan ada penjelasannya. Maka dari itulah aku belajar untuk ikhlas dan sabar. Bukankah kita semua tahu, Tuhan adalah pembuat skenario terbaik.

Dengan melihat segala sesuatu dari sudut pandang positif. Hasilnya, aku bahagia. Bahkan lebih dari itu. Rasanya Tuhan kadangkala memberiku ‘hadiah-hadiah’ kecil yang tak disangka. Lebih dari apa yang kuharapkan.

Banyaaak sekali kemudahan yang kudapat. Kesenangan, kebahagiaan, dan berkali-kali rasa syukur karena ‘aku berada di sini’. Setelah memikirkan segala sesuatu dari segi positif, setelah belajar ikhlas, aku jadi menemukan banyak alasan untukku mengapa berada di jalan ini.

Tentu saja, aku tidak hanya belajar tentang ikhlas dan sabar. Banyak sisi lain diriku yang dalam masa perbaikan. Menjadi lebih terbuka, mengurangi ego, belajar menoleransi, menjaga ucapan. Semuanya tidak mudah. Tapi selama di kuliah inilah, dengan segala tantangannya, aku perlahan belajar. Dan yah…ga cuma memperbaiki sikap sih haha, aku juga memperbaiki penampilan sedikit. Percayalah, aku yang SMA sama sekali tidak peduli penampilan. Paduan kaos biasa dan jaket sudah cukup keren bagiku. Pontianak panas, susah pakai yang ribet. Masalah wajah juga biasa aja—soalnya kan SMA gak boleh berlebihan haha. Dulu pergi ke mana-mana aku malas pakai masker, padahal matahari menyengat. Mungkin karena saudara-saudaraku cowok semua, jadi aku ketularan sama sikap mereka. Fyi, 90% jaket yang sering kupakai adalah hasil jajahanku terhadap saudara-saudaraku.

Now I’m trying to be better. Tapi kaos dan jaket tetap yang terbaik sih hahaha.

Aku jadi inget kutipan lain lagi 😊

"Be your best self, then I will be your best partner." – Ixora

Tunjukkan yang terbaik dari diri kita. Maka alam pun akan memberikan yang terbaik. Yha, di Semester II, aku memperbaiki diriku dari beberapa sisi. Sikapku, penampilan fisikku, dan banyak lagi. Secara perlahan. Semua butuh waktu.

Ini kami, kepanitiaan di kampus. Enggak semuanya, hanya saja foto yang lebih lengkap
agak gelap :') .



Dan yang ketiga, adalah tentang orang yang membuatku jatuh cinta. Hehe. Aku tidak tahu apakah aku akan menulis sedikit atau banyak tentang ini. Dan mungkin agak alay, maafkan.

For a long time, I had no expectations about my love life. Selama ini aku…menikmati kebebasanku? Aku senang menjadi gadis independen yang sibuk dengan dunianya sendiri. Aku suka ke mana-mana sendiri, berorganisasi, berkuliah, atau sekedar membangun dunia khayalku untuk bermain-main di dalamnya. Bertahun-tahun mengabaikan rasa yang satu itu. Tidak pernah lagi benar-benar serius dengan rasa itu.

Sampai kemudian aku bertemu dengan laki-laki ini.  

Perasaan itu tumbuh perlahan seiring kami mengenal, tapi tetap buat aku kelabakan. Dan akhirnya aku menambah kesibukan baru dalam hidupku—sibuk dengan perasaan. Wkwkwk. Kalian yang pernah mengunjungi blogku mungkin menyadari ada beberapa postingan di blog ini tentangnya.

Aku tidak tahu bagaimana cara mendefinisikan perasaan tersebut. Silahkan cari di internet dan mungkin semuanya benar.

Satu hal yang terpenting bagiku, dengan banyaknya orang yang kutemui, banyak tempat yang kulewati, banyak peristiwa dan kesempatan yang terjadi, aku sangat bersyukur bisa bertemu seseorang ini.

Tentangnya? Kami bertemu dalam kepanitiaan yang sama, bidang yang sama. Pernah sekelas di kampus—yang baru kusadari setelah kami di kepanitiaan (sudah kubilang aku hidup dalam dunia sendiri, jadi sering tidak menyadari sekitar). Pernah aku berpikir, dia mungkin seperti Keenan-nya Kugy (jika kalian baca novel Perahu Kertas, kalian pasti paham). Tapi semakin ke sini, aku menyadari hubungan kami bukan sesuatu yang bisa disamakan. This is something new, something different, something special. Kami adalah kami. Keenan dan Kugy adalah mereka. Haha gue ngomong apaan ya. Yah yang jelas, sebuah hubungan tidak akan bisa dibanding-banding, semua punya keunikan sendiri.

Orangnya seperti apa? Ada banyak sih definisi yang bisa diberikan, a gentle one, lovely, friendly, a man with a cute smile (Iya yang baik-baik aja disebut wkwk). But the best part is, dia tidak menarikku dari ‘dunia’ku yang aneh ini, melainkan masuk ke dalamnya dan menemaniku. Dan tetap bersamaku saat aku harus keluar dari ‘dunia’ itu untuk menghadapi kenyataan. Ya, selalu menemaniku.

Oke, pujian di atas kayaknya terlalu puitis, bisa-bisa kalian yang baca merinding. Intinya sih, dia orang yang tahu dan bisa meladeni kegilaanku—yang enggak keliatan di depan umum. Dia adalah tempat aku menjadi diri sendiri dan enggak perlu tampil sempurna. He is home, where I always feel comfortable and safe, a place that gives me love and warmth. Rumah. Tempat kita selalu kembali.

Kok jadi puitis lagi ya. Wkwk. Padahal kayaknya kami enggak sepuitis itu hidupnya. Sekedar informasi saja, aku sudah menjadi korban dari banyak kejahilannya.

Nah, cerita tentang perasaanku dan tentang dia saja udah panjang banget ya. Padahal belum disebut juga namanya, apalagi segala prosesnya.

Biarlah sisanya di tulis dalam postingan lain suatu saat nanti, atau mungkin hanya menjadi rahasia. Sekarang cukup sampai di sini saja.

Haruskah aku masukkan quote juga untuk kisah yang ini? Sepertinya tidak usah ya haha.

Tidak ada foto juga untuk yang ini :v

***

Itulah tiga hal yang mungkin paling besar kurasakan dampaknya dalam diriku. Aku belajar banyak dari semua itu, memahami banyak, dan bersyukur mengalaminya—meskipun ada bagian yang pahit. Tentu saja sebenarnya ada banyak yang terjadi, lebih dari tiga hal itu. Banyak kejadian-kejadian yang akan terlalu panjang untuk dijabarkan dalam satu postingan.

Sekali lagi, cukup sampai di sini saja.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments