Hari itu, 84 km

By Sheren - Sunday, May 05, 2019




            “Nanti kita jalan ke tempat spesial,” kurang lebih itulah yang dikatakannya tempo hari.

Sebelumnya perkenalkan, aku adalah anak perempuan satu-satunya di keluargaku dan hampir seumur hidupnya hingga hari ini, menghabiskan waktunya di kota sendiri, Pontianak. Boro-boro ke luar pulau, jalan-jalan di pulau sendiri saja masih terhalang banyak keterbatasan.

Nah, ucapannya tentang ‘tempat spesial’ mendadak mengingatkanku pada salah satu momen di novel Perahu Kertas—entah mengapa orang ini sering sekali mengingatkanku pada novel tersebut. A moment, waktu Keenan ngajakin Kugy pergi seharian jauh dari kota, cuma berdua, menuju sebuah pantai. Bagian itu adalah salah satu bagian favoritku di novel. Kabur dari masalah. Hehe.


"..Saya ingin minta satu hari saja. Saya ingin mengajak kamu ke satu tempat. Kapan kamu bisa, kasih tahu saya..." - Keenan, Perahu Kertas.

Tapi tentu saja kisah kami beda.

Misalnya, pertama, dia menyerahkan tugas mencari tempat spesial itu kepadaku.

Emang gitu orangnya. Kalimat ampuh cewek yaitu “terserah” tidak akan membantu sama sekali.

Akhirnya, aku benar-benar memikirkan prospek ‘tempat spesial’. Sebelum bulan puasa ini, tempat mana yang harus kita datangi yang akan jadi momen spesial untuk dikenang? Di Pontianak hanya ada sedikit sekali tempat untuk bersantai dan bersenang-senang, dan kayaknya udah kami datangi semua.

Ide gilaku muncul. Mumpung kekuasaan memilih tempat berada di tanganku, jadi aku iseng menyebut, “Kalo ke Taman Mangrove aja gimana?”

Lebih gila lagi, dia ternyata setuju.

Aku yang panik. Alasannya jelas, aku enggak pernah ke Taman Mangrove naik motor secara jaraknya sekitar 84 km dari rumah atau dua jam perjalanan. Sebelumnya kalo aku udah keluar kota, syarat dari orangtua adalah naik mobil dan sama teman-teman.

Tapi bukan sheren namanya kalo enggak diizinin orangtua hahaha. Yup, tentu saja aku diizinkan.

Sesuai dengan tanggal yang dijanjikan, hari Rabu siang, kami akhirnya pergi. Sebelum pergi aku sudah menyiapkan beberapa perlengkapan yang dimasukkan ke dalam ransel kecil.  Pada pukul sebelas kurang, dia menjemputku di rumah. Setelah menutup diri dengan masker, jaket, sepatu, dan sarung tangan, kami pergi dengan tujuan Jungkat Resort-Mangrove-Terminal-Rumah.

Best day ever.

Pengendara yang bertanggung jawab.


Kalian mungkin sering berkendara naik motor untuk ke luar kota dengan waktu tempuh berjam-jam dalam sekali jalan. Tapi ini pengalaman pertama bagiku.

Dari rumah, aku sudah mematikan data selular di hpku (kecuali saat-saat penting). Hari itu aku sepenuhnya ingin menikmati perjalanan. Tanpa chat masuk, tanpa Instagram, tanpa apapun yang membuat fokus kami teralihkan. This is our gold time. Mari lakukan dengan benar.

Perjalanan yang kami tempuh hampir satu jam menuju Jungkat Resort. Selama perjalanan, terkadang kami sibuk mengobrol dan bercanda, terkadang juga hanya diam. Hari yang cerah dan panas tidak menyurutkan rasa semangatku memperhatikan sekitar.

Kami sampai sekitar sebelum adzan Dzuhur. Ini pertama kalinya aku ke Jungkat Resort dan ternyata tempatnya cantik sekali. Ada pondok-pondok dari kayu yang menghadap kolam luas, dan juga pohon-pohon besar yang bisa menjadi tempat berteduh di pinggir kolam. Hari itu cukup ramai. Sebagian besar bersantai di kursi sambil menikmati air kelapa muda dan jagung bakar. Beberapanya lagi bermain bebek engkol mengelilingi kolam. Sisanya sibuk berfoto ria.

Di Jungkat, suasananya okeee banget :') Kalian mesti ngunjungin
tempat ini!


Kami sholat sebentar kemudian memutuskan untuk bermain bebek engkol, berkeliling kolam. Sebenarnya dari keseluruhan waktu yang kami habiskan di bebek engkol tersebut, sebagian besar dialah yang mengayuhnya haha, memang seenaknya ya saya wkwk. Kami sesekali mengambil foto, sesekali saling jahil. Setelahnya kami menikmati air kelapa muda, ditemani embusan angin dan gemerisik dedaunan, memperhatikan laut yang membentang dengan tenang. Hampir tidak ada ombak hari itu. Btw, aku sepertinya akan lebih suka jika air kelapanya ditambah es batu.

Salah satu momen yang kusuka. Jauh dari keramaian, bersenang-senang sambil
mengengkol perahu(?) kecil ini.


Dua jam berlalu, kami akhirnya melangkah keluar resort. Perjalanan selanjutnya sudah menunggu kami, menuju tempat yang kemudian membuat aku terperangah kagum.

Untuk perjalanan selanjutnya ini kami tidak terlalu banyak mengobrol. Aku asyik sendiri menatap sekitar. Kadang kami melewati perumahan dan pasar yang ramai. Kadang juga kami melewati ‘hutan’ di kanan kiri jalanan, atau bukit yang menjulang, atau sekedar tanah luas yang berbatasan langsung dengan langit biru.

Adzan Ashar berkumandang, kami singgah sebentar di sebuah masjid besar di Kota Mempawah. Bukan hanya kami satu-satunya yang dari luar kota. Sepertinya memang banyak ‘pendatang’ yang singgah ke Masjid itu untuk sholat. Kami disambut seorang anak laki-laki yang ramah sekali, membantu kami yang bingung di Masjid ini.

Masih dalam pembangunan

Lumayan segar setelah berwudhu dan beristirahat sebentar, kami pun melanjutkan perjalanan. Tidak memakan waktu lama, sekitar 10 menit kemudian kami sampai ke Taman Mangrove.

Aku sudah beberapa kali ke Taman ini, baik bersama teman-teman ataupun saat kegiatan. Tetapi masih saja aku mengagumi tempat ini. Jembatan kayu sewarna pelangi memandu kami berkeliling daerah ini. Suasana sangat rindang dengan pohon bakau menaungi sepanjang jembatan. Lagi-lagi lautan tetap tenang, meskipun deburan ombak sesekali terdengar. Matahari di atas masih menyilaukan mata.

Kami berkeliling, melewati jembatan kecil, melewati bongkahan-bongkahan batu besar (ini bagian paling menyulitkan dan aku lamban sekali berjalan di sini—karena takut tersandung dan jatuh, hahaha). Selain berjalan memutari ‘kompleks’ tanaman bakau ini, kami juga menaiki Menara kayu yang ada di sana. Menara itu sepertinya baru, karena saat terakhir aku ke sana, tidak ada menara itu. Cukup lama menunggu giliran, tetapi langsung terbayar saat kami berada di atas.

Aku belum pernah menyaksikan pemandangan sehebat ini! Luar biasa banget!!

Sekali lagi, aku hanyalah anak biasa yang selama 20 tahun hidupnya memendam diri bersama kebisingan kota. Menyaksikan pemandangan luas dari Menara tinggi adalah hal yang hampir tidak pernah aku alami—kalaupun pernah paling-paling pemandangannya hanya bangunan-bangunan.

Pengen ke sana lagi, kuy :')


Tapi kali ini jauh berbeda. Aku bisa melihat hutan yang langsung berbatasan dengan laut biru, dikelilingi oleh angkasa luas yang membentang. Sebenarnya, rasanya saat itu juga aku ingin memeluk sosok di sebelahku dan bilang, “Wow! Thankyou, you bring me to amazing place!” tapi tentu saja tidak mungkin kulakukan haha.

Perjalanan ini membuatku jatuh cinta.

Puas menyaksikan pemandangan dari atas, kami berjalan-jalan lagi menyusuri bongkahan batu hingga kelelahan sendiri.

Saatnya pulang!

Eh tapi sebelum pulang, kami singgah makan di tempat makan yang cukup terkenal, yakni Terminal. Sebenarnya—lagi-lagi, aku tidak pernah datang ke tempat ini. Dia yang kembali ‘memperkenalkanku’ dengan tempat ini. Sempat kaget karena kami bertemu teman-teman dari Oikosnomos—ketahuan deh sedang jalan berdua, hahaha. Tapi menyenangkan juga, bisa bertemu orang yang kami kenal.

Akhirnya benar-benar pulang. Langit sudah gelap. Dan badanku rasanya remuk. Lagi-lagi di perjalanan pulang kami lebih banyak diam, kelelahan. Hanya sesekali mengobrol, memastikan kantuk tidak mendatangi kami.

Saat itulah, di antara keheningan, aku mendongak dan menyaksikan ribuan formasi bintang bertaburan di atas kami, membuatku terkesima. Belum pernah aku menyaksikan hal seperti ini—karena di kota hanya sedikit bintang yang tampak.  Jika saja tidak dikejar waktu, aku ingin lebih lama, dan lebih lama lagi menatapi lukisan langit itu.

Kenapa hari itu hebat sekali ya? Di awali dari keisengan menyebut nama tempat yang jauh, berujung dengan realiasi yang lebih indah dari bayanganku.

Dan seseorang yang menjadi pelakunya tepat di depanku, sedang mengendarai motor. Atau julukanku untuknya hari itu, “Event Organizer”. Meski kami mendiskusikan tempatnya bersama-sama, dialah yang mengatur segalanya dari jam kepergian kami hingga hal-hal yang kami lakukan. Untung tidak minta gaji ya, wkwk.



Hari itu, meskipun lelah, adalah salah satu momen paling hebat sejauh ini. Hanya satu hari tapi banyak sekali perjalanan yang dilakukan. Banyak merasakan hal-hal baru.

Beberapa orang tidak perduli dengan siapa mereka pergi, asal mencapai tempat yang dituju. Beberapa lagi tidak mempermasalahkan tempat ia berada, melainkan bersama siapa ia berada. Aku kali ini lebih beruntung, berada di tempat yang aku inginkan, dengan seseorang yang aku ingin berada di sampingnya. :) 

Aku harus mengucapkan terimakasih kepada ‘EO’ yang bertanggung jawab untuk jalan-jalan hari itu. Atau mungkin bisa disebut sebagai Trip Organizer haha. Lagi-lagi kamu mengenalkanku pada dunia yang sebelumnya hanya ada dalam kepalaku. Dunia-dunia yang hanya kuketahui lewat buku dan harus cukup puas dengan membayangkannya. Dunia yang penuh mimpi (baca : halu) yang enggak tahu gimana akan tercapai kalau aku enggak ketemu kamu. Once again you help me to design a life I love.

Memang hanya dua jam perjalanan jaraknya—tapi aku udah s-e-p-o-k banget HAHAHA.


  • Share:

You Might Also Like

0 comments