Film Review: ETERNALS, Ga Sejelek Kritikannya

By Sheren - Friday, November 12, 2021

Judul Film: Eternals

Sutradara: Chloe Zhao

Sinopsis:

Jauh sebelum adanya Captain America, Iron Man, dan anggota Avengers lainnya, terdapat sekelompok makhluk luar angkasa super--Eternals, yang telah melindungi bumi sejak awal peradaban tercipta. Tujuan Eternals adalah untuk melindungi manusia dari Deviants, alien predator yang senang memakan manusia dan menciptakan kehancuran.

Eternals, yang berasal dari Planet Olympia, memiliki hidup yang abadi dan kekuatan yang bahkan melebihi para Avengers ataupun villains. Ketika Deviants akhirnya musnah, para Eternals terlibat sedikit cekcok di antara mereka dan akhirnya memutuskan untuk hidup terpisah dan menjalani kehidupan normal di bumi seperti manusia lainnya. 

Tak disangka, setelah ribuan tahun berlalu dan manusia mencapai kehidupan yang sangat modern, Deviants pun kembali. Adapun kembalinya Deviants ini disebabkan oleh kejadian The Blip--kembalinya seluruh manusia yang menghilang akibat jentikan jari Thanos. Kekuatan besar yang mendorong kembalinya manusia dalam sekejap tersebut telah mengakibatkan kemunculan kembali Deviants.

Karena kembalinya para Deviants ini, Eternals pun memutuskan untuk kembali bersatu dan menghabisi Deivants kembali. Pada saat inilah, salah satu anggota Eternals, yakni Sersi, mengetahui tujuan sebenarnya keberadaan Eternals dari Celestials, yang kemudian mengubah persepsi mereka semua.


***

Review:

Jadi, sebelum menuliskan review, aku ingin memberitahu kalian bahwa kemungkinan besar TERDAPAT SPOILER dalam ulasan ini. Jadi buat yang belum nonton dan ga kepengen ada spoilers, mending web ini di save dulu lalu ntar baca setelah nonton hehehe.

Aku juga mau bilang, aku di sini hanya penonton biasa yang kebetulan tahu MCU. Isi ulasan di bawah ini mungkin kebanyakan curhat. 

Seperti yang kita semua tahu, film Eternals ini menerima tsunami kritik bahkan sebelum penayangannya. Tak lain tak bukan karena scene Gay yang disebut-sebut akan muncul. Aku juga kayak "OH MY GOD! WHY MARVEL WHY?!" 

Namun meskipun begitu, aku tetap memutuskan menonton karena--yah udah terlanjur say. Aku udah nonton hampir semua film Marvel (mungkin serialnya aja yang kagak), jadi kalo melewatkan ini..ga asik banget dah. 

Phase 4 ini emang bikin deg-degkan. Tantangan bagi MCU setelah 'kehilangan' banyak karakter inti macem Iron Man, Captain, Black Widow, dan bahkan mungkin Peter Parker a.k.a Spider-man. Ga main-main, begitu membuka Phase 4, kita langsung dikenalin sama 10 pahlawan super dalam Eternals. Lah dulu jaman sekolah, temen sebangku aja aku bisa lupa namanya, ini gimana coba auto 10 karakter baru?

Oh ya, yang unik kali ini dan ngebuat aku cukup excited juga adalah, seluruh karakter hero di Eternals berasal dari mitologi di dunia--kebanyakan Yunani. Sebelumnya Marvel kan hanya mengambil dari Mitologi Nordik (Thor, Loki, dkk). Tapi kali ini beneran dari mitologi berbagai peradaban! Ini masuk akal sih, mengingat kesepuluh pahlawan ini diceritakan hidup sudah lamaaa sekali sejak manusia masih di zaman batu, sehingga kehidupan abadi membuat mereka melegenda dan dianggap sebagai Dewa-Dewi. Beberapa yang aku tahu berasal dari mitologi Yunani ini seperti Thena (Athena) yang merupakan Dewi perang dan fashion, ada juga Ikaris (Icarus) yang merupakan anaknya Daedalus, ada Phastos (Hephaestus) Dewa Teknologi, dll.

Film ini menampilkan alur yang maju mundur, jadi kalau tidak benar-benar memperhatikan filmnya, penonton mungkin akan dibuat sedikit pusing dan bingung. Alasan utama dari film ini untuk membolak-balikkan periode waktu adalah untuk pengenalan satu-persatu hero dalam Eternals. Yah, jadi bisa dibayangkanlah ya ada berapa kali flashbacks selama film. 

Menurutku, sebenarnya cukup disayangkan MCU memutuskan untuk menuangkan semuanya dalam satu film. Bener-bener semuanya. Ini ga kayak Marvel biasanya. Mungkin alasan dari pengenalan satu persatu karakter memiliki tujuan agar penonton lebih familiar dengan wajah masing-masing karakter. But for me it's just too much. Film menjadi sangat lama untuk hal-hal yang sebenarnya ga terlalu masalah kalo ga ada. Yup, alurnya termasuk lambat. Maksudku, coba Eternals itu disebut dulu kek di film-film sebelumnya, atau dibongkar one by one di next film. Kalo gini kan, jadi kesannya maksa, Vel. Mana film yang ini bener-bener baru, gak ada satupun karakter lama yang dimunculkan sebagaimana biasanya Marvel. Bahkan di Spiderman nanti aja ada Doctor Strange, masa di Eternals bisa-bisanya ga ada.

Kayak dunia lain gitu loh wkwk.

Deviant si alien diperkenalkan dengan adegan yang bikin kaget di mana alien tsb muncul tiba-tiba dari lautan. Dan tak lama para Eternals pun muncul auto OP. Ada yang bisa terbang sambil menembakkan laser dari matanya, ada yang memiliki kecepatan super, ada yang ahli teknologi, dapat menyembuhkan, mentranfigurasi benda ke apa saja, dan banyak lagi.

Sebenarnya ke-OP-an para pahlawan ini sudah biasa di Marvel. Tapi bagaimana ya aku harus menyebut yang kali ini? Mega over power? Too much over power? Mana sepuluh lagi, apa gak chaos tu para Deviants? Kalau film sebelumnya, kekuatan mereka itu masih bertahap, beraptasi film by film. Tapi yang ini? Behhh.

Kemudian yang aku kagum banget nih, ada karakter tunarungu di sini. Ini juga yang sebenarnya membuatku bimbang dengan tujuan gay dalam Eternals kali ini. Sepertinya Marvel ini memasukkan konsep 'kita semua ini sama dan sederajat', bahwa derajat manusia enggak ditentukan dari faktor fisik maupun arah seksualitas, tetapi dinilai dari sisi kemanusiaan itu sendiri. I know Marvel I know. Cuma, aku tetep deh, dukung karakter tunarungu tapi enggak dengan gay.

Memang ga nyangka sih Marvel menunjukkan sisi gay dalam film baru mereka. Cukup mengkhawatirkan bahwa situasi per-sekularisme-an ini semakin menjadi-jadi sehingga LGBT udah secara terang-terangan didukung dari berbagai macam sisi. Marvel menjahit ceritanya dengan sangaaat halus dan rapi sehingga hal ini terkesan......normal. Aku ga kebayang anak 17 ke bawah menonton film seperti ini dan tanpa sadar terdoktrin.

I might be too offensive. But I'm sorry guys. Aku tetaplah pendukung kehidupan straight dan masih dalam budaya konvensional.

Ah ya, meski dengan alur yang lambat, kita dibuai dengan sinematografi yang luar biasa. Memang benar memanjakan mata sekali kecuali para Deviants yang rada menjijikkan. Selain itu, daripada menampilkan banyak aksi, film ini sebenarnya lebih ke fokus ke drama, terutama cintanya si Sersi dan Ikaris. Mungkin inilah yang membuat film ini memang agak beda, dan lamban. 

Dan yang bikin lebih dongkol lagi, beberapa dari mereka langsung mati dong. Halo Vel? Serius nih? Dah? Gitu aja? Di pembukaan OP banget eh tiba-tiba dead.

Oya, di luar semua itu, ada satu hal yang benar-benar menggangguku sepanjang film. Mungkin bagian ini bisa dilewatkan karena sangat bersifat pribadi. Inti dari film inilah yang menggangguku. Film ini sejak awal hingga akhir mengingatkanku pada agama-agama besar dunia. Tentang Tuhan, tentang penciptaan alam semesta, tentang Nabi, dan tentang kepercayaan kiamat. Memang, melihat film science-fiction dari sisi seperti ini itu agak melintang dari jalur. Tapi tetap saja...ini sangat mengangguku. Film ini menceritakan apa yang dipercayai dalam banyak agama--tapi secara terbalik. Seakan-akan Pencipta itu 'jahat' sekali karena menciptakan 'kiamat' bagi manusia yang baik dan penuh cinta, hanya demi kepentingan menciptakan semesta baru. Para Eternals ini juga terasa seperti Nabi yang menuntun manusia ke jalan kebenaran, melihat penggambaran bagaimana mereka membantu manusia sejak awal dan melindungi mereka, serta mendapat perintah dari Arishem/Celestial.

No hate guys, ini hanya opiniku. 

Oh ya, terakhir. MARVEL TEGA BANGET! Demi kebaikan sih sebenarnya. Tapi mereka punya sensor itu kasar sekali. Agak sulit untuk menikmati film karena alurnya yang patah-patah berkat Marvel. Tadinya mau nyalahin LSF karena kukira mereka yang nge-sensor, tapi setelah baca berita DISINI, ternyata pihak Marvel khusus yang menyensor untuk Indonesia. Aku mungkin paham untuk adegan gay yang mesti dipotong. Tapi yang lain? Yaampon. Aku ngeluarin 50.000 cuma untuk film yang patah-patah? Kenapa ga masukkin ke 17+ aja siiih hiks:(. 

.

.

.

So far, film ini jelas bukan Marvel biasanya. Namun sinematografinya yang epic dan banyaknya tokoh baru mungkin akan cukup menjanjikan untuk Marvel ke depannya--semoga saja. Film ini ga seburuk kritikan yang ada di luar sana, tapi juga ga sehebat itu. Aku harap sutradaranya lebih banyak memperdalami Marvel sih:(. Tidak bisa kasih rating, karena aku terlalu sayang ama Marvel tapi dia agak menyimpang dikit kali ini. 

Aku masih merekomendasikan film ini karena film ini tetap menjadi bagian penting dari Phase 4. Tapi aku lebih merekomendasikan kalian nonton di Disney+ karena ada kemungkinan ga disensor hahaha. 

  • Share:

You Might Also Like

0 comments