Spider-man: No Way Home (Film Review)

By Sheren - Saturday, December 18, 2021

 


Sutradara        : Jon Watts

Pemain           : Tom Holland, Zendaya, Benedict Cumberbatch, dll.

Tanggal Rilis  : 15 Desember 2021 (Indonesia)

Sinopsis:

Spider-Man: No Way Home mengisahkan dilema yang dirasakan Peter Parker (Tom Holland) setelah ia difitnah dan identitasnya dibongkar oleh Mysterio sebelum tewas dalam pertarungan di London. Spider-Man, yang identitasnya diungkap sebagai Peter Parker, dicap sebagai pembunuh dari Mysterio dan membuat semua orang kesal dan membenci dirinya.

Peter Parker yang semula tak pernah dilihat oleh sekelilingnya mendadak menjadi pusat perhatian. Rumahnya bahkan tak pernah sepi dipantau oleh media juga masyarakat. Ia pun harus menghadapi berbagai tuntutan hukum usai pemberitaan tersebut. Ditambah lagi, dia, Ned sahabatnya, dan MJ pacarnya tidak diterima di MIT karena kehebohan tersebut.

Kondisi itu membuat Peter Parker semakin merasa tersudutkan dan kepayahan, apalagi dirinya baru menjalin hubungan asmara dengan MJ (Zendaya).

Sampai kemudian, Peter Parker memiliki ide. Ia mendatangi Doctor Strange yang pernah sama-sama berjuang melawan Thanos. Kepada Strange, Peter meminta tolong membuat semua orang lupa bahwa dirinya adalah Spider-Man.  Kala Strange mulai merapal mantra, Peter rupanya gamang akan keputusan tersebut hingga ia membuat sang Master of the Mystic Arts kesal dan membuat kesalahan.

Sumber Sinopsis: CNN Indonesia (dengan sedikit perubahan).


***


Sebuah pengakuan: Aku tidak pernah tertarik dengan Spider-Man.


Serius. Ide tentang vampire ganteng jauh lebih menarik bagiku daripada manusia laba-laba. Dulunya nih, aku tidak habis pikir bagaimana bisa sesosok manusia yang seluruh tubuhnya dibalut kain elastis warna merah-biru dengan garis-garis hitam bisa menarik perhatian banyak orang. Maksudku, kalau kostumnya di tambah sedikit warna atau atribut lain, mungkin bakal keren. Untunglah kemudian di Marvel, kostum Spider-Man emang jadi keren banget.

Saking tidak tertariknya dengan Spider-Man, film pertama Spider-Man ku adalah The Amazing Spider-Man 2, dan tidak pernah menonton lagi Spider-Man jenis apapun hingga TUJUH tahun kemudian. Saat menonton Amazing Spiderman 2 itu, aku masih SMP kelas 3 dan itu juga menonton karena diajak teman. Bagus sih filmnya, malah cukup terkenang di ingatan.

Dan aku baru nonton Spiderman-nya Marvel itu empat tahun setelah Spider-Man: Homecoming rilis. Iya. Homecoming 2017 dan aku baru nonton tahun 2021, itupun karena sayang sama MCU. 

Jadi ya saat di Spider-Man: No Way Home, aku paling familiar sama si Andrew. Kalo Tobey hanya sekedar tahu karena pernah baca-baca.

Sejujurnya, dua film Spiderman dengan Tom Holland di dalamnya ini membuat ceritanya jadi sangaaaat fresh. Tom Holland ini terasa sangaaaaaat remaja, sebagaimana yang selalu diucapkan para tetua Avengers: "Kid".

***

Oke, fokus review ke Spider-Man: No Way Home.

Singkat saja kali ya. 

FULL SPOILER

Hampir nih, enggak deh ga hampir, sebenernya semuaaa story orang yang aku lihat yang sudah menonton Spider-Man, bakal ngasih nilai 100000000000/100.

Penasaraaan dong yaa, iyakan penasaraan dong. Duh se-outstanding apa sih filmnya sampe dapat review gila seperti ini? Sampe 100 rating saja ga cukup?

Aku akui, Marvel ini cerdasssss banget gilak kayak: bisa-bisanya lu kepikiran buat ngegabungin semua Spider-Man dari multiverse lain, Vel? Ide luarbiasa dari mana tu? 

Iseng banget ga sih? Mungkin kira-kira pas buat komik, mereka briefing gini kali ya:

A: "Oke, jadi gimana nih cuy buat Spider-Man? Musuh jenis apa lagi yang cocok buat jaring laba-laba?"

B: "Malesssssss banget deh buat musuh baru, ni aja udah banyak, w mulai lupa siapa-siapa aja musuhnya."

A: "Ya gimana dong, kan ga asik kalo berhenti sampe sini."

B: "Ntar-ntar, w tahu, gimana kalo kita buat mereka semua ketemu aja di satu Universe? Biar aja semua Peter dan semua musuh muncul barengan lalu berantem. Kan asik bet tu. Kita juga ga perlu susah-susah cari musuh baru."

Sungguh halu banget aku wkwk. 


Oke. Jadi, Marvel keren. Mereka bisa menciptakan situasi di mana ada tiga Peter dari tiga universe berbeda, ditambah makhluk-makhluk antar Universe juga muncul dan ngajakin para Peter berantem. Dan adegan itu adalah harapan semua orang. Aku hampir yakin 'nostalgia' adalah salah satu alasan kuat banyak orang ingin menontonnya. Kehadiran dua karakter utama senior ditambah dengan para villain tentu menjadi nilai spesial bagi para pecinta Spider-Man.

Hal yang aku kesal adalah bagaimana ide itu membuat alurnya jadi sangat menyebalkan! Lebih tepatnya bagaimana peran Tom Holland melalui semua situasi ini. Pertama, Peter sudah mengalami hal yang sangat tidak menyenangkan akibat kepolosannya di film kedua (Spider-Man: Far From Home), kupikir pengalaman buruk ini bisa menjadi pelajaran untuk Peter kedepannya.

Tapiiiiiiiiiii ternyata tidaaak dooong. 

Di film kali ini, dia bener-bener masih melakukan hal 'polos' yang mirip-mirip. Peter di film ini dibuat sangat naif dan polos dan bodoh dan.......terlalu ceroboh. Pada dia itu jenius! Dia adalah anak jenius yang digadang-gadangkan pengganti Tony Stark! 

Kayak, keputusan pertama saat dia setuju agar Doctor Strange membuat semua orang melupakannya tapi kemudian ragu dan akhirnya mantra itu batal. Oke yang ini aku masih memahami. Dilupakan semua orang adalah ide yang sangat buruk. Meskipun seharusnya dia bertanya dulu bagaimana efek samping dari mantra tersebut. Lagian Doctor Strange random banget sih ngasih ide begituan.

Nah, yang momen selanjutnya lah yang bikin aku kesel sampe ke ubun-ubun. Peter memilih tidak mau mengembalikan semua makhluk jahat ini kalau takdir mereka adalah mati.

Dia bener-bener ga mau.

Oke, sebagaimana yang selalu disebut-sebut di film. Ini masalah moralitas. Tapi sorry, aku di sisi Doctor Strange untuk kali ini. Itu adalah takdir.

Peter, daripada mencoba mendengarkan nasihat orang dewasa alias Doctor Strange, malah memilih mengurung Doctor Strange di Mirror Dimension dan lebih percaya sama musuh-musuhnya.

:D

Apa tidak kesel?

Serius kalian yang nonton tidak kesel? :D :D

Bagi Peter, ini adalah kebaikan. Bagiku, ini sangat mencampuri urusan orang lain.

Pada akhirnya, toh Peter menuai apa yang ditanamnya. Sebuah pelajaran yang berkali-kali lipat lebih buruk. Bibinya meninggal. Dan dia pada akhirnya (tetap) dilupakan semua orang.

Tampaknya, tujuan dari film penutup seri Spider-Man ini adalah tentang pendewasaan Peter Parker. Sayangnya pendewasaan yang menggetirkan itu dibangun dengan alur kenaifan Peter yang berlebihan. Dia udah gabung sama Avengers, ke luar angkasa, meet and greet ama Thanos, mati lalu hidup kembali, ditipu sama ahli drone, dan..masih senaif itu? Bah. 

Menuju ending baru aku mendapatkan sisi dewasa Peter, saat dia merasa tidak lagi ingin peduli dengan urusan orang lain. Saat dia akhirnya menyadari bahkan menjadi pahlawan pun ada batasnya.

Bruh, kalau saja dari awal engkau membiarkan Doctor Strange mengembalikan semua makhluk tersesat itu, engkau bakal masih jadian sama MJ.


***

Bagi doi, sama seperti orang lain, rating untuk film ini adalah 10000000000000000000/100. Menurutnya, banyak callbacks, easter eggs, dll dll dll yang WOW banget. 

For me: "HOW CAN PEOPLE RATE SO HIGH FOR A STUPID PERSON LIKE THIS?!"

Filmnya bagus. Aku hanya kurang suka dengan karakter yang naif hanya agar alur cerita bisa berjalan.

Selain karakternya, semua hal di sini sangat oke. Laga dalam film as always MCU lah, keren abiiiiiis. Begitu juga dengan CGI, sinematografi, juga visualnya. Akting Tom Holland juga semakin expert. Momen paling memorable tentu pas tiga Spider-Man bertarung bersama melawan musuh. Ituuu keren. Dan soundtracknya asik bangeeet. 

Ending dari film ini ditutup dengan baik. Meski besar sekali pengorbanan dari Peter Parker, semua villain yang nyasar itu akhirnya menjadi baik dan kembali ke universe masing-masing dengan damai.

Kreditnya amazing.

Sebagai orang awam amatiran, bagiku 8/10 sudah cukup.  Still highly recommended.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments