Tentang yang berada di sampingmu

By Sheren - Friday, April 15, 2022

5 April, 2022,

Halo semua? Bagaimana Kabarnya? Kalau dipikir-pikir, sudah berbulan-bulan aku tidak pernah menulis ya. Isi blog terakhir hanya tentang review-an.

Yah, sejak aku lulus, hingga kira-kira Februari 2022 awal, aku sedang mengalami masa--yang kalo bahasa tren masa tiktoknya: "di mana kamu ancur banget tapi dunia harus tetap berjalan." .

Ini adalah masa yang di alami banyak orang, malah mungkin sebagian besar mereka yang sudah lulus pendidikan.

Yup, keselisahan para job seekers.

Waktu aku lulus, ada sebuah kebetulan luar biasa di mana CPNS buka. Oke kita fast forwards, enam bulan hingga akhir 2021 aku habiskan untuk berjuang bersama pejuang CPNS lainnya. Enam bulan itu adalah enam bulan dengan perasaan campur aduk yang terus berteman bersamaku.  Terutama SKB. SKB, kalo boleh lebay, bakal aku sebut sebagai momen 'belajar dalam genangan air mata'. It's really that hard! Aku masih beruntung di SKB tahap pertama (CAT), beneran masih masuk perangkingan, bahkan meloncat jauh ke atas.

Tapi semua terpangkas pada saat wawancara. Iya, gagal. Gitu aja. Bahkan sebelum pengumuman resmi aku langsung tau aku gagal. Begitu keluar dari ruangan, aku langsung nangis (untungnya ga ada orang), begitu di rumah, aku nangis lagi, dan tangisnya aku ulang pas ketemu pacar. Really.

Banyak orang bilang, it's okay. it's really okay. Aku masih muda. Umurku masih 22 waktu itu. Dan untuk percobaan pertama, ini pencapaian luar biasa.

Tapi itu tetap menyakitkan. Apalagi mengingat cita-citaku yang emang di lingkup pemerintahan, dan waktu serta banyak hal lainnya yang dikorbankan selama enam bulan tersebut, hanya untuk itu, tapi gagal, di penghujung pula. Sakitnya wow.

Dan setelah itu, aku coba bangkit lagi, tapi gagal lagi (di ujung), bangkit lagi, gagal lagi (di ujung), coba lagi, gagal lagi (di ujung). Mencoba bangun bisnis kecil sama pacar, ada saja hambatan begini, hambatan begitu. 

Rasanya gila, serius. Kadang-kadang aku sampai mikir, apa nanti saking gilanya aku bakal ga sadar kalo aku udah gila? 

Rasanya ga nyangka sih, beban-beban ini menghantam mentalku lebih jauh daripada yang kuperkirakan.  

Beban ini beneran berat--tapi ga bisa kukeluhkan karena ga berarti buat orang lain. Sudah jelas sekali. Solusi dari tidak bekerja adalah bekerja. Mengeluhkan ke ortu hanya akan menambah beban pikiran ortu. Mengeluhkan ke teman, rasanya seperti pecundang yang ga ada usaha--dan udah keseringan ngeluh juga. 

Ke pacar? Sudah lebih dari sering. He's not kinda 'sweet-mouthed' person. Dengan bernalarkan logika, caranya menghiburku adalah dengan mendorongku untuk mencoba bisnis bersama. Awal sekali, aku menolak, karena bisnis bukanlah gayaku. Tapi lama-lama aku mulai mengikuti arahannya juga. Karena aku lumayan bisa gambar, then we tried to start a digital business. Ga langsung sih, dan sampe sekarang belum mulai juga wkwkwk apasih, katanya bisnis tapi belum mulai HAHA.

Yah, ada beberapa hal yang terjadi selama pelan-pelan merintis. Misal, membeli alat buat mulai bisnis dulu, mempelajarinya, mencari seluk-beluk website yang tepat untuk ngembangin bisnis kita (jual digital artwork), dsb. 

Dan pas mau mulai jualan.........tenyata perlu credit card HEHEHE nangis banget.

Akhirnya kita pindah haluan dikit, rencananya dalam setahun mau meningkatkan exposure dulu di medsos sekalian nentuin gaya design dan market yang pas. 

"Sheren bisa kok, abang yakin sheren bisa." Adalah salah satu kalimat positifnya untuk mengingatkanku bahwa aku punya bakat menggambar.

Selama mencoba mengembangkan medsos kami, aku juga tetap melamar sana sini. Kemudian di pertengahan--menjelang akhir Februari, ada panggilan tak disangka-sangka dari perusahaan yang sudah aku lamar--bahkan aku udah melupakannya karena sedih bet ga dipanggil-panggil.

Sat set sat set, ALHAMDULILLAH KETERIMA :')))))))))

Jadi...ini pertama kalinya aku bekerja. 

Selama bekerja, aku menemukan banyak hal yang membuatku mikir berkali-kali tentang manusia dan perilakunya, tentang kehidupan sosial, tentang pekerjaan....

Alhamdulillah aku bertemu rekan kerja yang baik di meja sebelahku. Dia beneran sebaik itu sampe aku di jam pertama udah 'auto betah'. Atasanku juga cenderung baik semua. Tapi namanya juga lingkungan kantornya, pasti, pasti banget ada aja gaenaknya dan itu gabisa dihindari karena..ini pekerjaan. Enggak seperti kuliah yang gampang aja menghindari hal-hal gaenak, pas di kantor ini beneran ga bisa deh.

Memang ada serekan kerjaku yang kalau beliau natap aja aku udah istighfar, apalagi pas nyerudu--eh maaf, berbicara maksudnya. Haduh. Jujur, at some points, aku mengerti maksud sudut pandang rekan kerjaku itu, tapi bagaimana dia berperilaku atas sudut pandangnya, aku sulit untuk membenarkannya. Seumur hidupku yang jarang ke mana-mana ini, baru ini aku bertemu dengan seseorang seperti beliau. Sungguh....aku berusaha bersikap baik nan polos tapi akhirnya jadi korban juga. Untungnya tidak berapa lami, kami berpisah jua.

Selain dia, banyak juga sifat, perilaku, ucapan, dan cara berpikir orang-orang di tempat kerjaku yang membuatku banyak berpikir dan berkesimpulan; "Gila maen gue kurang jauh banget men."

Aku merasa selama ini aku hidup dalam tempurung kura-kura. Aku, tanpa kusadari, selama ini membatasi pertemananku dengan orang-orang yang...kurang lebih setipe denganku. Hidupku dan teman-temanku mungkin berada di pertengahan budaya konvensional dan moderat. Kami percaya akan nilai-nilai moral dari orangtua kami, selalu melihat dengan canggung perempuan-perempuan yang merokok atau berpakaian seksi, kami ga terlalu suka pria perokok dan cenderung menghindarinya untuk dijadiin pasangan, pakai masker dengan senang hati, bawa handsanitizer ke mana-mana, percaya akhirat tapi pacaran, sholat iya ngeghibah iya, gabisa modis yang penting baju enak dipake.

Begitulah. Kehidupanku dan teman-temanku terlalu lurus, positif, dan naif sehingga melihat perbedaan yang agak ganjil akan membuat kami "w-w-w-whhhat?"

Dari semua yang terjadi inilah, aku semakin mengembangkan sisi-sisi toleransi dan kemanusiaan. Gils keren banget sih. 

Mengapa judul postingan ini adalah "Tentang yang berada di sampingmu?"

Yah, kadang di malam hari, berbaring saat lelah setelah bekerja, aku merenung, melihat kilas balik yang terjadi. Dan bergumam,

"Ah, sudah sampai sini ya."

Mengingat kembali, orang-orang yang tetap bersamaku sampai hari ini. Orang-orang yang membuatku kuat. Orang-orang yang menuntunku saat aku jatuh, membawaku kembali saat aku salah melangkah. Orang yang kuhargai dan menghargaiku. Orangtuaku, yang selalu memberi pandangan luas saat aku akan memutuskan sesuatu. Rekan kerjaku, yang bersama-sama belajar dan mencari pengalaman. Teman-teman terbaikku, yang selalu menarikku keluar dari 'zona kegelapan' saat aku benar-benar merasa tidak ingin berkomunikasi. Dan pria ini, yang benar-benar ada di saat aku berkali-kali mengacaukan semuanya. 

Aku ingin berterimakasih.

Tanpa mereka semua, aku mungkin tidak akan bisa sampai di sini.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments