Tentang Juli, dan Empat Tahun yang Berlalu

By Sheren - Friday, July 22, 2022

 Sudah seminggu sebelum Juli berakhir, dan akhirnya aku mendapat kesempatan untuk menulis ini.



Juli selalu menjadi bulan yang spesial untukku. Juli adalah bulan pertama setelah setengah tahun berakhir, bulan baru untuk mengawali hal baru. Juli biasanya menjadi bulan untuk liburnya sekolah, awal kelas yang baru, masuk ke lingkungan sekolah yang baru setelah lulus dari sekolah lama. 

Dan selama empat tahun terakhir, Juli juga menambah kebahagiaan baruku. Tentu saja ini tentang hubungan spesial yang sudah kujalin selama empat tahun terakhir ini.

Empat tahun pastinya bukan waktu yang selama itu, tapi jelas juga enggak singkat. Empat tahun! Itu sama dengan 1.461 hari. Bayangkan 1.461 kenangan tersimpan di hippocampus otak. 

Untuk postingan kali ini, aku rasanya ingin menuangkan memori tersebut dalam satu garis waktu. Let's start!


Ini semua bermula saat aku lahir................


Eh ga deng wkwk kejauhan. 


Ini mungkin bermula saat aku ikut PUMA. Jujur lupa kepanjangan apa, tapi aku selalu menjelaskannya sebagai: OSPEK JURUSAN. 


I hate PUMA. Aku yakin 90% peserta PUMA tidak ada yang menyukai PUMA meskipun berakhir 'agak menyenangkan' dengan menambah kakraban pertemanan. Tapi please, siapa sih yang suka disuruh jalan jongkok sambil diteriakkin, atau ga mandi 3 hari? Aku awalnya ga mau ikut kegiatan ini, namun salah satu temanku (terpaksa) ikut dan dia berharap aku ikut dan aku pikir yah ga rugi-rugi amatlah kesiksa 3 hari demi liat pantai jadi yowes.



Mungkin, mungkin ya, ini pertama kali aku menyadari keberadaannya selama beberapa detik.

Iya, beberapa detik aja. Suatu hari kami disuruh duduk di aula, lalu di antara banyak panitia lainnya, datang seorang panitia laki-laki memasuki aula dan maju ke depan. Usut punya usut, ternyata beliau ini adalah ketua Panita HUT Himpunan Jurusanku. Saat itu, hal yang kupikirkan adalah "Ini abang kayaknya pernah liat? Di mana ya? Siapa ya? Familiar banget." Kemudian swussssshh di otakku muncul sebuah wajah aktor;


Jacob Black dari Twilight kesukaanku

Iya woi ga mirip! Kayaknya aku kebanyakan masuk angin laut jadi otakku tiba-tiba berpikir tentang Jacob Black yang manis dan gagah dan tampan yang tinggal di sekitar pantai. Tapi begitulah pokoknya, dia memperkenalkan diri dan aku langsung lupa begitu saja, malah sepertinya aku lupa sisa dari hal-hal yang terjadi di aula hari itu. Mungkin aku tidur.......

Skip,

Beberapa waktu setelah PUMA, kami semua peserta PUMA langsung dijadiin panitia PUMAdan akupun didapuk menjadi kesekretariatan yang ternyata sungguh tidak berguna selain menjadi panitia pajangan. Btw kesekretariatan ini satu bidang sama Ketua, Sekretaris, dan Bendahara. Iya tim inti.



Tapi di sinilah pertemuan keduaku dengan si beliau ini.

Di hari pertama rapat, aku dengan dagdigdugser berangkat menuju gedung tempat kami rapat. Di depan pintu masuk, seorang panitia laki-laki menghampiri "Sheren ntar langsung naik lantai dua aja ya," begitu kurang lebih katanya. Aku mengangguk sambil berpikir "Idih senior mana sih itu, tau-tau aja nama gue."

Begitu masuk, aku langsung duduk di tempat yang telah disediakan untuk kesekretariatan alias di paling depan. Tak lama, panitia pria random tadi masuk dan duduk di meja yang sama denganku.

Di sinilah singgasanaku.

Ternyata dia panitia laki2 yang saat PUMA memperkenalkan diri di depan aula.

.

Ternyata dia Ketua Panitianya. 


Pantesan dia tau namaku Ya Lord. Dan untungnya dia kembali memperkenalkan diri di depan seluruh panitia lain. Jadinya akupun mengingat namanya.

Surya Black.

Wkwk.

Apakah benih-benih cinta itu tumbuh dalam kepanitiaan alias cinta lokasi? Nah aku ga yakin. Mungkin enggak juga ya. Karena sejujurnya pada saat itu aku masih menjalin beberapa kisah lucu-lucuan dengan orang lain. Enggak bermaksud sombong ya karena aku memang ga cakep-cakep amat, tapi masih bisalah basa-basi sama dua tiga manusia maskulin.

Jadi ya begitulah, intinya pada saat hari-hari per-panhut-an itu, aku bisa dibilang sama sekali enggak kepikiran untuk mendekati ketua panitia yang selalu duduk di sebelahku itu. 

Si Surya Black ini, in my first impression, orangnya pendiam dan polos. Aku dan dia hampir ga pernah berbicara selama bulan-bulan kepanitiaan itu kecuali penting. Seperti yang sudah aku katakan, aku ini hanya pajangan wkwk. Kami hanya berbicara formal mungkin seminggu sekali di hari kamis, untuk menyapa "Hai". Dah itu aja. Kami transparan bagi satu-sama lain.


Jika ditanya siapa yang perlahan menyukai duluan, aku tidak tahu. Doi itu tipe yang sangat menjunjung tinggi harga diri jadi sampai akhir hayat pun beliau tidak akan pernah mengakui kalau dia menyukaiku duluan.

Namun pernah suatu hari ada kejadian, ntah aku memang mulai menyukai dia atau tidak. Waktu itu aku sedang berjalan bersama temanku, di saat yang sama dia sedang duduk di Ruang Belajar Terbuka. Kami secara tidak sengaja bertatapan, aku otomatis menyapa dia karena yaelah masa pura-pura ga sadar kan. Dia, yang aku juga yakin dilakukan secara otomatis, menyapaku dan tersenyum super lebar.

Senyumnya itu loh.

Jadi pengen nyanyi lagu Feby Putri,

SENYUMANMUUUUUUUUUUU~ YANG INDAH~

Oh ya waktu itu lagunya belum ada.


But seriously, aku harus mengakui pada momen ini senyumannya secerah namanya, dan sangat-sangat manis sampai aku bertanya-tanya kok bisa ya ada manusia punya senyum yang menimbulkan manis-manis di mulut? Wkwk. Aku pun mengatakan tentang kemanisan itu ke teman sebelahku.

Aneh, besoknya si Surya Black itu diejek dengan salah satu panitia karena ternyata dia mengatakan hal yang sama dengan yang kukatakan.

Kok jadi gini sih?


Tapi di sisi lain aku bersyukur kalau hal yang aku katakan itu tidak bocor ke mana-mana. Aku juga ga ada rasa risih sama sekali dengan kejadian ejekan itu karena targetku bukanlah Surya Black wkwk.

Sesi ketiga, tiba-tiba....

Ini momennya sepertinya sudah lama setelah kejadian olok-olokan si doi dan panitia lain itu. Kayaknya sih bulan Mei 2018. Hari itu adalah satu satu acara panhut, kalo ga salah namanya Accounting Celebration, sejenis pesta private anak-anak Akuntansi. Sorenya nih, aku masih mantauin crush lamaku  (bukan Surya Black) yang sedang bekerja dengan giatnya di kepanitiaan. 

Tapi begitu malam tiba.

Posisi kami di sini beneran ga sengaja dan jadi bahan ejekan

I saw him! Ketua panitiaku, dengan rambut cukup rapi dan memakai setelan blazer abu-abu. Kayak...wow. Then we talking a lot, tertawa, berfoto bersama setim kami, dan kemudian.... penerbangan lampion dan kembang api. Malam itu, saat kami menghitung mundur penerbangan lampion, pelan-pelan rasanya seperti ada bunga mekar di jantungku. Dan untuk pertama kalinya aku ga melihatnya sebagai sebatas 'Ketua Panitia'. Ntahlah, apakah blazer abu-abunya, atau lampionnya, atau tawanya malam itu, atau malah mungkin keseluruhan suasana itu yang membuat pandanganku mendadak berubah.

Besok harinya, dan besok harinya lagi, kami tetap seperti biasa hehehehehehehehehe.

Jadi setelah basa-basi kepanitiaan yang ternyata tidak mengantarkan satupun dari kami kepada satu titik tertentu, di manakah cerita sebenarnya bermula?

Yap, cerita sebenarnya justru bermula di luar kepanitiaan. 

Hari itu dia berulang tahun. Untuk pertama kalinya aku iseng me-reply Story. 

"Barakallah fii umrik bang."

Ah iya, ternyata semua ini berawal dari reply story wkwk. Tapi sumpah, aku ga ada maksud dan tujuan tersembunyi wkwk. Ini semua murni basa-basi tulen.

Dari situlah, semua mulai secara perlahan tapi pasti kami berdua bergerak ke satu arah yang sama. Dia juga jadi sesekali me-reply story igku. Kami mengobrol panjang lebar dan ternyata nyambung! Dia membicarakan film. Aku yang waktu itu hanya punya sedikit ilmu tentang  Marvel pun dengan pede mengangkat topik itu untuk obrolan kami.

Dia kemudian mengajakku nonton,


Setidaknya setelah menonton, kami hampir-hampir seperti biasa saja yang membuatku bimbang apakah ini akhir dari segalanya?


Yah.. itu terjadi selama seminggu.

Iya cuma seminggu WKWK. Gatau ya aku galau banget kayak OMG WHY SHOULD I DO? Padahal baru semingggu woi, udah kayak sebulan di ghosting wkwk. Tapi entah mengapa aku merasa seminggu itu menentukan sekali. Pada akhirnya akupun mengajak temanku makan dessert dan membuat status whatsapp dengan berharap di notice doi. Gils kode-kode gue ngeluarin duit banget ya Allah mana masih mahasiswa.

Untungnya, dia mereply, jadi ga tekor-tekor amatlah. Dan aku mengajaknya nge dessert HAHAHA. HEHEHEHEHE

Kami makan, dan kemudian, sepertinya ini juga seminggu kemudian, atau mungkin dua minggu kemudian, kami jadian :). Dia mengakui perasaannya di salah satu sudut kota ini. Tidak romantis yang bagaimana, hanya, manis :). 

Bayangin saja sih, hari itu hari Jumat. Harusnya dia sholat Jum'at. Tapi sekitar jam 10 lewat dia mengajakku ke situ. Kami berjalan, berkelililing, duduk, berjalan lagi, hanya untuk menunggunya mengakui perasaan tersebut. Saking hopelessnya nyari topik pembicaraan, aku sampai mengomentari kupu-kupu yang lewat. Semua proses itu kira-kira satu jam lebih. Benar-benar mepet dengan jam sholat Jumat. 

Finally, we have each others.

6 Juli 2018.

Kerandoman hubungan kami yang mendadak aja jadian menimbulkan sedikit ke-syok-an panitia lainnya alias "Kalian kapan deketnya woi?!". Aku menanggapinya cuma dengan senyum-senyum aja kayak orang bego. Momen panhut selanjutnya berjalan dengan lebih terang benderang ditambah bully-an sana sini.



Kemudian, bagaimana empat tahun selanjutnya?

Aku harus mengatakan, masa pdkt itu memang sangat indah. Memang begitu adanya. Saat PDKT kita berusaha berhati-hati dan berpikir keras, mengeluarkan effort untuk membuat seseorang itu menjadi milik kita. 

Foto selfie pertama setelah jadian, di depan
rumahku karenaga berani masuk wkwk.

Namun bukan berarti empat tahun ini berjalan buruk. Empat tahun ini sangat penuh petualangan. Kami melakukan banyak hal, berjalan ke setiap titik di kota ini. Naik motor bersama untuk melihat laut. Mencoba berbagai makanan, berbagai game. Mencoba menjadi pribadi yang lebih baik dan saling menyayangi. Belajar untuk menerima dan mengoreksi. Membantunya mengerjakan skripsi, ataupun membantunya saat harus lembur, karaokean di rumah, membelikannya makanan saat sakit, saling menemani di saat pandemi covid melanda. Mencoba mewujudkan mimpi.

Membantuku belajar


Jogging

Empat tahun kami tetap seperti ombak, it comes and goes. ebb and flow. Tidak selalu bersenang-senang, kadang kesedihan itu ada, kadang kemarahan itu timbul, namun syukurnya kami berdua masih bisa melalui itu. Memang sih kadang-kadang aku rada heran melihat sikap romantismenya yang bukan lagi nol melainkan minus. Saking putus asanya, biasa aku yang melakukan hal cringe seperti ngegombal dan melakukan hal-hal menjijikkan lainnya yang idenya aku curi dari Instagram. Yah, suatu hubungan kalau terus membahas hal-hal berat tidak akan seru, jadi memang harus diisi lawakan sesekali.

Nyari pantai

Hubungan ini, setelah empat tahun berlalu, jauh seperti persahabatan yang erat, yang saling mengisi dan menguatkan satu sama lain. Dan aku sangat menghargai itu. Mungkin dia bukan orang yang romantis, namun jika aku ingin merenungkannya sedikit saja, dia menunjukkan bagaimana dia menghargai hubungan ini dengan cara lain, tidak melulu dengan pegangan tangan dsb dsb. Misalnya, sebagian besar waktunya jelas-jelas ada untukku. Juga mimpi-mimpi yang kami bahas, yang kami ingin wujudkan bersama. Love language orang jelas berbeda-beda :)




Sekian dan terimakasih.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments