Dan Ternyata Magang

By Sheren - Sunday, September 06, 2020



 

Aku magang!


Di kampusku, ketika SKS kami sudah mencukup (minimal selesai semester 6 dan memsuki semester 7), kami diharuskan untuk mengikuti Kegiatan KKM, yakni Kuliah Kerja Mahasiswa. Kami dipersilahkan memilih, apakah mau ikut PKM (Pengabdian Kepada Masyarakat, sejenis KKN), atau Magang.

Dulu, iya dulu nih, saya cukup galau memilih antara KKN atau Magang. Salah satu hal yang sempat mendorong saya untuk berniat ikut KKN adalah, karena hal ini hanya terjadi saat kita kuliah. Terjun langsung ke masyarakat, membuat program-program yang membantu masyarakat, apalagi saya pernah membaca sebuah novel di mana kampung si tokoh utama kedatangan mahasiswa KKN yang sangat membantu. Hal-hal seperti itu luar biasa menginspirasi. Namun saya juga mempertimbangkan magang, karena dengan magang setidaknya saya dapat 'mengamati' budaya perkantoran dan menjadi lebih mudah beradaptasi saat kerja nanti.

Tapi seperti spoiler di kalimat pertama postingan ini, semua berubah. Ada beberapa hal yang memastikan saya memilih magang. Pertama, per-awal Maret lalu, kami dari BEM FEB UNTAN mengadakan kegiatan Abdi Desa di sebuah dusun yang pelosooooook banget. Benar-benar dekat perbatasan Indonesia-Malaysia (Bisa dilalui dengan jalan tikus malah). Memang cuma 4 hari 3 malam sih, tapi saya mendapat cukup gambaran tentang KKN. Di sisi lain, karena Covid-19 ini, segala sesuatu jadi berubah. Aturan-aturan KKN/PKM tidak sama lagi seperti dulu. Saya pikir akan lebih aman jika saya magang, tentunya dengan protokol Covid-19 yang akan lebih ter-manage. Dan kita jujur-jujuran saja, segala sesuatu yang ada di novel seperti yang saya idam-idamkan akan sangat sulit tercapai, terutama saat ini. Mulai dari sarana transportasi, biaya, hingga sumber daya sangat tidak memungkinkan di waktu yang mepet seperti kemarin.

Dan akhirnya hari magang itu tiba.


Tahukah kalian? Di tahun-tahun sebelumnya, instansi magang di kampus kami selalu dipilihkan oleh kampus. Namun tahun ini, lagi-lagi karena Covid-19, kami diharuskan mencari sendiri tempat magang.

Karena saya ikut organisasi, jadi saya cukup sering mendengar baik cerita magang maupun KKN dari senior-senior saya. 
Nah, cerita magang yang saya dapat dari dari senior-senior adalah; di tempat magang kita sedikit belajar tentang kerja kantoran, kerjanya ga berat kok. Paling kita diminta bantu sedikit, lalu duduk-duduk santuy. Mereka biasanya ga terlalu banyak kasih kita kerjaan karena kita magang.
Ada juga yang dikasih makan siang tiap hari, ada yang sering ikut acara-acara instansi, bahkan ada yang dikasih uang!
Kalau 'agak tidak beruntung', biasanya senior dapet tempat magang di kantor Asuransi dsj yang.. yah, ujung-ujungnya cari nasabah(?). Tapi selain disuruh cari nasabah, sisanya kerja mereka tidak banyak.


Jadi saya punya bayangan indah tentang magang. 

Dan, sekali lagi kita jujur-jujuran aja. Saya lumayan syok saat hari pertama saya masuk magang. 

Sibuk. Banget. 

Kita punya segunung berkas yang harus diurus.


Sedikit kesalahan saya, h-1 sebelum magang yakni hari Minggu, saya melakukan petualangan kecil dengan doi. Kami pergi ke tempat wisata antah berantah di Provinsi ini. Di Google Map sih katanya cukup dekat ya. Tapi pas kami menuju sana, sekitar dua jam kami tersesat di antara kampung asing, hutan dan jurang, sebelum akhirnya mencapai lautan. Saya tidak melebih-lebihkan. Kami memang saat itu harus melewati jalan setapak yang kanannya hutan, kirinya jurang. Sinyal tidak ada lagi. Dan saat pulang pun, karena tidak adanya sinyal, kami mencapai jalan antah berantah lagi dan sekitar lebih dari satu jam baru kami mencapai jalan beraspal. Jujur saya benar-benar trauma dengan perjalanan itu haha. Bayangin lu tersesat di kampung asing, lalu orang kampung itu senyum-senyum natapin kalian. Horor ga sih? 

Saya yang sudah sedikit capek sejak hari Sabtu karena bolak balik urusan kampus, ditambah pegal linu petualangan menyesatkan, tiba-tiba harus menyelesaikan setumpuk berkas di hari pertama magang. 

Untungnya saya sudah terbiasa mengurus hal-hal sekretaris di Organisasi, jadi saya tidak terlalu makan waktu, namun tetap saja....

Pada hari kedua selama magang, saya sudah merasakan hawa-hawa tidak nyaman haha. Kerja di ruangan ber-ac saat sakit sangat tidak nyaman. Berharap waktu berlalu cepat agar saya bisa pulang dan istirahat. Sepulang magang, saya benar-benar yakin typus saya kambuh. Gejala mual, meriang, pusing, melayang-layang dan pegal linu berbondong-bondong silahturahmi ke tubuh saya. Akhirnya malam itu juga saya memutuskan ke dokter. 

Dan dokter mengatakan hal yang sama saat memeriksa mulut saya "Oh iya, ini gejala tipes nih." 

Sebenarnya Mama saya meminta saya tidak masuk dulu. Hanya saja saya yang rajin ini tidak enak kalau baru hari ketiga sudah izin. Haha, sebenarnya saya memang bukan tipe manusia-manusia yang suka izin. Selama saya merasa mampu, saya akan tetap datang. 

Dan begitulah, walaupun butuh waktu, akhirnya saya sembuh. 

Jadi bagaimana menurut saya magang saya ini? Sibuk dan bikin lelah, ya. Tapi hal yang saya senangi di sana, aura positifnya kentara sekali. Saya juga tercengang dengan hal ini. Mereka bekerja sepenuh hati. Semangat kerja tinggi, disiplin, ceria, ramah, jarang sekali terlihat mengeluh. Saya melihat jiwa-jiwa profesional di sana yang cukup membangkitkan inspirasi. 

Jadi teringat lagu fourtwnty, "Bekerja bersama hati, kita ini insan bukan seekor sapi.."

Jadi malu gitu kalo males-malesan, ngeliat mereka giat banget. 


Aku yang sok sibuk sok rajin.


Saya belajar luarbiasa banyak. Tidak hanya tentang budaya kerja kantor atau administrasi-administrasinya. Saya jadi mengenal "dunia dewasa" itu sendiri. Melihat kesibukan orang-orang kantor, kesibukan saya, kelelahan saya, pikiran saya jadi melayang ke orangtua saya.

Yup. 

Saya ini semenjak magang, pagi-pagi sudah sibuk untuk diri saya sendiri. Tidak lagi sempat membantu ortu saya untuk mengurus adik saya yang kecil pagi-pagi. Saya jadi bingung bagaimana bisa mama saya yang luarbiasa sibuk di kantor, masih sempat mengurus suami dan anak-anak? Bagaimana bisa mama saya sepulang kantor juga masih bisa mengurus rumah? Saya saja sudah tepar-par-par. Saya jadi benar-benar belajar semenjak magang ini. Banyak sekali pengalamannya. Tentang me-manage waktu. Memahami 'orangtua' lebih baik. Memahami kehidupan keras dunia kerja.

Ah, teringat lagi, mama saya pernah bilang begini suatu hari "Sheren, mama ini jangankan mau istirahat, mau sakit pun ndak sempat. Dikejar-kejar pekerjaan." 

:')


Now I know it's true. Mama saya ngomong itu sambil ketawa, tapi kalo inget kata-kata itu jadi pengen nangis. Berat banget ya jadi orangtua :') . Saya masih harus belajar banyak.

.

.

Setelah satu bulan magang, saya harus mengakui bahwa dunia remaja itu lebih asyik daripada dunia orang dewasa. Ada banyak sekali hal yang harus kita pertanggungjawabkan. Kita dikejar-kejar deadline, merelakan waktu bersantai. Saya mendapat gambaran yang sangat nyata tentang kerasnya dunia pekerjaan. Dan satu hal lagi yang saya dapati penting, yaitu bagaimana lingkungan kantor yang sangat memengaruhi kinerja. Saya pikir se-ringan atau seberat apapun pekerjaan itu, jika tidak di kelilingi oleh suasana kantor yang baik, ujung-ujungnya tetap akan sulit. Lingkungan dan suasana yang saya maksud adalah orang-orangnya. Kita perlu berada di antara orang-orang dengan jalan pikiran positif dan 'profesional' dalam dunia kerja. Lingkungan seperti itu benar-benar memotivasi! Bahkan dengan kesibukan yang luarbiasa, tidak sulit untuk merasa senang dengan lingkungan kantor tempat saya magang.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments