Truth or Dare

By Sheren - Monday, November 17, 2014

Tadi siang saya main Truth or Dare bareng teman-teman sekelas.

Seperti yang saya ramalkan, saat saya terkena truth, saya pasti bakal ditanya macam-macam tentang...um... hubungan atau perasaan saya atau sejenisnya dengan seseorang yang di kelas saya. Seseorang yang, sudah menjadi rahasia umum, bahwa  dia, well, mungkin pernah suka sama saya?

So I said no. Aku gak suka suka dia.

Pertanyaan terus berlanjut, mereka bertanya lagi, 'Tolong jelaskan alasan saya engga suka sama dia' .

Aaaaaaahhh... saya sebenarnya tidak mau menjawab pertanyaan ini, tetapi setelah saya pikir, mungkin ini adalah salah satu cara terbaik untuk menghentikan mereka bertanya-tanya ataupun mengejek terus-terusan saya dan dia. Jadi saya katakan saja, 'Aku suka sama orang lain..' , cukup keras untuk didengar satu kelas.

Siapa? Ah, tentu saja pertanyaan ini akan diajukan.

Siapa ya? Dan yah... saya menyebutkan seseorang yang sudah begitu lama saya kenal, yang sebenarnya begitu jauh dari saya, sangaaaat jauh. 

Saya, lebih keras lagi, mengucapkan ciri-ciri orang tersebut, siapa dia, darimana asalnya, dll dll-nya, omg, sebenarnya saya malu banget mengucapkannya. Apalagi ini di dengar satu kelas bukan? . Dan sebenarnya, saya juga tidak tahu bagaimana perasaan saya ke 'orang jauh' ini, apakah saya memang benaran suka? Apakah memang rasa itulah yang membuat saya menolak mencoba menyukai orang lain? Apakah sejak bertahun-tahun lalu, perasaan ini memang ada secara murni... Atau hanya sebagai tameng saja? Sebagai alasan yang saya manfaatkan saat ada seseorang yang menyukai saya? Atau saat saya menyukai seseorang?

Entahlah..

Yang pasti, selain malu dari ujung kaki sampai ujung rambut, saya juga menyesal dan merasa bersalah saat mengucapkan semua itu haha... I mean.. saya merasa telah menyakiti seseorang atau mungkin 'dua orang'. Saya yakin sih, dua orang yang pernah menyukai saya itu sekarang mungkin saja sudah tidak ada rasa apa-apa lagi. Tetapi tetap saja kaaaan, saya merasa sebagai seorang php, saya juga merasa bejat. 

Jadi saya cuma bisa minta maaf saja kalo misalnya saya.....agak keterlaluan 'mempermainkan' orang-orang yang menyukai saya, membawanya tingggiiiii, terus begitu saja saya jatuhkan tanpa perasaan apapun. Mungkin memang hanya itulah cara terbaik yang bisa saya lakukan supaya mereka mengerti atau bahkan membenci saya dan menjauhi saya, atau untuk yang lebih baik, menjadi sahabat saya. Jujur saja, ini kejujuran kedua yang saya utarakan (Jujur pertama di postingan lain) , bahwa sampai saat ini, saya enggak pernah siap untuk 'bermain secara serius' dengan perasaan saya. Singkatnya, saya belum mau pacaran. Saya bisa saja menyukai orang lain, tetapi saya belum berani lagi untuk membawanya ke ajang pacaran, rasanya memalukan hahahaha... Jadi kalaupun suatu saat tiba-tiba saya menyukai seseorang yang menyukai saya, mungkin hanya akan saya yang tahu. Dan eh ya, maaf terakhir, saya minta maaf kalo saya berbohong tentang segala permainan cinta-cintaan bodoh ini, rasanya masih terlalu kecil untuk terlalu terbuka, ini bagi saya sangat pribadi haha, jadi saya gak kepengen terlalu jujur untuk hal-hal seperti ini.

Lucu sekali ya, di SMA ini kok saya banyak mengalami masalah-masalah sejenis ini, padahal saat masih SMP, kehidupan saya normal-normal saja seperti anak kecil biasa.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments