Resensi Film : Tanda Tanya (?)

By Sheren - Monday, September 28, 2015




Judul Film : Tanda Tanya (?)
Sutradara : Hanung Bramantyo
Tanggal Rilis : 7 April 2011
Pemeran : Reza Rahadian, Revalina, dll.


Sinopsis :

Film ini dimulai dari latar setting suasana Masjid, Gereja, dan Kelenteng masing-masing umatnya beribadah. Diceritakan Tan Kat Sun (Hengky Sulaeman) memiliki warung makanan Canton Chineese Food tapi tetap menjual babi, makanan haram untuk umat muslim, namun dia positif dan sangat toleran terhadap agama lain salah satunya memisahkan alat masaknya untuk babi dengan daging halal lainnya. Dan mempekerjakan seorang muslim shalehah berjilbab Menuk (Revalina S. Temat) dengan suami seorang saleh juga bernama Soleh (Reza Rahadian) namun tak memiliki pekerjaan.
Kisah lain seorang sahabat dari Menuk, Rika (endhita) seorang janda baru pindah agama, namun dipertentangkan oleh orang sekitarnya termasuk anaknya Abi (Baim).Namun Rika tetap menghormati dan mengajarkan hal-hal Islam kepada anaknya yang memilih Islam sebagai agamanya.
Lain halnya permasalahan yang dihadapi  Surya (Agus Kuncoro), teman dekat Rika pria tanggung mengakunya artis tapi lebih banyak sebagai figuran. Dan satu lagi anak dari Tan Kat Sun, Ping Hen (Rio Dewanto) yang sangat anti dengan muslim. Eh ada juga si Glenn Fredly main sebagai Doni teman gereja Rika.
Film ini berjalan seperti kisah masyarakat awan di mana, ada yang saling menghargai dan ada juga yang saling mengejek satu sama lain. Bagaimana Tan Kat Sun menghadapi anaknya, bagaimana Rika menjelaskan posisinya sebagai penganut Katholik padahal anaknya Islam masih kecil, seberapa tahankah Menuk menghadapi suaminya.
Bagaimana Surya seorang muslim yang dilema bagaimana menghasilkan uang dengan jalan seni peran, salah satunya tawaran menjadi Yesus dalam pementasan Drama Paskah di Gereja Rika dan Rumah Makan Tan Kat Sun sebagai penyedia konsumsinya. Serta Si Soleh yang akhirnya menjadi Banser NU menjaga malam paskah di Gereja.
Sinopsis di ambil dari sini
Selengkapnya silahkan buka di Wikipedia

Ulasan :

Bagaimana aku bisa 'baru' menonton film ini memang ada alasannya. Jadi ceritanya aku lagi nyari-nyari film pendek di youtube, terus pindah ke sutradara yang biasa buat film pendek, lanjut ke sutradara-sutradara yang 'berprestasi' beberapa tahun belakangan, sampe nyari ke jenis-jenis film yang sebelumnya enggak pernah aku denger sebelum ini. Diantara semua itu, ketemulah aku sama film ? yang dibesut sama siapa lagi kalo bukan (Pak?) Hanung Bramantyo.

Ah, Bapak satu ini. Siapa sih yang enggak kenal, dari Catatan akhir sekolah, sampe Perahu Kertas. Dari Ayat-ayat Cinta, sampe Wanita Berkalung Sorban. Dari Menebus Impian, Soekarno, sampe 2014. Rata-rata filmnya terkenal, laris manis.

Yah, terkenalnya banyaknya dengan jumlah kritikan pedas abis yang didapet.

Sejauh ini, aku cukup suka sih sama karya-karya Pak Hanung yang selalu menimbulkan kontroversi (?). Sebenarnya, selain ide cerita yang kadang-kadang emang suka ngeyel, jalan ceritanya bagus kok. Jelas, mudah dicerna, pemainnya top semua. 

Oke. Stop mengidolakan sutradara satu itu. Kita balik ke film Tanda Tanya. Aku penasaran pengen nonton ini pertama karena konflik ceritanya yang membuat sangat penasaran; pluralisme. Kedua karena (tentu aja) film ini menuai banyak sekali kritik, dari orang-orang penting lagi.

***

Well, awalnya aku sedikit pusing dengan latar yang berpindah-pindah dalam film ini. Pertama di Gereja, pindah ke Masjid, dst.dst. Tapi lama-lama terbiasa juga. Lagian kalo dipikir-pikir tempat-tempat ibadah inilah yang menjadi daya tarik berat dalam film ini. Pengambilan gambarnya bagus sekali. 

Dan seperti biasa, Pak Hanung punya 'bakat' dalam memilih aktor-aktornya (yaiyalah, bego bgt. Dia kan sutradara!) . Akting para aktor tsb bener-bener top. Penuh pengkhayatan. Enggak lebay. Enggak juga kurang. Si Abi (anak Rika) yang masih anak-anak juga bagus aktingnya. Apalagi Agus Kuncoro, merinding saya melihat dia memainkan peran jadi Yesus sama Santa. Gila. Bener-bener gila. (Beri tepuk tangan yang meriah buat Agus Kuncoroooo) . Tapi favorit saya disini Revalina yang berperan sebagai Menuk, istri Soleh. Sangat natural. Sangat cantik. Sangat anggun. Aktingnya patut diacungi jempol, gimana pas dia marah sama Soleh, pas enggak mau ngomong sama Soleh. Duh, nyesek saya nontonnya.
Saya juga suka peran Reza Rahadian sbg Soleh. Well, R.Rahadian emang udah jadi aktor favorit saya sih huahahaha. Sayangnya disini Pak Hanung tega banget ngasih Reza peran yang sebegitu menyebalkannya. Saya jadi benci sendiri sama Reza disini, tapi aktingnya juga sepenuh hati, apalagi di detik-detik terakhir.........


Sekarang mari kita fokus ke isi cerita. 

Yayaya.. isi ceritanya memang sensitif sekali. Saya harus kuat iman nontonnya. Juga harus memilah-milah mana yang emang baik dan mana yang 'kelihatannya baik'. Hebat sekali Pak Hanung berani mengambil tema pluralis seperti ini, dengan alur yang pas, yang memang sudah biasa kita lihat di kehidupan sehari-hari. Semua hal yang Pak Hanung gambarkan dalam filmnya ini memang kelihatan sederhana bagi masyarakat Indonesia umumnya, tapi sebenarnya (seenggaknya bagi saya) sangat serius. Film ini menunjukkan bahwa tingkat toleransi antar umat beragama udah kelewat tinggi. 

Isi kisah di film ini emang bener-bener meleburkan agama-agama di Indonesia. Seakan-akan semua agama itu sama. Orang Islam bekerja di rumah makan yang menjual babi, orang Islam memerankan Yesus, orang Tionghoa menutup rumah makan di lima hari pertama lebaran. Satu keluarga tapi agamanya beda-beda.

Tapi tetep aja ceritanya baguss bangettt T_T . Mata saya berkaca-kaca di tiga adegan : Pas Soleh minta cerai ke Menuk karena Soleh merasa dia bukan suami yang baik. Kedua pas rumah makan Tionghoa diserang sama Soleh dan kawan-kawan lalu Soleh enggak sengaja memukul dada Pak Tua pemilik rumah makan (Kulupa namanya siapa) . Terakhir pas Pak Tua meninggal.

Dan aku langsung terisak di dua adegan : Ketika Menuk marah sama Soleh gara-gara kelakuan Soleh yang kelewat batas dengan menghancurkan rumah makan (Lebih tepatnya Menuk nangis dikamar dan Soleh ngomel-ngomel membela diri, terus mereka gak berbicara berhari-hari) . 
Dan terakhir pas Soleh mati. Kalian bayangin? SOLEH MATI! Reza Rahadian! Aktor kesayangan gue! Mati gara-gara mengorbankan diri bawa bom! Kenapa enggak dilempar aja sih itu bom! Baka! baka! bakaaaaaa!!!!


Kritik untuk film ini? Aku ingin memuji keberanian Pak Hanung karena tema-nya yang anti-mainstream (Eh?) . Yaaaaaaaahhh, filmnya bagus. Tapi aku tetap jengah pas nontonnya. Aneh banget rasanya pas ngeliat seorang Islam memainkan peran yang seharusnya enggak mereka perankan. Aku jadi gerak-gerak gelisah sendiri. Ngelirik kanan kiri, pura-pura ga liat, ga denger, pura-pura polos *Padahal nonton sendiri* . Sama deh kayak anak kecil yang ketangkep basah nonton film yang ada adegan kissing. Ya gitu juga aku pas nonton adegan-adegan yang menyerempet, yang menyimpang pake banget. Ckckckck.

Pada akhirnya aku juga bingung sama pesan apa yang seharusnya aku tangkep di film ini. Maunya Pak Hanung apaaan siiih errrr. Aku punya dua teori tentang apa sebenarnya pesan yang ingin Pak Hanung sampaikan :

1. Mari kita menjaga toleransi -> ditayangkan lewat skandal dimana dalam satu keluarga ada penganut agama yang berbeda-beda, juga dimana orang Islam merayakan tahun baru masehi, atau pas orang Islam memainkan peran you know lah dengan keyakinan bahwa dia ga bakal pindah agama?

2. Pak Hanung ingin kita berhati-hati dengan paham pluralisme agama yang semakin berkembang secara menakutkan -> contohnya sama kayak contoh di teori nomor satu.

Terakhir, kalo mau nonton film ini, kalian benar-benar harus paham dulu ya dengan agama kalian. Harus paham juga sama pluralisme. Karena sekali lagi : film ini sensitif banget! Ga heran banyak kritik tajam. Tapi aku suka sih filmnya :D .

Oya, pluralisme dilarang dalam Agama Islam. Dan ini dia pengertian pluralisme dalam agama Islam (Dari wikipedia) :

"Suatu paham yang mengajarkan bahwa semua agama adalah sama dan karenanya kebenaran setiap agama adalah relatif; oleh sebab itu, setiap pemeluk agama tidak boleh mengklaim bahwa hanya agamanya saja yang benar sedangkan agama yang lain salah. Pluralisme juga mengajarkan bahwa semua pemeluk agama akan masuk dan hidup dan berdampingan di surga".

Sekarang ini banyak sekali orang-orang menyiarkan bahwa 'agama itu sama' . Bahkan disekitar saya. Saya diam aja kalo ngedenger yang beginian. Apalah daya untuk membantah~~ saya cuma takut kalo terlalu sering mendengar kalimat itu, lama-lama saya bakal ikut berpikiran seperti itu. Semoga enggak. Semoga enggak. Ini berbahaya sekali..

  • Share:

You Might Also Like

2 comments

  1. paham pluralisme yg anda paparkan benar... ya benar2 ngawur.

    islam membenarkan pluralitas, bukan pluralisme.
    pluralitas dan pluralisme jauhh.. jauhhh berbeda.
    pluralitas hanya cukup menghargai saja, tidak sampai batas membenarkan. bolehlah di pelajari kembali materi Islamic Worldview Sebaik-baiknya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Pyu Wanara, Saya juga mau bilang, bolehlah di pelajari kembali isi ulasan saya di atas. Pengertian mengenai paham pluralisme yang saya masukkan di sana mengacu dari FATWA MUI yang melarang pluralisme pada 28 Juli 2005. Sebelum menulis ulasan ini saya sudah baca beberapa hal yang berkaitan dengan film ini termasuk ulasan di website lain. Saya sama sekali tidak berkata Islam MEMBENARKAN pluralisme, ataupun menyamakan pluralisme dan pluralitas, bahkan saya tidak ada memasukkan kata pluralitas, kalau Anda membaca. Justru saya menulis "untuk berhati-hati dengan paham pluralisme."
      Tapi toh saya masih sekolah, kalo Anda sejauh ini merasa saya 'tetap' salah, tolong beritahu di bagian mana di postingan itu yang SANGAT JELAS salah. Trims

      Delete