Book Review : Anak Rembulan, Negeri Misteri di Balik Pohon Kenari

By Sheren - Friday, March 20, 2015


Judul Buku : Anak Rembulan (Negeri Misteri di Balik Pohon Kenari)
Penulis : Djokolelono
Penerbit : Mizan Fantasi
Tebal : 350 halaman

'Tiba-tiba saja, guncangan dahsyat terasa. Dan ledakan yang memekakkan telinga. Serta hawa panas yang menggempur kedalam.
Hanya itu yang teringat oleh Nono.'

Nono, seorang anak cowok kelas lima SD, sedang berlibur di Wlingi, Jawa Timur. Dia berlibur ke keluarga Bunda-nya, yaitu kakeknya yang dipanggil Mbah Sastro yang memiliki sebuah warung. Tidak hanya bersenang-senang sepenuhnya, di warung Mbah Sastro tersebut, Nono juga banyak membantu Mbah Sastro untuk mengurus warung.

'Mandi di Sungai Lekso menyegarkan sekali, setelah kemarin seharian digembleng habis-habisan di warung-memasak, menimba air, mengisi gentong, membantu Mbah Mas memasak, menghidangkan makanan ke pelanggan (harus menghitung daging yang ada di rawon!) menyiapkan kopi, teh, mencuci, membelah kayu bakar .... Wuah! Nono jadi bisa merasakan penderitaan Cinderella di dongeng. Hanya, ia melakukan semuanya dengan gembira, tak tahu kenapa.'

Suatu hari, Nono dimintai tolong oleh Mbah Sastro ke Njari untuk mengambil tahu,. Dalam perjalanannya Nono melewati pohon kenari yang besar, dan disitulah-semua keanehan terjadi.

Nono menaruh sepedanya di pagar bambu di tepi Kali Njari dan mulai melihat-lihat pohon itu, kemudian bersantai sebentar di Kali Njari. Tapi saat dia ingin mengambil sepedanya kembali, sepedanya hilang! Dan keadaan disekitar juga menjadi aneh.

'Nono melihat berkeliling. Ia merasa agak aneh. Tadi air tampak gelap. Kini, bening lagi. Dan ... jalan raya di jembatan itu lebih sepi. Atau, memang sepi. '
'Tapi ... sawah sawah itu ... benarkah? Tadi ... sepertinya ... sawah-sawah itu padinya sedang menguning. Sekarang ... seperti bukan sawah. Lebih mirip tanah kering ditumbuhi belukar liar. Apakah ia tadi salah lihat?'

Nono sangat takut sepedanya hilang, karena itu sebenarnya juga bukan sepeda miliknya. Belum lagi, daerah disekitarnya seakan berubah semua. Bukan hanya itu, tiba-tiba saja ada anak aneh berkulit hitam yang muncul!

Ada banyak hal aneh yang terjadi. Lambat laun Nono mengerti, dia rupanya tiba di zaman Belanda! Disana dia benar-benar melihat orang-orang Belanda, orang kerajaan, dan yang lebih parahnya lagi, dia terpaksa menjadi budak disebuah rumah makan.

Dia mengenal banyak orang disana, ada Kangka, Jagal, Jlamprong, serta si kembar Pinten dan Tangsen. Ada juga penjual arak, Mbok Rimbi, dan lain-lain. Selama bekerja di warung makan Mbok Rimbi, Nono seringkali diperlakukan dengan sangat kasar, tetapi selain itu ia juga selalu diberi makan yang sangat banyak dan enak. Namun, ada satu hal lain yang membuatnya selalu merasa risih. Ini bermula saat dia di tertawai atau dipandang curiga oleh orang-orang saat mereka tahu bahwa Nono bekerja di warung Mbok Rimbi. Bukan hanya itu, beberapa orang juga sering berbicara tentang bulan Purnama yang akan datang dan ada yang memanggilnya dengan sebutan 'Anak Rembulan.'

"Kalau mau berkirim surat, cepat suruh anak itu menuliskannya. Sebentar lagi bulan purnama lho!"
"Hei, Anak Bulan Purnama, waktumu tinggal sedikit, untuk apa terburu-buru?"

Nono-pun semakin penasaran, apa penyebab dia dipanggil seperti itu? Apa hubungan dirinya dengan bulan Purnama? Dan masalahnya bukan hanya itu, Nono juga harus memimpin sebuah perang kerajaan yang menegangkan!

.....

Saya menemukan buku ini di perpustakaan, sudah lama sebenarnya. Awalnya saya sama sekali tidak tertarik karena kovernya tidak menggugah selera. Akan tetapi, setelah sekian lama, saya mencoba membaca sinopsisnya dan langsung tertarik.

Buku bertema fantasi yang ditulis oleh Pak Djokolelono ini ternyata begitu keren! Saking kerennya, saya berhasil menuntaskan bukunya dalam setengah hari (Ini membuat saya dehidrasi setelah selesai karena ternyata saya enggak sadar kalo saya ga makan dan ga minum selama ngebaca) . Saya sudah begitu lama tidak menikmati novel fantasi karya Negeri sendiri, dan saya senang karena bertemu karya beliau.
Adapun salah satu hal yang membuat saya langsung sangat menyukai buku ini adalah karena Pak Djoko menuliskan kisah ini dengan latar tempat di Negeri sendiri, di sebuah kota kecamatan yang bahkan sebelumnya saya enggak tahu (Dan ternyata latar tempat ini, yaitu Wlingi, Jawa Timur, adalah tempat lahir Pak Djoko sendiri) .

Bukan hanya menuliskannya dengan latar tempat Kota sendiri, Pak Djoko juga mengambil cerita daerah dari tempat tersebut, dengan kisah yang lebih detail dan kompelks. Ini seperti menceritakan ulang dongeng-dongeng serta mitos yang dibangun menjadi kisah fantasi luar biasa dan bahkan lebih menarik dibandingkan membaca dongeng itu sendiri secara terpisah.

Penulisannya lugas, bagus, mudah dimengerti dan kental dengan kebudayaan daerah setempat, tanpa mengurangi pesona isi cerita sama sekali, malah menambah pesonanya. Sejujurnya, saya enggak nyangka ada juga novel Indonesia yang isinya dapat berupa kisah fantasi lain yang begitu hebat dengan cerita-cerita dan kepercayaan daerah setempat menjadi dasar ceritanyanya. Walaupun saya enggak boleh heran, karena saat saya baca sedikit tentang Pak Djokolelono ini, dia jelas-jelas sudah menjadi penulis selama berpuluh-puluh tahun dan sudah sangat senior. Dia sudah menuliskan berpuluh-puluh karya dan juga sudah menerjemahkan banyak karya sastra dunia. Pastilah beliau memiliki pengalaman-pengalaman yang..bakat yang keren. Aduh, saya langsung pengen membaca buku-buku lainnya.

Membaca buku ini tidak hanya membuat saya terhibur, tetapi juga memberi saya informasi lebih banyak tentang sejarah lokal, atau setidaknya mengingatkan. Entah mengapa buku ini mengingatkan saya dengan perkataan Soekarno, JAS MERAH-Jangan Sekali-sekali Melupakan Sejarah. Yah, pokoknya saya suka dengan adanya cerita daerah yang diceritakan dengan lebih luas disini.

Selain penulisannya yang lugas serta kental akan kekhasan daerah setempat, kelebihan lain dibuku ini adalah ilustrasi-ilustrasi di beberapa halamnnya yang digambarkan dengan sangat bagus.

Sayang, walaupun ilustrasi di dalam bukunya bagus, menurut saya tidak dengan kovernya. Ini adalah kekurangan yang tampak jelas sekali, bagi saya. Saya tahu kita tidak sebaiknya menilai buku dari kovernya, hanya saja menurut saya bagus tidaknya over ini menjadi faktor penting dalam penilaian saya-dan mungkin orang-orang lain juga, untuk memilih buku tersebut.

Kovernya agak menyeramkan, anak lelaki yang ada dikover itu-yang bisa saya perkirakan adalah Nono, agaknya enggak terlalu sesuai dengan penggambaran tokoh Nono di buku. Saya benar-benar berharap buku-buku untuk karya dari penerbit mayor ini bisa lebih baik, ilustrasi kartun menurut saya adalah yang terbaik. Dan kalau untuk kekurangan isinya... hmm.. ending dari buku ini masih banyak yang belum menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Atau lebih tepatnya saya tidak terpuaskan dengan ending buku ini, walaupun selain itu isinya sangat memuaskan. Dan juga, menurut saya sih, Nono agaknya terlalu pintar serta cerdik untuk ukuran anak yang masih kelas 5 SD, entahlah.

Well, sekian review saya ini. Maaf kalo ada salah kata dan terlalu banyak sok tahu serta sok-sok lainnya, hehehe. Intinya sih ya, buku ini nggak kalah dan bahkan mengalahkan novel fantasi luar negeri. Imajinasi Pak Djoko begitu mengagumkan. Saya bahagia bisa menemukan buku ini. Ini adalah jenis buku yang ingin saya baca untuk kedua-ketiga-dan bahkan berkali-kali lagi, (Jika kalian pernah membaca novel Harry Potter atau novel-novel seperti itu, kalian pasti mengerti). Dan kalian harus membacanya! Enggak pake tapi-tapi!.

  • Share:

You Might Also Like

0 comments